Wanita Sholehah Idaman Hati

127 0 0
                                    

Sedih ketika di usia remaja harus jauh dari orang tua dan keluarga, itu yang dirasakan oleh Nita. Gadis cantik dan ramah, gadis yang kini beranjak usia 19 tahun harus terpisah dari keluarga tercinta demi niat yang ia ucapkan kepada orang tuanya . Setelah lulus sekolah di pondok pesantren milik ayahnya, ia harus tinggal dikampung yang sangat jauh. Kampung dimana ayahnya dulu pernah tinggal. Keramahan Nita tidak menyulitkan ia dalam bergaul pada tetangga barunya. Senyumnya yang selalu membuat orang ingin menyapanya. Bahkan banyak laki-laki yang tinggal dikampung itu mengagumi dan menyukai Nita. Suatu hari ada seorang ikhwan yang baru saja lulus dari kuliahnya di luar kota dan pulang ke kampung halaman sebut saja namanya Fikri. Saat menuju perjalanan pulang kerumah, Fikri melihat Nita duduk diteras rumah sambil membaca buku. Nita sangat suka membaca buku, bahkan Nita juga hobi sholawat dan hafal qur'an 30juz. Sebelumnya Fikri tidak pernah melihat Nita di kampungnya dan berniat ingin mengenal Nita.Fikri terpikat karena kecantikan dan keanggunan Nita selain murah senyum juga dihiasi jilbab yang panjang. Wanita yang Fikri cari ada pada Nita. Fikri menghampiri Nita dan memulai salam terlebih dahulu. "Assalamu'alaikum?" ucap Fikri
"Wa'alaikumussalam" jawab Nita
"Subhanallah, sebelumnya ana tidak pernah melihat ukhti, apakah ukhti penduduk baru disini?" Tanya Fikri
"Oh iya, saya orang baru disini. Nama saya Nita". Nita menyebutkan nama dan menyalurkan tangan. Namun Fikri hanya tersenyum dan juga memperkenalkan diri.
"Ana Fikri ukhti, salam kenal ya ukhti?" ucap Fikri
"Iya". Jawab Nita
Tidak lama mereka bicara dan saling mengenal, Fikri pamet pulang untuk menemui kedua orang tuanya.
Semakin hari mereka semakin dekat, mereka saling kenal satu sama lain. Namun, 1 yang tidak Fikri ketahui tentang siapa Nita sebenarnya.
"Nita, setelah beberapa bulan ini kita sudah dekat. Dan ana ingin bertanya pada ukhti!". Ucap Fikri
"Silahkan kamu mau bertanya apa?" tanya Nita
"Apakah ana boleh ketemu orang tua ukhti?"
Setelah mendengar pertanyaan itu Nita terdiam sesaat.
"Maafkan aku belum bisa mempertemukan kamu sama orang tua ku!" Jelas Nita
"Kenapa Nita? Apa kamu masih ragu sama aku.? Aku akan bahagiakan kamu Nit, aku mencintai kamu. Kamu sosok wanita yang aku cari. Sopan dan sholehah".
"Maafkan, untuk saat ini belum bisa!"
Nita kemudian pergi meninggalkan Fikri yang masih duduk di kursi taman.
Keesokan harinya Fikri melihat ada seorang lelaki yang kelihatannya dari orang kaya datang kerumah Nita. Dan Nita terlihat bahagia menyambut kedatangan lelaki itu. "Apakah ini alasanmu Nit" gumam Fikri dalam hati
Fikri beranjak pergi dari halaman rumah Nita dengan wajah yang sedikit kecewa. Orang yang ia cintai selama ini telah memiliki seorang kekasih. Pupus harapan Fikri untuk meminang gadis dambaannya.
"Kenapa semua ini kau sembunyikan dariku Nitaaa, kenapa kamu biarkan perasaan ini tumbuh, bahkan begitu besarnya. Kenapa kau sakiti aku seperti ini, kenapaaa.. Kenapa kau biarkan aku jatuh cinta sedang kau sudah punya kekasih hati!" ucap Fikri dengan tangisan air mata bercampur marah.
Beberapa minggu sudah berlalu Fikri tidak pernah keluar rumah, dia banyak murung dalam kamar. Ketika keluar kamar dia tidak banyak bicara sampai-sampai membuat kedua orang tuanya bingung. Melihat keadaan anak mereka yang tidak seperti biasanya membuat mereka takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kalau dibiarkan terlalu lama. Kemudian kedua orang tua Fikri merencakan untuk mempertemukan Fikri dengan seseorang wanita yang sudah mereka jodohkan ketika Fikri dan wanitanya masih kecil. Kedua orang tua Fikri mengajak pergi kerumah calon istri untuk dikenalkan dengan Fikri. Fikri tidak bisa apa-apa, dia hanya terdiam dan mengikuti apa kata kedua orang tuanya. Namun sayang, ketika mereka sampai dirumah wanitanya, wanita yg dijodohkan dengan Fikri tidak ada dirumah. Mereka kemudian pulang dan akan melanjutkan pertemuan ketika wanitanya tersebut sudah ada dirumah.
Fikri mencoba untuk melupakan Nita dan belajar menerima calon istrinya meskipun ia belum pernah bertemu dengan wanita itu. Tetapi dia berharap calon istrinya itu adalah wanita yang dia dambakan, wanita baik dan sholehah. Tetap mengharapkan gadis itu adalah Nita.
Beberapa minggu kemudian, Fikri berjalan sambil melupakan semua tentang Nita, dipertengahan jalan Fikri tidak sengaja bertemu Nita yang datang dari warung untuk pulang. Nita menyapa Fikri ditambah dengan senyum manis dibibirnya. Namun Fikri tidak membalas senyum Nita dan segara pergi menjauh meninggalkan Nita. Nita merasa Fikri masih marah karena waktu kemaren Nita meninggalkan Fikri ditaman sendirian. Rasa resah dan bersalah selalu membayangi pikiran Nita, akhirnya Nita pergi kerumah Fikri untuk meminta maaf atas kejadian waktu itu. Sesampainya dirumah Fikri, ummi Fikri segera membuka pintu yang telah diketuk Nita beberapa kali.
"Nita, tumben kesini. Ada apa?" tanya ummi Fikri
"Cari Fikri, dia ada tante?"
"Dia belum pulang Nita, ada pesan yagg ingin disampaikan? Biar saya sampaikan nanti?"
"Oh tidak tante, kalau begitu saya permisi. Assalamu'alaikum?"
Nita melangkahkan kaki meninggalkan rumah Fikri.
"Tu anak kemana ya, ku kira tadi dia pulang kerumah. Taunya tidak ada". Gumam Nita dalam hati.
Nita berusaha ingin menemui Fikri namun sampai waktunya Nita harus kembali pulang kerumah. Sesuai dengan perjanjian awal sampai 1 tahun Nita tinggal dikampung orang dan sekarang sudah waktunya pulang. Semua barang-barang milik Nita sudah tersusun rapi. Dan sebelum pergi dari kampung itu, Nita pergi kerumah Fikri untuk berpametan sekalian meminta maaf.
Setelah pintu diketuk, Fikri segera membuka pintu. Dan dia terkejut melihat Nita dihadapannya. Fikri segera memalingkan wajahnya dan ingin pergi dari hadapan Nita, namun Nita segera memegang tangannya untuk mencegah Fikri pergi darinya.
"Aku mohon maaf atas kesalahanku waktu itu, aku benar-benar belum bisa untuk pertemukan kamu dengan kedua orang tua ku. Semua itu aku lakukan bukan aku tidak mencintaimu, tapi itu semua ada alasannya. Aku mohon, kamu mau dengerin penjelasanku". Jelas Nita
"Bukan itu yang membuat aku marah sama kamu, tapi lelaki itu.."
"Kenapa Fik?? Lelaki itu apa?"
"Sudahlah, aku tidak mau bahas ini lagi!" pergi kamu dari sini, lagi pula tidak ada yang perlu dipertahankan lagi. Sebentar lagi aku akan menikah dengan pilihan kedua orang tuaku. Kuharap kau tidak mengangguku lagi!".
"Apa? Kau akan menikah ? Dan melupakan apa yang dulu kamu ucapkan. Kini kamu menyuruhku untuk pergi, iyaa, aku akan pergi dari sini. Bahkan aku tidak akan kembali lagi. Jika kamu masih mencintaiku, aku mohon datanglah kerumahku dan temui kedua orang tuaku?".
"Aku tidak perlu melakukan hal itu, biarkan orang lain yang mencintaimu untuk menemui orang tuamu. Pergilah!".
Wajah cantik Nita terhapus dengan titisan air mata, dia pergi perlahan melangkahkan kaki menjauh meninggalkan Fikri. Dia tidak menyangka Fikri marah semarah itu karena kejadian waktu itu. Nita tidak tau bahwa sebenarnya Fikri marah karena melihat lelaki datang kerumah Nita. Fikri pun tidak tau kalau ternyata lelaki yang datang itu adalah kakak kandung Nita sendiri. Kesalahpahaman membuat mereka saling menjauh, dan Nita harus merelakan orang yang ia cintai menikah dengan orang lain.
2 bulan kemudian Nita memutuskan untuk menutupi wajah cantiknya dengan cadar sesuai perjanjiannya dengan sang abi pada saat kelulusan Nita dari Ponpes. Senyum yang menghiasi di wajahnya kini tidak bisa dinikmati lagi oleh para ikhwan. Keputusan itu disetujui oleh keluarga Nita untuk benar-benar hijrah.
Suatu hari Nita berkunjung ke kampung yang dulu ia tinggal untuk menemui Fikri. Tapi saat itu Fikri sekeluarga tidak ada dirumah. Ternyata Fikri sekeluarga sedang pergi kerumah Nita untuk menemui calon istri Fikri. Nita dan Fikri tidak mengetahui bahwa mereka telah dijodohkan oleh kedua orang tua mereka sejak mereka masih kecil.
Setelah mendengar dari tetangga, harapan Nita untuk bersama Fikri pupus ditengah jalan. Dengan rasa kecewa dan sedih bercampur jadi satu. Setelah pulang kerumah, Nita tidak sempat bertemu dengan Fikri yang ternyata Fikri ada dirumahnya sudah pulang.
"Kamu kemana Nisa?" tanya ummi Nita. Ternyata nama Nita itu hanyalah nama singkatan. Nama Nita sebenarnya adalah Nisa Tania Putri.
"Aku tadi cari angin ummi!" jawab Nisa dengan nada lemah tidak semangat
"Kamu kenapa sayang?" tanya ummi dengan heran melihat Nisa yang tidak seperti biasanya. Tangis Nisa langsung pecah ketika Nisa memeluk umminya, dia tidak tahan menahan kesedihan yang ia alami.
"Ummi" rintih Nisa
"Iya sayang? Ada apa cerita sama ummi"
"Aku mencintai dia ummi"
"Mencintai siapa Nis?"
"Fikri!"
Serentak umminya kaget ternyata anak gadisnya mencintai seorang lelaki yang telah mereka jodohkan. Tapi pikiran itu hanya sesaat, belum tentu Fikri yang disebut adalah Fikri yang mereka jodohkan. Karena nama Fikri itu banyak.
"Fikri itu seperti apa anaknya sayang?, dan dia tinggal dimana ?" tanya ummi untuk menyakinkan pemikirannya
"Dia lelaki yang shaleh, dia lulus kuliah di Fakultas keagamaan jurusan Ilmu Fiqih, dia lelaki yang tinggal dikampung tempat aku tinggal kemaren ummi".
Umminya terkejut dan benar benar tidak menyangka, bahwa Nisa telah bertemu dan mencintai calon suaminya. Meskipun Nisa sebenarnya tidak tahu hal itu. Mendengar cerita Nisa ummi hanya tersenyum.
"Ummi kenapa senyum senyum?" tanya Nisa
"Oh tidak apa apa, ummi lupa di dapur ummi sedang mau masak"
Ummi pun bergagas pergi ke dapur meninggalkan Nisa yang masih menangis tersedu sedu di ruang tamu.
Malam harinya, ummi dan abi Nisa berbincang di dalam kamar
"Abi tau tidak?"
"Tau apa ummi?"
"Tadi Nisa cerita sambil nangis nangis sama ummi, tau apa yang diceritakan Nisa?"
"Nisa kenapa ummi?"
"Nisa jatuh cinta sama Fikri yang kita jodohkan itu abi"
"Lalu apa yang membuat Nisa sedih?"
"Nah itu yang ummi bingung dan tadi tidak sempat ummi tanya sama dia"
"Ummi tanya sana, biar semuanya jelas. Dan kalau bisa kita percepat untuk meresmikan hubungan mereka"
"Iya, nanti ummi tanya".
Keesokan harinya ummi menemui Nisa yang sedang duduk diruang tamu.
"Sayang?"
"Iya ummi?"
"Ummi mau tanya tentang kemaren?"
"Tanya aja ummi"
"Kamu kan mencintai Fikri, tapi apa yang membuat kamu sedih hingga tidak terkira?"
"Ummi!"
Nisa kembali merangkul tubuh umminya dan kembali menangis
"Sayang, ceritakan sama ummi?"
"Aku sangat mencintai lelaki itu ummi, tapi dia akan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya"
"Jelas saja kamu menangis nak, ternyata kamu tidak tau kalau calon istri Fikri itu adalah kamu sendiri" gumam ummi dalam hati.
"Sayang, kalau itu yang membuat kamu sedih kamu harus cari obatnya agar kamu mendapatkan ketenangan. Sekarang waktunya sholat dhuha, kamu adukan semua itu kepada Allah ya sayang. Kamu pinta jalan keluar dari kesedihan kamu. Nisa pun segera mengambil wudhu dan melaksanakan sholat dhuha. Segala yang ia rasakan ia curhatkan kepada sang Maha pencipta. Dengan tangis air mata Nisa mengadukan nasib perasaannya
"Ya Allah, Ya Rabbku.
Aku malu mengadukan hal ini kepadaMu, yang sesungguhnya aku sangat mencintainya. Ya Allah, aku tidak pernah mencintai lelaki selain ia. Tapi setelah aku mencintainya, dia malah mencintai orang lain. Ya Allah, jika memang dia bukan jodohku, maka hilangkan rasa sedih ini Ya Allah. Aku mohon padaMu, biarkan aku melupakan dia Ya Allah. Aku yakin segala sesuatu itu datang dariMu, mungkin ada yang lebih baik dari dia. Aamiin".
Ditengah malam Fikri juga mencurahkan semua isi hatinya pada sang Maha Kuasa.
"Ya Allah Yang Maha Melihat, tunjukan kebenaran untukku. Jalan mana yang harus aku pilih. Jujur Ya Allah, aku sangat mencintai Nita, aku tidak bisa membohongi diriku sendiri Ya Allah. Aku belum bisa mencari pengganti selain dia Ya Allah".
Menjelang 2 hari kemudian Fikri dan keluarganya kembali datang kerumah Nisa. Setelah sampai dirumah Nisa, mereka dipersilahkan masuk dan duduk diruang tamu.
"Tunggu sebentar ya Pak Ahmad, ummi Nisa pergi ke atas menjemput Nisa untuk turun kebawah".Ucap abi Nisa. Dengan mengucap bismillah dengan ikhlas Nisa melangkah kan kaki untuk menemui calon suaminya. Belum sampai turun ke bawah, ditengah tengah anak tangga Nisa terdiam dari kejauhan melihat Fikri duduk diruang tamu rumahnya bersama kedua orang tua Fikri. Dia tidak menduga dan setengah tidak percaya antara mimpi atau nyata. Setelah turun dan mulai mendekati Fikri yang sedang duduk, Nisa menitiskan air mata dan perlahan ia mengucap nama lelaki itu.
"Fikri?"
Mendengar ucapan lembut Nisa, Fikri melihat kearah Nisa dan terkagum melihatnya. Ummi mempersilahkan Fikri duduk dan Nisa pun duduk.
"Nah Fikri, dia anak kami yang kedua. Dia lulus di ponpes milik abinya. Setelah lulus dari pondok, dia di kirim abinya kekampung orang untuk hidup mandiri. Karena saat itu ia ingin hijrah dan sebelum hijrah abinya mengujinya dengan mengirimnya jauh dari kami". Ucap ummi Nisa. Kemudian Nisa berucap juga
"Kamu mengenaliku Fikri??"
"Tidak!" jawab Fikri dengan nada sedikit cuek.
"Kamu sebelumnya pasti pernah mengenal Nita kan Fikri?" tanya ummi Nisa
"Nita?"
"Iya Fikri, Nita yang pernah tinggal di kampungmu"
"Maaf sebelumnya kok ummi tau?"
"Iya ummi sangat tau, kemaren Nisa cerita sama ummi kalau dia mencintai kamu"
"Ini maksudnya gimana ya ummi? Ummi kenal sama Nita dan bilang kalau Nisa mencintaiku?"
Untuk menghapus rasa penasaran Fikri, perlahan Nisa membuka cadar dan betapa kagetnya Fikri.
"Nitaaa?" ucap Fikri dengan kaget
"Iya, ini aku Fikri. Nita"
Setengah Fikri tidak percaya wanita yang dihadapannya adala wanita yang sangat ia dambakan, apalagi setelah melihat Nisa yang kembali memasang cadar untuk terakhir kalinya. Abi Nisa pun menceritakan semuanya dari awal sampai akhir. Dan akhirnya Fikri mengetahui dan memahami semuanya. Teringat saat itu Fikri pernah marah karena kesalahpahaman yang membuat ia menjauhi gadis idamannya.
"Ana mohon maaf Nisa, saat itu ana benar benar tidak mengetahuinya dan kejadian itu membuat ana sangat marah. Tapi jujur, ana tidak bisa melupakan kamu Nisa. Ana tetap berharap ana bisa bersamamu. Berapa kali ana mencoba melupakan mu namun itu tidak bisa. Dan subhanallah, ana melihat jati dirimu yang sebenarnya. Kau wanita yang sangat ana cari. Wanita idaman yang pernah memikat hati ana. Semoga kita hidup bersama dalam pernikahan yang sakinah mawaddah dan warahmah. Gadis idaman ana, ana melamarmu didepan kedua orang tuamu dan disaksikan oleh kedua orang tuaku, semoga Allah merestui cinta kita".
Serentak kedua orang tua Nita dan orang tua Fikri mengucap aamiin. Kebahagiaan pun mewarna kehidupan Fikri dan Nisa yang akan melangsungkan pernikahan 1 minggu kemudian. Kedua orang tua Nisa dan Fikri senang perjodohan anak mereka berjalan lancar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 21, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanita Sholehah Idaman HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang