PERLU DIPERHATIKAN:
Buat oneshoot yg ini:
-Bahasa baku
-Plot without plot atau plot with porn atau apalah itu pokoknya pwp
-Tydac mendidique, tydac mencerdasqan, but this might be your cup of tea
-Aku ga begitu suka adegan ranjang, jadi ga bisa nulis yg kek gitu panjang panjang
-Sudah dipost di akun ini dalam bahasa Inggris
-Hanya percobaan, anggep aja pembukaanSelamat membaca!
.
.
.
.
Mingyu mendekatkan wajahnya pada Wonwoo. Yang didekati mematung sebagai reaksi dari gerakan lambat Mingyu. Kedua belah bibir itu bertautan, dan tidak saling melepaskan.
"Mingyu?" Bertanya gamang begitu sentuhan itu terlepas, sesungguhnya Wonwoo ingin dirinya bersama Mingyu tetap berada dalam lingkar pertemanan dan lingkup persahabatan yang senaturalnya. Tapi sepertinya masing-masing dari keduanya tidak mampu untuk menahan perasaan.
Mingyu menunduk dari gerakan depresor. Pada bahu lebarnya terdapat tremor. Apa ia ketakutan? Jika iya, untuk apa? Rasa bersalah?
"Hei." Wonwoo memanggil. Tapi Mingyu tidak menggubris. Wonwoo mengacak rambut Mingyu perlahan, membuat Mingyu memandang ke arahnya. Wonwoo tidak bisa mendistraksi indera penglihatannya dari refleksi luka yang disembunyikan di balik iris cokelat kelam itu.
Ciuman berikutnya terjadi lagi. Untuk yang ini Wonwoo menggunakan segala sensitifitas kulit di bibirnya. Memetakan bagian mana dari bibir Mingyu yang terasa paling lembab, bagian mana dari rongga mulut Mingyu yang terasa paling panas ketika bersentuhan dengan lidahnya. Ia menyimpan itu dalam hipotalamus. Memastikannya jadi ingatan jangka panjang meski tidak bisa memastikan ia akan mengingat itu selamanya.
Ia dengan kegentingan perasaannya sendiri, menginginkan sentuhan lebih dalam. Yang terdalam. Mingyu dengan rambut berantakan, bibir memerah akibat ciuman, dan mata yang dilapisi kaca berbentuk serpihan. Wonwoo tahu Mingyu juga mendambanya. Dan vibrasi di bahu itu mengindikasi betapa ia ketakutan akan penolakan.
Tatapan berharap dari Mingyu menstimulasi Wonwoo. Menantang untuk melakukan sesuatu yang lebih menggairahkan dari sekedar saling mengisap wajah.
Tangan mereka bertindak lebih cepat dari peringatan yang dikeluarkan akal sehatnya. Melarangnya untuk bergerak. Tapi instingnya menuntunnya. Karena hanya berselang beberapa milisekon, Mingyu sudah menanggalkan setiap helai benang yang membalut tubuh atletisnya. Disusul Wonwoo yang melakukan hal yang sama. Dan dalam hitungan singkat lainnya, bibir Wonwoo menjamu Mingyu dengan sebuah tarian lidah yang lebih menggairahkan.
Telapak tangan Wonwoo membuat gerakan berputar di permukaan punggung kokoh Mingyu. Sebuah pijatan eksotis yang membantu antusiasme ciuman Mingyu. Wonwoo menjilat cuping telinga Mingyu, kemudian turun ke bawah untuk mengisap bahu Mingyu dengan kuat. Mencipta tanda. Mingyu menjerit tertahan dibuatnya. Wajahnya menghangat, dipicu peredaran darah yang terpompa aktivitas beradrenalin tinggi yang kini ia lakoni.
Dengan sedikit bimbang, Wonwoo mulai menjilati puting Mingyu. Ia melakukannya untuk mengalihkan perhatian Mingyu dari, "Argh!" rasa sakit yang Mingyu rasakan setelah Wonwoo melebarkan kaki Mingyu untuk sebuah akses. Memasukkan kejantanan Wonwoo tanpa persiapan yang cukup memang menyakiti Mingyu. Merasakan sobekan di anus, Mingyu menggigit bibirnya agar jeritannya tidak keluar. Hingga ia akhirnya membebaskan buliran bening dari matanya.
"Sakit!" Mingyu memprotes galak.
"Mau berhenti?" tanya Wonwoo.
"Tidak." Mingyu mengemukakan jawaban dengan intonasi malu-malu. Ada senyum sarkastis yang ditampiilkan setengah meringis. Ia telah mengabaikan gengsi dan ingin sejadinya menangis. Ada remuk redam di kavitas dada. Apakah jantungnya berhenti berdetak?
KAMU SEDANG MEMBACA
B R A V E 💪🏿 bottom!Mingyu [⏯]
Fiksi PenggemarKim Mingyu. Manly. Cool. Tangguh. Perkasa. Gagah. Kuat. Tampan. Dominan. Tidak akan ada seorangpun yang mengira peran apa yang ia lakoni di dalam sebuah permainan panas. ©2019, ichinisan1-3