BAB 08 GEMAS

17K 2.6K 116
                                    


17 YEARS OLD

Ih aku kok malah jadi terganggu dengan sikap si Kairo. Dia ini malah ngasih sinyal yang jelas kalau dia ingin menerima perjodohan ini. Oalah Big no Tidak dan tidak. Mimpipun mempunyai pasangan yang jauh lebih dewasa nanti bisa musnah jadi abu dong. Nah makanya aku menyusun rencana yang akhirnya mempertemukanku dengan Fadli. Seorang eksekutif muda, yang sudah mapan dalam bidangnya. Ini sebenarnya temannya pacarnya si Erin. Saat aku mengeluh karena tidak mau dijodohkan, dia bilang temannya Danu pacarnya itu juga lagi cari istri. Dan kencan ini akhirnya terwujud dengan disponsori Erin dan Danu.

"Naomi kan ya?"

Kuanggukan kepala dengan cepat, saat seorang pria dengan tinggi yang yah tidak terlalu tinggi dan berkulit sawo matang ini menyapaku. Dia sangat ramah sejak datang, bahkan dia tidak merasa heran dengan kemungilanku. Yang biasanya pria itu kan kalau lihat aku pasti panggil adek dan kawan-kawannya. Pokoknya yang mengindikasi kalau aku ini masih kecil.

"Jadi Naomi ini udah 29 tahun?"

Aku tersenyum dengan manis mendengar pertanyaan Fadli. "Iya, tapi banyak yang ngira aku baru saja lulus tk."

Jawabanku itu membuat Fadli terkekeh. Memamerkan lesung pipinya yang membuat dia semakin terlihat manis.

"Awet muda kan ya. Gak apa-apa, aku suka kok."Ah serasa melayang aku mendengar ucapannya. Dia ini ternyata pria baik dan bijaksana. Sejak duduk di depanku tutur katanya itu membuat aku tersenyum terus.

"Yah tapi kadang menjadi awet muda itu tidak begitu menyenangkan. Aku kan juga udah siap buat nikah," ups aku ngomong apa ya ini. ucapanaku itu malah membuat Fadli tersenyum, Tentu saja pipiku merona malu.

"Jadi udah siap dilamar?"

Dia menggodaku dan membuat aku tersenyum malu lagi. Aduh kenapa aku begitu terbuka sih soal ini.

Tiba-tiba ponsel Fadli berbunyi, dia segera permisi untuk menjawabnya. Aku mengangakt tangan untuk mengatakan kalau itu tak apa-apa. Aku merasa senang karena akhirnya menemukan pria yang tepat untukku. Lagipula Fadli sepertinya pria yang mudah dicintai. Jadi aku tidak akan dipaksa mami lagi untuk menerima perjodohan dengan si Roiko itu.

"Ehmm Naomi,"

panggilan itu menyadarkanku dari lamunanku. Mataku berbinar saat bertemu dengan Fadli.

"Ehm maaf ya, aku haru bertemu dengan seseorang. Kalau kamu mau menunggu aku akan cepat."

Hah maksudnya?

"Sebentar ya, itu dia sudah ada di sana."

Fadli menunjuk orang yang ada di ambang pintu dan aku hampir menangis saat melihat siapa yang kini berdiri di sana dengan tatapan menghujam kepadaku. Aku dan Fadli memang ada di resto cepat saji. Dan suasana yang penuh sesak ini makin membuat aku tidak bisa bernafas.

Sebelum Fadli beranjak, pria itu melangkah ke arah kami. Astaga, kok ini terjadi lagi. Bisakah dalam satu kali 24 jam hidupku aku tidak bertemu dengan dia?

"Pak Kairo, maaf saya baru akan mengambil laporan yang ada di dalam mobil."

Tentu saja mataku membelalak mendengar ucapan Fadli. Maksudnya?
Tapi Kairo kini mengibaskan tangannya.

"Soal laporannya nanti saja, kamu sekarang pergi ke kantor untuk rapat dengan anak-anak yang lain. Nanti aku menyusul."

Ucapan Kairo membuat Fadli menatapku tidak enak. Tapi dia segera menganggukkan kepala dengan patuh.

"Baik pak. Ehm Naomi maafkan ya harus segera pergi. Nanti aku telepon kamu."

Tentu saja aku memberengut mendengar ucapannya. Kok jadi kayak gini sih? menatap Fadli yang berjalan meninggalkanku. Lalu kini aku menatap galak ke arah Kairo yang sudah duduk di depanku.

"Adeknya, lagi makan apa?"

Ih dobel triple kesel ama situasi ini. Kok ya dia lagi dia lagi.

"Kamu siapanya Fadli?"
Kairo mengambil kentang goreng yang ada di atas meja. Lalu memakannya dengan santai."

"Dia itu karyawanku."

Kutepuk-tepuk kepalaku dengan tangan. Ini tuh udah diatur atau emang kebetulan sih? Kata Erin, Fadli itu eksekutif muda. Kok malah jadi bawahannya si Roiko?

"Kamu lagi kencan sama dia? Wuah hati-hati loh dia duda. Mantan istrinya melaporkan dia karena kasus KDRT."

Mataku membelalak mendengar ucapan Kairo. Lalu dia tersenyum lagi.

"Makanya jangan kencan sama duda, sama aku aja yang masih perjaka ting-ting."

Dia menyeringai lebar dan membuatku makin kesal.

"Aku gak suka bayi,"

Jawabanku itu tentu saja membuat Kairo tertawa.
"Kan adeknya sendiri yang masih bayi. Tuh lihat baju juga masih pakai baju tk kok."

Ih aku udah mendidih di ubun-ubun nih. Tentu saja aku langsung beranjak dari dudukku dan melangkah meninggalkannya. Malas nanggapin dia.

Tapi saat aku mendengar langkah kaki seseorang di belakangku aku langsung berbalik. Aku sudah ada di luar restoran. Tepatnya di trotoar. Aku pikir Kairo mengikutiku tapi pria yang ada di hadapanku kini tampak tersenyum jahat.

"Hai adik kecil, mau kemana? Ikut om saja yuk?"

Aku menatap ngeri pria tinggi besar yang kini sudah melangkah mendekatiku. Dia pikir aku ini siapa coba?

"Jangan macam-macam ya. Aku teriak nih."

Tapi pria itu tersenyum jahat lagi,

'Teriak saja. Gak ada yang percaya sama anak kecil"

Saat aku akan berteriak tiba-tiba tanganku sudah ditarik oleh Kairo. Dia langsung mengajakku berlari dengan kencang. Menghindari pria yang tadi mengancamku itu.

Setelah beberapa jauh kami berlari Kairo menghentikan langkahnya. Nafas kami terengah.

"Adek makanya kalau pakai baju jangan kayak anak kecil lagi."

Dia menatapku dari atas sampai bawah. Aku kan tidak salah. Aku memakai jumpsuit selutut dan memakai cardigan sebagai pemanis. Jadi apanya yang aneh?

Dia mengibas-kibaskan tangannya di depan wajah. Kali ini dia tampak kelelahan. Akhirnya tak jauh dari kami ada sebuah mini market aku segera menariknya untuk masuk ke dalam minimarket.

"Nih.."

Segera aku mengambil air mineral dingin dan membayarnya lalu memberikan kepada Kairo. Dia menerimanya dan menenggak minumannya.

"Makasih ya adek.."

Kuhela nafasku dan kini duduk di sebuah kursi yang ada di depan mini market.

"Memangnya aku kecil banget apa?"

Kali ini Kairo tersenyum, dia kalau lagi normal gini senyumnya kelihat mempesona banget. Aih wajahnya jadi kayak Park Hyusik haduh aku drakor banget deh.

"Makanya adeknya mau aku ajakin nikah. Jadi nanti aku buat gede deh propertinya,"

Semprul kan itu orang. Aku melempat botol air minum yang sudah kosong ke arahnya dan dia kembali tergelak.

"Kamu sekarang kenapa nafsu banget mau jadi suamiku? Bukannya kemarin kamu nafsunya mau masukin aku sekolah? jadi kamu pedofil dong suka ama anak kecil?"

Sindiranku telak membuat Kairo kini tersenyum lagi.

"Lha itu kan kemarin, pas aku belum dijodohkan sama adeknya. ya sekarang beda lagi, adek itu menggemaskan buatku dan aku menyukainya."

Haiiiissshhhhh lebah mana lebah? mau aku suruh gigit si Kairo itu biar sadar deh.


BERSAMBUNG


HAYOOHHH RAMEIN LAGI RAMEIN

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang