03

192 12 0
                                    

-BAGIAN TIGA-

"Tidak perlu berbelit-belit. Cukup katakan apa yang kau rasakan. Apapun jawabannya, itu urusan belakang."
________________________


Mylan merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Setelah tiga hari tidak pulang, akhirnya Mylan kembali merasakan empuk tempat tidur miliknya.

Lelaki itu merogoh saku celananya, mengambil dua buah ponsel yang berada di saku itu. Salah satu ponsel di letakkanya di samping kepala, sedangkan yang satu lagi diamatinya dengan sangat detail.

"Kania," gumam Mylan sambil menekan satu-satunya tombol yang ada di permukaan ponsel itu.

Maniknya memperhatikan sebuah foto yang menjadi lockscreen. Seorang perempuan dengan rambut panjang yang tergerai tengah tersenyum lebar di depan kamera. Sungguh manis. Tapi tetap saja, itu belum cukup untuk melemahkan hati Mylan yang keras seperti batu.

Semakin lama Mylan memperhatikan gambar itu, semakin resah hatinya untuk menahan jarinya agar tidak mengusap layar ponsel itu. Hingga akhirnya dia memilih untuk kembali meletakkan benda itu di atas nakas.

Tidak pantas untuknya mengetahui privasi orang tanpa izin.

Mylan menghela nafas panjang, melipat kedua tangannya untuk dijadikan bantalan kepala. Pikirannya terbang melayang kesana-kemari mengingat semua kejadian yang pernah dilaluinya.

Kehidupannya tidaklah lebih dari drama yang dikendalikan oleh sang ayah. Dia harus berjalan melewati alur yang sudah ayahnya tulis, dan dia harus melewatinya dengan sempurna.

Dia memiringkan tubuh, meraih ponsel miliknya. Terlihat jarinya bergerak mengetik sesuatu, namun saat kalimatnya telah terselesaikan, dia jadi ragu untuk mengirim pesan itu. Beberapa kali Mylan mengetik dan kembali menghapusnya, hingga akhirnya Mylan menguatkan diri untuk mengirim pesan tersebut.

Mylan : Gue minta alamat rumahnya Kania!

Pesannya terkirim dan hanya dibaca oleh sang penerima, membuat Mylan geram saja. Dan tiga menit kemudian, Mylan mendapatkan balasannya.

Yoga : Minta sama Arka. Dia yang tau, kan dia sepupuan sama Kania.

Mylan menghela nafasnya, tak menduga apa yang baru saja dibacanya.

Mylan : Mintain!

Yoga yang mendapatkan pesan dari Mylan justru bertanya-tanya kenapa Mylan sangat menginginkan iformasi ini? Setahunya, Mylan bukanlah tipe orang yang kepo, apalagi jika hal itu berkaitan dengan perempuan. Entahlah, namun hal yang mengisi kepala Yoga adalah hal yang sudah lama dinantinya. Mungkin saja Mylan mulai membuka hatinya untuk perempuan lagi.

Yoga pun segera menuruti permintaan Mylan.

Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Mylan bangkit meraih jaket di belakang pintu. Tak lupa, dia juga mengambil ponsel dan kunci motor yang berada di nakasnya, lalu melangkah keluar dari kamarnya.

~♥~♡~♥~

Kania mendaratkan diri di ruang tengah, memperhatikan adiknya yang tengah sibuk mengerjakan tugas-tugas sekolahnya.

"Kapan dikumpul?" tanya Kania menarik rambut adiknya yang dikuncir.

"Rese banget sih!" Merasa terganggu, Aira bangkit dan memukul lengan Kania.

"Ditanya bukannya jawab, malah mukul," ujar Kania terkekeh.

"Bawel! Lagi banyak tugas nih. Bantuin kek, atau bawain cemilan kek. Ini malah gangguin!" cibirnya membuat Kania kembali terkekeh.

Painful✔️[Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang