Yerim menghentikan langkah kakinya membuat Jungkook memandang istrinya heran. Pria itu jelas dapat melihat kegelisahan diwajah Yerim. Kegelisahan yang sama ketika dirinya datang membawa masuk Yerim kedalam rumah juga kehidupannya."Ada apa, Sayang,?"
"Terakhir aku datang ibumu tidak menyukaiku, dan terakhir aku pergi, ibumu masih tidak menyukaiku. Lalu, masih pantaskah aku kembali lagi ke sini? Aku merasa tidak punya harga diri sama sekali," jujur Yerim,
"Aku telah gagal menjadi menantu terbaik dimata ibumu. Aku juga mungkin belum layak disebut sebagai istri yang baik karna banyaknya kekurangan yang ku miliki. Mungkin itulah mengapa sampai saat ini aku belum dapat meluluhkan hati ibumu,"
Jungkook tidak dapat mengatakan apapun. Yang dikatakan istri tercintanya memang benar. Jungkook pun sudah cukup lelah berharap ibunya akan menerima pilihan hatinya.
"Ku perhatikan kau selalu saja menyebut Mamih sebagai ibuku. Kita telah menikah itu berarti orangtuaku adalah orangtuamu juga, Sayang,"
Yerim menggeleng, "memang benar, Kak, menantu perempuan adalah Putri dirumah mertuanya tapi aku tidak dianggap menantu apa lagi Putri," Yerim menghela nafas, "Untuk itulah aku tidak pernah memanggilnya Mamih karena ku yakin ibumu pasti akan menolaknya.
"Aku sudah mengambil keputusan," Jungkook mendekati Yerim, menarik wajah cantik itu agar menatapnya. Tatapan mata teduh Yerim yang selalu membuat Jungkook luluh,
"Besok kita akan berkemas dan pergi kerumah baru kita," lanjut Jungkook.
"Kak, aku sedang tidak ingin bercanda," balas Yerim lelah. Bukannya Yerim tidak mempercayai suaminya hanya saja ini terlalu mendadak, sedang rumah mereka mungkin dalam kondisi belum siap dihuni.
"Kakak tidak bercanda, Yer, rumah baru kita susah siap dihuni. Maaf tidak terbuka saat memutuskan menyewa orang untuk mendekorasi rumah kita karena sejujurnya Kakak masih berharap lebih akan hubunganmu dan Mamih tapi nyatanya..," Jungkook mendesis tidak mampu melanjutkan perkataannya.
"Jadi rumah yang Kakak sebut itu sudah siap,"
Jungkook mengangguk, "iya, Sayang,"
"Kenapa harus bohong,"
"Maaf," sesal Jungkook.
Yerim cemberut, "padahal Yerim sudah menyediakan beberapa gambar untuk mendekorasi rumah kita," keluhnya.
Jungkook tersenyum, "nanti bisa diatur lagi yang penting kita pindahan dulu yaa,"
Yerim mengangguk kecil sebagai balasan.
"Sekarang kita masuk dan istirahat untuk besok, ayo!"
Yerim mengangguk mengikuti langkah kaki suaminya masuk kedalam rumah. Keduanya bergandengan tangan saling melempar senyum satu sama lain melewati ruang tamu dimana kedua orangtua Jungkook sedang duduk bersantai.
"Dari mana kalian berdua,?" tanya Ny. Jeon mengintrogasi.
Yerim terpaku ditempatnya mendengar suara mertuanya yang entah mengapa selalu saja terdengar menakutkan ditelinga Yerim.
"Kami habis makan malam diluar," jawab Jungkook singkat lalu kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti menuju ke lantai atas kamar mengabaikan ibunya.
"Kak, nanti ibumu marah, aku tidak mau dikatakan sebagai menantu durhaka yang menyebabkan seorang anak melawan orangtuanya,"
"Tidak apa, kali ini Mamih harus merenungkan kesalahannya," balas Jungkook.
"Tapi,"
"Dengarkan aku, Yer, semua akan baik-baik saja karena sebelum melakukan ini aku sudah meminta pendapat Papih," potong Jungkook. Yerim diam, tak membalas lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Perfect Husband (Sudah Dibukukan)
Fanfic(Tersedia dalam bentuk cetak) Order Book/E-book bisa langsung chat Whatsapp.. Apa jadinya jika seorang gadis pemberontak, gemar melanggar perintah dijodohkan dengan seorang pria dewasa, tampan, mapan dan sukses diusia muda yang selama ini selalu m...