BAB 11 JAIL

15.1K 2.4K 65
                                    

KAIRO POV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KAIRO POV

Lah memangnya aku salah ya? kan aku ngelamar dengan cara yang paling antimainstream di dunia. Kalau pake mawar, cincin dan juga candlelight dinner itu udah biasa. Naomi juga gak bakalan terkesan. Makanya aku ngelamar pake karangan bunga. Tapi kok wajahnya Naomi jadi pucat pasi gitu ya? Aku salah ini pasti.

"Adek, plis naik ke sini."

Aku menatap Naomi yang kini sudah didekati Kenzo. Tadi pagi memang aku meminta Kenzo untuk membantu melancarkan lamaran ini. Habisnya Naomi kalau gak segera dilamar ngira kalau aku main-main. Dan aku bukan orang yang suka main.

Aduh wajahnya malah menggemaskan kayak anak kecil gak dikasih permen. Lucu, imut dan pipinya itu menggemaskan. Aku memberi isyarat kepada Kenzo untuk membujuk Naomi yang menggelengkan kepala saat dibujuk untuk naik ke sini. Tentu saja keringat dingin sudah membasahi tubuhku. Gugup setengah mati ini, kakiku sampai kesemutan. Ditatap orang-orang yang ada di sini. Kalau Naomi nolak, aku bisa pulang cuma pake celana dalam saja. Dikira orang gila.

Aku melihat Naomi menatapku dengan tatapan galaknya. Tapi kok ya tetep gak terlihat galak. Imut-imut pengen dicium gitu wajahnya. Haish aku benar-benar udah terkena virusnya Naomi. Dia menatap sekeliling lalu menatap Kenzo lagi kemudian berbalik menatapku. Lalu langkahnya membuat aku menghembuskan nafas lega. Dia menaiki panggung, kok aku yang jadi gugup ya. Lalu dia berdiri tepat di depanku.

Seruan orang-orang mulai terdengar.

"Terima.."

"Cium-cium"

"Gendong-gendong.."

Semuanya membuat pipi Naomi memerah. Dan aku suka itu.

Dia meghentakkan kakinya dengan kesal tapi mengenai kakiku yang kesemutan. Dan astaga rasanya nyeri banget. Wajahku pasti udah biru. Membuat aku berlutut untuk memegang lututku. Tapi mata Naomi malah melebar.

"Udah gak usah berlutut segala. Malu."

Naomi mengatakan itu sambil memberi isyarat kepadaku untuk berdiri. Lah gimana mau berdiri orang kakiku kesemutan ini. Gak bisa digerakkan.

"Om berondong jangan buat malu aku."

Dia kembali mengatakan itu perlahan. Seruan orang-orang makin terdengar rame. Mereka pikir aku akan melamar Naomi dengan berlutut. Padahal aku udah mau kasih surprise lain. Tapi mau gimana lagi, daripada Naomi ngambek.Akhirnya aku merogoh saku jaketku. Maksudnya ingin mengambil bunga sukulen yang aku kantongin. Tahu gak kenapa aku kirim sukulen tadi pagi? Bunga yang masih sejenis kaktus itu kan imut, kecil, mungil dan cantik-cantik warnanya. Kayak Naomi. Mungil dan imut. Lagipula filosofi bunga itu sungguh sangat bagus, cinta abadi. Dn aku ingin seperti itu.

Nah saat aku mau menarik tanganku dari saku Naomi tiba-tiba mengulurkan tangannya kepadaku.

"Udah gak usah pake cincin segala, udah daripada malu. Iya aku terima."

"Hah?"
Tentu saja aku melongo mendengar Naomi mengatakan itu. Maksudnya dia aku..

Naomi dengan cepat membungkuk dan menarikku untuk berdiri. Aku masih meringis kesakitan karena kakiku. Tapi dia dengan cepat mengambil microphone yang sejak tadi aku pegang. Lalu menatap sekeliling. Dan kemudian menatapku dengan tatapan tidak suka.

"Baiklah aku terima lamaranmu."

Astaga.

Tepuk tangan meriah langsung menyambut kami. Dan pipi Naomi terlihat memerah lagi. Menggemaskan.

****

"Adek.."

"Adeknya.."

"Naomi Saraswati."

Aku mendapatkan tatapan galak itu lagi. Kami sudah duduk di dalam mobil. Mobil milikku yang saat ini baru saja melaju di jalan. Setelah kesalahpahaman dalam tanda kutip di dalam tadi. Yang berakhir dengan suka cinta karena tanpa kuduga Naomi langsung menerima lamaranku. Padahal pertunjukan utamanya saja belum aku keluarkan. Rencananya saat Naomi ada di atas panggung bersamaku nanti ada band live musaic muncul dengan membawakan cincin itu. Menyanyikan lagunya Kahitna Tak Sebebas Merpati. Tapi yah karena aku sudah mendapatkan jawaban ya udah. Lagipula Naomi ngambek nih. Kenzo aku suruh pulang sendiri, sedangkan Naomi aku ajak masuk ke dalam mobil. Dan dia tidak menolak.

"Kamu malu-maluin."

Semburan kemarahan itu membuat aku tersenyum.

"Ya tapi kan adek suka.."

Naomi mendengus dengan kesal. "Tadi pagi aku dikasih sukulen emang gak romantis banget . Kenapa gak mawar?"

"Nanti jadi kemenyan dong kalau aku kasih mawar."

"Gak lucu."

Nah si adek ngambek lagi ini.

"Dek, sukulen kan imut kayak kamu."
Naomi melirik sinis ke arahku tapi kemudian tersenyum dengan kaku.

"Iya Om, emang aku imut kan ya?"

Dia mengejekku nih. Tapi harus kuat, sabar untuk mendapatkan bunga sukulen kan emang harus melalui perjuangan.

"Terus kenapa ngelamar pake karangan bunga orang meninggal coba?"
Astajim. Aku kan gak bermaksud gitu.

"Lah bukan itu maksudku. Biar gede dan biar kamu lihat gitu. Terus nunjukkin kalau aku emang serius ama adek."

Aku mengalihkan tatapan sekilas kepadanya tapi kemudian kembali ke arah jalanan.

"Kamu ngapain ngebet ama aku sih om? Banyak tuh cewek yang lebih muda daripada aku.."

Aku tergelak mendengar ucapannya. Bukannya dia paling muda malahan. Coba wajahnya aja masih imut-imut gitu.

Aku menepikan mobil di depan sebuah taman. Kalau kayak gini aku tidak akan berkonsentrasi menyetir.

"Dan adeknya kenapa masih terus menolakku?"
Aku kini berbalik untuk menghadapnya. Dia juga bersedekap dan mengerucutkan bibirnya. Ih imut banget masa?

"Kamu itu lebih muda daripada aku ya. Meski cuma 2 tahun. Dan tidak ada dalam kamus seorang Naomi nikah sama orang lebih muda. Lagian kamu kan anggap aku anak kecil. jadi kenapa sekarang berubah jadi suka ama aku?"
Aku tersenyum lalu menatapnya dengan serius.

"Emang aku bilang suka sama adek?"

Nah loh skakmat.

Dia belingsatan. Garuk-garuk kepalanya, lalu mencubit-cubit hidungnya.

"Anu..bukan itu ih. Kairo kamu kenapa sih? pokoknya aku gak mau nikah sama kamu."

Kuhela nafasku dan kini tersenyum lagi.

"Siapa yang ngajakin nikah juga.."

Tuh kan wajah imutnya makin menggemaskan kalau melotot kayak gitu. Aih aku kok suka goda dia.

"Aku timpuk nih.."

Naomi sudah mencopot sepatu yang dipakenya. Wah galak banget.

"Eh adeknya kok gitu. Jangan galak-galak sama calon suami."

"Bodo."

"Tuh kan nanti gak aku beliin es krim lagi loh adeknya."

Naomi sudah beringsut mendekat ke arahku. Dekat banget malahan, nafas hangatnya berhembus di depan wajahku.

"Godain aku lagi, bakalan aku suruh terbang tuh burung kamu.."

Astogeeehh kecil-kecil kok ya kejem.


BERSAMBUNG

EAAAA UDAH UP DUA KALI NIH... DUDUDUDU

17 YEARS OLD?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang