Bagian Delapan

1.4K 149 7
                                    

8: He always He

“Hati tugasnya sebagai penawar racun, tapi kok hati yang sakit ya?”

Kerja kelompok menumpang wifi di perpustakaan sekolah membawa sial yang begitu besar pada Aira.

Pertama, Nata yang entah kenapa tiba-tiba menjauh. Sebenarnya bukan hanya hari ini, tapi seminggu sejak Nata sehat. Aira jadi merasa pacar paksaan itu hanya candaan.

Kedua, Hujan begitu deras.

Ketiga, Terjebak di halte bus sendirian tanpa orang yang berniat memberi tumpangan.

Aira menjedotkan kepalanya ke tiang halte, cukup frustasi. Hari sudah sore menjelang malam, udara sangat dingin. Aira sudah menelpon orang rumah dan tak ada orang di rumah. Ayah dan ibunya sedang di pengadilan mengurus perceraian.

Aira sudah meminta tolong pada lita, tapi lita pun tak bisa.

Ingin rasanya meminta tolong pada Nata, tapi Nata sedang menyuekinya tanpa Aira tau salahnya apa. Tadi sudah di chat, tapi tidak di read.

Hah, pusing.

Aira semakin frustasi ketika hujan malah turun semakin deras. Hingga satu ide hinggap di kepalanya.

Ia mengeluarkan ponselnya, membuka akun instagramnya dan membuat story.

Ia mengaktifkan komentar di storynya. Aira mengambil nafas, Harap-harap cemas cara ini berhasil atau gagal.

Aira kemudian memanjangkan kakinya, lalu menyorot kamera ke kedua kakinya yang sengaja ia julurkan ke rintik hujan yang jatuh dari atap halte.

Aira kemudian membuka fitur boomerang dan menggerakkan kakinya sedikit. Sedikit melihat hasil, Ia kemudian menguploadnya dengan stiker jam disana dengan tulisan

“The Rain Kept me in here.”

Beberapa kali, ia melihat siapa yang sudah melihat storynya. Berharap ada yang peka dan bertanya dia ada dimana dan menjemputnya.

Caranya benar tidak aktif dan efisien. Terbukti sudah 20 menit berlalu dan tidak ada yang peduli. Aira menghela nafas berat, hujan malah semakin deras dan baterai ponselnya hampir habis.

2 menit kemudian, ia melihat story nya dan boom Nata telah melihat story nya. Kuota ponselnya pun tinggal 15 Mb tak bisa berlama-lama. Ingin pesan Ojek Online, gak punya aplikasinya.

Fix, benar-benar sial.

Rasa-rasanya ingin menangis.

Aira memegang ponselnya berharap Nata meleleh. Tapi bahkan sudah lewat 20 menit, Nata tak datang,tak juga bertanya. Hingga akhirnya ponselnya mati dan benar-benar sial.

Melihat Hujan yang sedikit mereda dan jam yang menunjukkan pukul 17.30 membuat Aira memutuskan untuk segera pulang. Sekedar mencari taksi yang lewat atau angkutan umum yang lewat di jalan besar.

Pertama-tama sih, Hujannya sudah berubah jadi gerimis. Hingga di pertengahan jalan, yang bahkan jauh dari tempat berteduh Hujan tiba-tiba menderas.

Dirimu Elegiku [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang