First Dream

268 23 4
                                    

“Hm?” wanita yang sedang tidur itu bangun dan melihat sekitar dengan bingung. “Aku ketiduran...?” tanyanya, kemudian melihat pria yang sedari tadi disandarinya sekarang menghela napas lega dan menggerak-gerakkan bahunya yang gemetaran dan kesemutan.

“Selamat pagi,” kata pria itu.

“Patsuan, maaf! Aku ketiduran lama, ya?” tanya wanita itu, langsung mencoleki bahu pria di sebelahnya yang kesemutan.

“Hen-hentikan, Pirarin, bahuku kesemutan, tahu,” kata Shinpachi yang sebisa mungkin menghindar dari colekan jahil wanita itu, karena jika tubuhmu kesemutan, mencolekinya akan terasa sangat geli dan aneh.

“Hihi,” wanita itu puas menjahili prianya dan kemudian menyadari keberadaan Kagura. “Oh? Kau...?” dia terlihat seperti mengenali Kagura sejenak, lalu kemudian mengeluarkan ekspresi bingung. “...siapa?” tanyanya.

Kagura terkekeh kecil, lalu melirik pria di sebelahnya dengan rasa terimakasih besar. “Aku baru saja terkena kesialan dan Sensei membantuku. Berandalan itu merampas tasku,” kata Kagura dan menunjuk seonggok daging di dekat mereka yang masih terkapar di tempatnya.

“Ah,” wanita itu mengerti. “Ngomong-ngomong, panggil aku Pirarin! Dan ini suamiku, Patsuan~!” kata wanita itu dan menarik tangan suaminya yang masih agak kesemutan.

“Pirarin...? Patsuan?” tanya Kagura, yang sekejap seperti teringat sesuatu.

Teh disajikan. Saat melihat sekitar, Kagura benar-benar merasa ia tidak asing dengan dojo ini. Bagaimana bisa begitu?

“Jadi, Nona Kagura,” ucap Patsuan lembut. “Kau menyukai dojo kami?” tanyanya.

Kagura mengangguk pelan. “Ya, sepertinya aku jadi merasa nostalgia—” Kagura teringat. “Saya belum memperkenalkan nama saya,” ucap wanita itu kemudian. “Bagaimana...?”

“Apa maksudmu, Kagura-chan? Tentu saja kami mengenalmu~!” kata Pirarin.

“Karena kau sudah lama tidak berkunjung, kami tahu kau pasti melupakan kami, jadi kami memperkenalkan diri lagi,” jelas Patsuan.

“Ber...berkunjung?” tanya Kagura pelan.

“Eeeeey~ Kagura-chan memang melupakan kita, Patsuan~!” Pirarin mengeluarkan ekspresi ngambek, tapi Kagura masih sangat kebingungan.

Patsuan mengangkat cangkir tehnya dan membiarkan kacamatanya menjadi berembun karena uap. “Tidak masalah kalau kau melupakan kami, Kagura-chan. Tapi kau tidak melupakan ########, kan?” tanya pria itu kemudian menyeruput tehnya.

Kagura terperanjat seperti baru mendengar sesuatu yang penting. Tapi otaknya tidak bisa memproses sesuatu itu dan Kagura menjadi bertambah bingung. Apa? Siapa?

“Tidak mungkin! Kalian kan diciptakan satu sama lain, seperti Pirarin dan Patsuan, kalian adalah ##### dan Kagura!” kata Pirarin semangat.

Kagura dapat melihat bibir mereka bergerak tapi Kagura tidak bisa membacanya. Suara yang menyebutkan sesuatu itu menjadi buram dan tidak dikenali. Kagura panik sendiri, merasa takut. Apa yang mereka bicarakan? Siapa...?

“Jangan bilang,” Patsuan melirik Kagura dari kacamatanya yang sudah mulai tidak berembun lagi. “Kau melupakannya juga?” tanya pria itu. “##########,”

Ucapan pria itu menakuti Kagura. Melupakan apa? Siapa? Kenapa? Apa maksudnya? Apa seharusnya ia tidak melupakan sesuatu?!

Kagura terperanjat di atas kasurnya. Dengan suhu tubuh yang tinggi dan dipenuhi keringat, Kagura merasakan kepalanya sedikit berputar. Tunggu. Apa? Kagura bingung sendiri. Dengan cepat ia melihat ke arah tasnya, dan menariknya mendekat.

Her DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang