"DENDAM SANG BAYANGAN"

32 1 1
                                    

Aku diam menyendiri di sudut ruangan yang ramai oleh rekan-rekan kerjaku, tapi seakan tidak mengganggu lamunanku yang masih terus terbayang mimpi semalam. Ya ... Seorang perempuan yang muncul dalam mimpiku, muncul dari kegelapan di suatu tempat yang tidak pernah kuduga.

'Aku akan selalu menjadi bayanganmu. Mencari celah untuk menjatuhkanmu dan membuatmu mengakui kekalahan.'

Kalimat itu masih teringat di benakku, tapi aku tidak bisa mengenalinya. Hanya mata merah kelam yang bisa kulihat, yang sepertinya menunjukkan kemarahannya. 'Tapi apa maksud dari ucapannya? Dan kenapa dia marah serta memusuhiku?'

"Winda, coba kau lihat ini ...," suara inspektur Doni yang cukup lantang dan tegas, seolah menyadarkanku dari lamunan. Aku yang masih berusaha menguasai diriku, bergegas menghampiri pria yang sibuk mengamati sesuatu di mejanya itu.

"Ada apa, Inspektur?" tanyaku yang masih penasaran dengan panggilannya.

"Coba kau lihat ini!"

"Benar-benar kejam!" desisku penuh amarah, saat melihat sebuah foto yang ditunjukkan inspektur Doni padaku. Foto seorang wanita kisaran berumur 40 tahunan dengan pisau yang menancap di lehernya, tangan dan kaki yang terpaku oleh sebuah besi tajam di dinding. Perut yang sudah terkoyak menunjukkan organ dalamnya, yang sudah hampir sepenuhnya keluar dari rongganya.

'Sungguh keji. Mungkin pelakunya bukan manusia, tapi iblis!' bagiku memendam kemarahan, yang saat ini juga ingin meledak. Tapi aku harus menjaga emosi dan perilakuku di depan atasanku, karena aku tidak ingin membuat suasana hatinya semakin buruk.

"Kali ini kau harus turun ke lapangan, selidiki kasus ini dan segera selesaikannya!" perintah inspektur Doni yang emosinya mulai tersulut. Mukanya benar-benar merah padam, bagaikan bara api yang mampu membakar siapa saja yang menyentuhnya.

Aku tidak ingin menunda-nunda dan segera pamit, memberinya hormat sebelum akhirnya pergi ke lokasi TKP. Ini adalah pertama kalinya aku terjun untuk menyelidiki di TKP, setelah beberapa kasus kemarin aku hanya dibiarkan sebagai penulis laporan di kantor saja. Tentunya aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Kesempatan untuk aku menunjukkan bahwa aku juga bisa seperti rekan-rekan priaku.

***

Rumah itu sudah dipenuhi oleh orang-orang kampung, menyaksikan beberapa anggota polisi yang tengah menyelidiki tempat pembunuhan tersebut bagaikan sedang menonton pertunjukan film. Aku mendekat dan terus menerobos mereka hingga akhirnya aku sampai di teras rumah, yang tak lain adalah rumah korban.

"Kapan kejadian ini berlangsung?" tanyaku pada Iwan, sahabat sekaligus rekan seprofesiku yang sedang mengamati mayat dan menulis apa saja yang dia dapatkan.

"Menurut warga, korban sudah tidak terlihat sejak kemarin sore. Tapi dari kondisi mayatnya, aku menyimpulkan bahwa korban dibunuh sekitar 8 jam yang lalu ...," terangnya yang kemudian menatapku. Dia sempat terkejut sesaat karena mendapatiku ternyata juga di TKP.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya, penasaran.

"Kau tau kan?! ini adalah korban ketiga dan cara pembunuhannya sama," aku mencoba sedikit memberi penjelasan pada Iwan, "Dan aku rasa sih inspektur sudah mulai bingung dengan kasus ini, makanya dia menyuruhku membantumu."

Dalam sebulan ini memang sudah tercatat bahwa terjadi dua pembunuhan dan ini yang ketiga kalinya, dengan cara membunuh yang sama. Dua korban sebelumnya adalah pria yang dikenal sebagai gembong narkoba dan juga pemilik salah satu diskotik di tengah kota, yang ternyata diam-diam menjajakan pekerja sex gadis remaja. Sudah lama kedua orang tersebut menjadi target pengintaian polisi, hanya saja tidak mudah menangkapnya dikarenakan bukti yang kurang kuat. Semuanya baru terungkap setelah kematian kedua orang itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

"DENDAM SANG BAYANGAN"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang