Hanna

54 15 8
                                    

Tadinya aku sangat mendambakan hari ini, sampai aku melihatmu bersanding dengannya, semua hilang.
-Samanta Ferrylia-

🌸🌸🌸


"Kenapa lama banget? Katanya Cuma sebentar." Semprotku kepada seseorang yang datang menghampiri.

Hell. Bagaimana tidak, jika disini aku hanya berdua dengan babeh yang merupakan satpam sekolah. Ku tegaskan lagi. Hanya berdua. Berdua.

Sudah satu setengah jam berlalu sejak bubarnya kegiatan belajar mengajar. Disaat siswa/i lainnya sedang bermanja ria didalam kamar, bermain bersama teman, bahkan ada yang berbelanja di mall, sedangkan aku dengan kesalnya masih menginjakkan kaki didepan mading dekat gerbang menunggu seseorang yang berniat mengantarkanku pulang.

Oh. Seharusnya sekarang aku sudah berada dirumah sambil menonton drama korea didalam kamar dengan cemilan sebagai teman jika DIA tidak sengaja melupakan ponselnya dikolong meja.

"Maaf.. Maaf.." katanya terbata - bata karena masih mengatur pernafasan setelah berlari.

"Tadi pas mau keluar kelas, Cipto ngga sengaja menjatuhkan vas dimeja guru jadi ya gitu." Jelas Daren, kekasihku.

"Alahh... bisa ya ngelesnya."

Aku melipat kedua tangan dan menaruhnya didada dengan menatapnya sinis. Aku sangat kesal karena dia membuatku tidak dapat menonton episode yang sangat ku tunggu - tunggu.

"Aku ngga ngeles sayang.. benaran deh, tadi si Cipto ngga sengaja menjatuhkan vas dimeja guru lalu PRANGGGG... yang sebelumnya bertengger manis serta indah sekarang jadi kepingan - kepingan tak beraturan dilantai. Untung hanya ada aku dan Cipto dikelas..."

"...Dan sebagai laki - laki gentle dan bertanggung jawab yang tidak takut apapun, aku membersihkannya. Yaaa meskipun memakan waktu yang lama. Dan kamu tau ngga ..."

Dia menjelaskan panjanglebar sekaligus memperagakan kejadian beberapa saat lalu dengan berbagai ekspresi. Dan dia berkata jika saat membersihkan kekacauan yang mereka buat, ada seekor kecoa terbang hinggap diseragamnya. Iya Kecoa.

Coba bayangkan Daren yang tadinya mengaku jika dia gentle dan tidak takut apapun, melempar sapu yang dipegangnya lalu dengan panik membuka seragam sekolahnya karena seekor kecoa.

Alhasil aku yang sedari tadi menjadi pendengar setia hanya dapat menahan tawa. Daren mengetahui ekspresiku menatap kesal.

"Kalau ingin tertawa, tertawa saja. Jangan ditahan."

Mendengar sindirannya, tawa yang sedaritadi aku tahan akhirnya pecah.

Daren menatapku sinis lalu pergi meninggalkan aku yang masih sibuk tertawa. Aku yang mengetahui kepergiannya bergegas menyusul, menghadang tepat dihadapannya.

"Ohhh lihatlahhh... Darenku sedang ngambek... uhhh lucunyaaa..." tanganku mencubit gemas kedua pipinya yang langsung dihempas halus oleh Daren.

"Apaan sih. Minggir. Aku mau pulang."

Daren melangkahkan kaki ke kiri, dengan gerak cepat aku mengikuti, kembali menghadangnya yang sekarang menantapku datar.

For You [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang