Tengah malam. Gadis itu mendengar suara ketukan pintu. Beberapa kali. Gadis itu tak menghiraukanya. Ia mencoba memejamkan matanya, dan berusaha tak mendengar.
"Mai. Buka pintunya." Laki-laki itu berbisik pelan. Mai hanya bisa membantin. Gadis itu jengkel setengah mati. Ia tidak tau apa maksud pamanya itu dengan segala sikapnya akhir-akhir ini. Mai memilih diam, tak menceritakanya pada siapapun, apalagi Sarah.
Mai sering menahan pipis jika sudah tengah malam. Padahal biasanya dulu gadis itu leluasa untuk pergi ke kamar mandi. Tapi tidak untuk sekarang. Ia harus memastikan Surya tak ada di rumah jika Mai mau sekedar untuk pipis ataupun mandi. Ia kadang gerah karena kamar itu pengap.
Tiap tengah malam, pintu kamarnya di ketuk. Mai tetap tak merespon. Ia juga sering mencium bau rokok sekitar kamarnya. Kadang suara langkah kaki. Suara keran yang di yalakan deras. Suara itu membuat Mai merinding. Surya juga sekali mendecak-decakkan mulutnya, suaranya sengaja di perbesar. Sepertinya sengaja menggoda Mai.
Mai masih saja bertahan untuk selalu di kamar. Kadang neneknya memarahinya, karena gadis itu jarang sekali ke ruang tamu, atau menggantikan Sarah untuk menemani anak-anaknya. Mai tidak lagi melakukan itu. Pernah sekali, ia karena tidak enak dengan Sarah. Mai dengan gusar menemani anak-anak Sarah.
Sementara Sarah mandi. Tiba-tiba Surya datang, memarkir motornya. Sontak Mai segera berlari ke kamarnya. Gadis itu mengunci kamarnya. Ia takut bertemu dengan laki-laki itu. Benar saja, setelah itu Surya mengetuk pintu kamarnya. Tapi Mai sama sekali tidak mau membuka pintu kamarnya.
"Ya Tuhan ... apa maunya orang itu?" batin Mai bertanya-tanya. Kadang Mai ingin memberanikan diri untuk bertanya langsung pada Surya. Tapi melihat wajah Surya saja sudah membuatnya takut. Mai meremas-remas kedua tangannya. Was-was.
Ketika pagi, Mai memasak dengan gusar. Ia takut Surya tiba-tiba bangun. Dan melihatnya. Surya tidak lagi seperti dulu. Mai pernah tak sengaja melihat Surya tidur di kamar nenek dan kakenya. Kamar itu pintunya berhadapan langsung dengan tempat ia biasa mencuci piring. Ia memergoki Surya sedang memandanginya.
Mai segera berlari ke kamar. Entah sampai kapan Mai akan selalu seperti itu. Ia tidak bisa di suruh bersikap biasa saja dengan Surya. Mata laki-laki itu seolah menelanjanginya. Mai berharap, Surya tidak mempunyai duplikat dari pintu kamarnya. Karena neneknya pernah bercerita, jika tiap pintu di kamar itu ada duplikatnya. Dan milik Mai hilang entah kemana.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Siti Maimunah (END+ Revisi)
Storie d'amore21+ Dilarang keras membaca jika belum usia dewasa. Om Surya. Paman nya yang ia fikir adalah pria yang alim. Ternyata .... Sebuah pelajaran bagi Mai. Kehidupanya mengajarkan untuk tidak menilai susuatu dari luarnya saja. Begins on September 2018.