NAPOLEON |3|

21 1 0
                                    

"Gue Napoleon. Lo bisa panggil gue Leon," laki-laki berwajah western ini mengulurkan tangannya duluan.

Kikan yang masih sibuk membersihkan sisa debu di rok abu-abunya, tidak mengubris sedikit pun laki-laki yang kini berada disampingnya.

"Sori, deh. Gue gak tau lo bakal sekaget tadi."

Kikan mendengus, manusia mana yang tidak kaget jika mengalami hal seperti tadi? Terlebih lagi tempat disini sangat sepi dan sunyi.

Leon tersenyum lebar, "Btw, nama lo siapa? kok kayaknya gue gak pernah liat muka lo. Lo Anak baru, ya?"

Dan lagi-lagi Kikan tidak menggubris perkataan laki-laki yang mengaku bernama Napoleon ini. Ia buru-buru bangkit dan meninggalkan Leon sendirian.

Ia berjalan dengan tergesa-gesa, beberapa kali juga merutuki dirinya sendiri karna tidak sengaja menabrak orang yang berada di depannya.

Saking tidak memperhatikan jalannya, Kikan menabrak seseorang yang membawa minuman ditangannya. Alhasil minuman itu tumpah mengenai baju perempuan itu, baju putih bersih itu kini berubah menjadi warna kuning pekat.

"LO CARI MATI YA!" teriakan itu berhasil membuat Kikan terkejut setengah mati. Tidak, tidak setengah, bahkan dirinya benar-benar ingin mati sekarang.

"Maaf aak... AW SAKIT, KAK!" sontak ucapannya berganti menjadi teriakan karna Kikan baru saja dijambak, rambutnya yang tidak terlalu panjang seakan menambah rasa sakit yang ia rasakan.

"Lo tau gak gue siapa, hah?! gue Lili, anak donatur terbesar di sekolah ini!" jelas perempuan yang bernama Lili ini sambil terus menarik rambut orang yang menyebabkan jus mangganya tumpah.

Kikan meringis. Jambakan dikepalanya terasa sangat sakit, ditambah dengan kedua tangannya yang dicengkram kuat oleh antek-antekan Lili. Ia sangat yakin bahwa beberapa helai rambutnya sudah tercabut dan berkumpul dikepalan tangan Lili.

Namun entah mengapa tiba-tiba saja tarikan pada rambutnya serta cengkraman dikedua tangannya sudah tidak terasa lagi. Ia menengok kearah samping dan menemukan laki-laki berwajah western ini disampingnya.

"Leon! kamu kenapa, sih?!" Lili berteriak lagi namun bukan padanya melainkan Napoleon, atau Leon atau apapun itu, sama saja.

Leon beralih menatap Kikan, "Lo gak kenapa-napa? gue lupa tadi siapa nama lo."

Saya kasih tau aja belom, udah lupa aja.

Kikan tidak menjawab, ia masih kaget dengan perbuatan yang dilakukan orang bernama Leon sekarang ini.

Tangan Kikan ditarik, "Rambut lo pasti sakit, ya?" tanya Leon sambil terus membawanya berjalan perlahan, menjauh dari kerumunan juga orang yang bernama Lili itu.

Sepanjang perjalanan Leon tidak berhenti bertanya mengapa dirinya bisa seceroboh itu sampai akhirnya ia berhenti, Kikan pun ikut berhenti. "Ini dimana?" tanya Kikan ragu.

Leon mengelus puncak kepalanya lembut, "Disini pasti sakit kan? sori ya gue datengnya terlambat."

Untuk saat ini Kikan tidak menepis tangan Leon, membiarkan semua perhatian Leon yang baru ia rasakan untuk pertama kalinya. Kikan memejamkan matanya, ia sangat menikmati semua perlakuan Leon terhadapnya.

"Kenapa?" tanya Leon dan berhasil membuatnya membuka mata lebar, ia menggeleng lalu pergi meninggalkan Leon sendiri untuk yang kedua kalinya.

"LO MAU KEMANAA?!" teriak Leon ketika melihat Kikan berlari dari hadapannya.

NAPOLEONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang