- Prologue - Message

34 4 10
                                    

Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa. Sejenak kupikirkan untuk kubenci saja dirimu, namun sulit kumembenci.

Pejamkan mata bila kuingin bernapas lega, dalam anganku, aku berada di satu persimpangan jalan yang sulit kupilih.

Kupeluk semua indah hidupku, hikmah yang kurasa sangat tulus. Ada dan tiada cinta, bagiku tak mengapa namun ada yang hilang ...,

Separuh diriku.

***

Untuk kali pertama gadis berjilbab maroon itu merasa sesak, seakan ada sesuatu menumbuk dada. Jemarinya masih menari di tuts keyboard, namun bibir sang gadis telah lama bungkam. Lama ia terpatri pada secarik kertas lusuh, teronggok tidak jauh dari jarak pandang. Pelan, kembali dibaca tulisan dengan coretan di beberapa bagian.

Oh ... Hai,

Eum, haha. Ini aneh, sebelumnya gue ga pernah berpikir akan menulis surat untuk seseorang. Tapi setelah diingat-ingat, ada banyak hal yang tadinya gue pikir ga akan pernah dilakukan, akhirnya berkat lo gue ngelakukan itu.

Ini akan menjadi surat dengan tulisan buruk. Gue bukan lo yang suka menulis, pun bukan penyair yang pandai memadu padankan kata. Ada begitu banyak kertas diremas untuk kemudian masuk ke tong sampah, dan dari semua kertas berserakan di lantai, gue rasa surat ini yang mendingan. Haha.

Ketika kali pertama gue tau kalau lo ga waras karena suka ketawa-ketiwi sendiri, saat itu harusnya gue ngejauhin lo. Tapi, kadang takdir itu aneh. Dia justru ngebawa lo disaat gue sama sekali ga mikirin lo.

Gue ga tau sih apa surat ini akhirnya akan sampai ke tangan lo atau enggak, tapi mengingat saat ini gue lagi bertaruh, jadi mari kita lihat apakah surat ini akan sampai, dan kalau lo bertanya-tanya di mana gue sekarang? Yang pasti, gue ada di tempat jauh. Sekarang kemungkinan untuk bertemunya adalah 0,0001%.

Lo tau, gue sengaja membuatnya menjadi begitu mustahil. Ini bukan lagi pertaruhan antara lo dengan keyakinan lo, tapi juga tentang gue. Yaa ... Ini pertaruhan kita. Jadi, mari lihat ke mana takdir akan berhembus, Freya.

Sebuah senyum lemah terukir di sudut bibir sang gadis. Setelah merasa bimbang sesaat, ia putuskan memasukan surat itu ke dalam tong sampah. Ini yang terbaik, pikirnya.

***

Bismillah cerita baru yang lahir setelah lama vakum, semoga suka^^ doakan cerita ini bisa rampung disusul dengan ceritaku yang lain. Aamiin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

F R E Y ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang