010

6 2 0
                                    

Dosen banyak maunya (5)

Stefani bergabung dengan obrolan.
King Salman bergabung dengan obrolan.
Nandar Prambudi bergabung dengan obrolan.

Gabrielle : Karena beberapa hal seperti mahasiswa butuh makan enak tanpa keluar duit, jadi kita setiap ngerjain tugas dirumah Sierra yang baru ya guyz.

Sierra Perce bergabung dengan obrolan.

*

Hari ini hari terakhir ujian akhir semester. Semua mahasiswa menapakkan wajah bahagia. Mereka hanya tinggal menunggu pengumuman tugas maket dan gambar kerja terbaik, dan setelah itu mereka akan menyambut libur panjang penuh suka cita.

Yang mendapat nilai maket dan gambar kerja terbaik adalah tugas milik kelompok Sierra, Gabrielle, Stefani, Salman dan Nandar. Bagaimana tidak terbaik? Kakak sulung Sierra yang merupakan arsitek sekaligus dosen di Eropa ikut andil dalam tugas tersebut.

"Untung aja lo balik, Ra. Kalau gak, gue gak tau nilai semesteran gue kaya apaan."

"Salah. Yang bener tuh untung abang gue balik, Stef." Sierra tertawa renyah.

Mereka bertiga beranjak dari kursi dan berjalan keluar kelas. Namun dibibir pintu, Dewa dan Wengki berdiri disana, mencegah siapapun yang akan keluar.

"Ngapain sih lo? Kek anak kecil banget. Minggir! Queen mau lewat!" Sifat ketus Gabrielle mulai keluar, tapi sepertinya Dewa tidak terpengaruh. Dia tetap berdiri di ambang pintu.

"Ngobrol dulu napa, Gab. Buru-buru amat. Dah lama ini kita gak kumpul-kumpul lagi. Lo bertiga kuliah tapi kaya kagak kuliah, kagak pernah keliatan dikampus. Babang Dewa kan kangen." Dewa dikampus memang terkenal sebagai cowok penggoda. Mungkin karena jomblo dari pertama masuk kuliah, dia jadi seperti itu. Kurang belaian.

"Apaan sih lo, Wa! Jijik!" Stefani bergidik jijik.

Daritadi Dewa tidak menggubris Gabrielle. Pasalnya, sejak tiga gadis itu berdiri didepannya, mata Dewa tidak bisa lepas dari perut Sierra yang tertutup blus longgarnya. "Ra, gue tanya nih. Tapi lo jawab jujur." Dewa mengeringkan setengah tubuhnya kedepen, merapatkan jaraknya ke Sierra. Gabrielle dan Stefani juga ikut merapatkan jarak. Mereka ingin mendengar apa yang akan Dewa katakan.

"Perasaan gue aja atau emang lo lagi hamil?" Stefani dan Gabrielle langsung melempar pandangan ke Sierra. Sierra menutup mata, mehela nafas. Dia mengangguk memberi tanda kalau sudah saatnya mereka tahu.

Setelah sekian lama disembunyikan, akhirnya ada juga orang yang menyadarinya. Bagaimana tidak, sekarang perut Sierra sudah membesar, apalagi didalam rahimnya sekarang terdapat dua bayi.

Stefani yang menjawab, "Lo bener. Sierra hamil, kembar dua malah. Stefani menempelkan tangan kanannya yang sudah membentuk huruf v di wajah Dewa.

Dewa jelas terkejut. Dewa langsung berasumsi kalau bayi kembar yang ada didalam rahim Sierra adalah bayi Nandar. Iya kan benar? Siapa lagi kalau bukan Nandar. Beberapa bulan ini mereka kan kelihatan dekat lagi.

Iya bener deket. Kan satu kelompok tugas besar, Wa! Pinter kok kebangetan!

Tanpa bertanya untuk membenarkan asumsinya, Dewa mencari Nandar. Untung saja Nandar masih mojok di depan kelas bareng sekumpulan ponsel miring. Jadi Dewa tidak perlu repot-repot menelponnya dan memintanya kembali ke kampus.

Dewa menggandeng Sierra, menghampiri Nandar dengan ekspresi marah yang tak tertahan. Dia melepas gandengannya dengan Sierra dan langsung mencengkeram kerah Nandar. Nandar yang tidak tahu apa-apa terkejut saat Dewa bertingkah seperti itu.

"Dar! Lo brengsek banget ternyata! Lo hamilin anak orang tapi lo gak ada itikat buat nikahin dia! Brengsek lo!" Hampir saja pipi Nandar terkena polesan kalau saja Nandar tidak sigap menahan bogeman Dewa dengan tangannya.

"Maksud lo? Siapa yang gue hamilin hah!!" Nandar sudah terpancing emosi. Pasalnya semua yang ada disana sudah menatap dirinya.

"Lo hamilin Sierra kan?! Kalau mau bersaing buat dapetin doi ya kagak gini amat! Brengsek banget lo Dar!"

Sierra tidak tahu harus apa. Mau berucap tapi ditahan Gabrielle. Katanya jangan, seru ini. Apanya yang seru coba! Dasar cewek bar bar. Kalau lihat orang bertengkar kok seneng banget.

Yoga yang tidak mau masalah ini menjadi semakin panjang mendekati mereka.

"Wa, lo daripada recet kagak jelas mending lihat ke kiri lo deh." Yoga sudah menarik tangan Dewa dari kerah Nandar. Dewa pun mengikuti instruksi dari Yoga. Di sebelah kanannya, tak jauh darinya berdiri laki-laki dewasa yang belum pernah dia lihat dikampus ini. Ahh mungkin dia dosen. Alih-alih minta maaf ke Nandar, Dewa alibi agar masalah tadi tidak sampai ke ruang dekan.

"Eeh Mr. Tadi drama doang kok. Jangan diseriusin. Bu dekan gak perlu tau hehehe" Dewa menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Yoga dengan enteng menggeplak kepala Dewa.

Lelaki dewasa itu ialah Alex. Dia mendekat melewati Dewa tanpa menoleh kearahnya. Mengambil tas jinjing Sierra, "Aku daritadi nunggu di mobil ternyata kamu masih disini. Udah selesai kan dramanya?"

Sierra mengangguk menahan tawa. "Ayo pulang." Sierra melingkarkan tangannya ke tangan kekar Alex. Alex menganggu. Namun sebelum beranjak, dia menghadap ke arah Nandar. "Tanggung jawab Dar." Ucap Alex datar. Nandar cengo Alex mengatakan seperti itu.

Alex dan Sierra sudah menghilang diujung lorong.

"Jenius lo kebangetan. Cewek punya suami malah nyuruh orang lain tanggungjawab! Dasar lo Wa!" Ucap Yoga. Yoga merangkul Stefani dan Gabrielle lalu berjalan meninggalkan Dewa yang masih bingung dengan semua ini.

**

The End

Awalnya aku cuman buat 7 chapter doang. Tapi entah napa kepala aku gak berhenti buat ngayalin mereka. Yaudah deh jadinya sampe sini. Dan kelar sudah :)

-17.09.2018-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STONE COLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang