Nathan

348 26 0
                                    

Aku sampai di rumah.

Ternyata ada Nathan yang menungggu didepan rumah. Dia tersenyum saat melihatku.

Akupun tersenyum.

"Hey. Nonton yuk" ajak Nathan.

"Izin ke nyokap dulu" ucapku.

'males jir_-'

Ibu memang belum pulang. Jadi aku menelponnya.

"Iya" jawabku setelah menelpon.

"Masuk Kak" ucapku lalu masuk ke kamar untuk ganti baju.

Aku memilih rok hitam selutut, u can see putih dan jaket crop yang dibuka. Dengan sepatu bermotif catur.

Rambutku diurai dan diseka ke kiri depan, dan tas kecil putih dibahu.

Aku sedikit memoles make up standar. Tak secantik saat nonton dengan Izma dulu. Ah payah, mataku berkaca kaca.

Stop! Move On Nia. Lo bisa! Lo cantik! (Kata emak gua😂), Nathan, Rogi, atau Dickypun bisa jadi pacar lo semua kalo lo mau!

Aku keluar dari kamar. Nathan sedang memainkan handphone.

"Hujan kak" ucapku berharap Nathan berubah pikiran.

"Aku bawa mobil" ucapnya lalu menarik tanganku agar duduk disampingnya. Dasar ni orang.

"Mamamu?" tanya Nathan.

"Belum pulang. Katanya sih, ada urusan." ucapku mengambil handphone dan membuka WA.

Ada yang chat. Namanya Rogi, tapi seingatku dia tak pernah kusimpan no nya. Lebih tepatnya nggak pernah punya.

P

Kak, aku diajak nonton sama Kak Nathan.

Terus

Ya, gitu aja. Tapi males_-

Nathan play boy. Jangan mau sama dia.

Terus aku harus gimana?

Pas nonton, lo izin ke WC, tapi lo malah ke parkiran. Nah, gue disana

Oke. Sip Kakak.

Pas lo nyampe. Contack gue

👍

Aku sampai di salah satu pusat perbelanjaan.

Dia masuk dan merangkulku. Aku risih, tapi dia nggak lihat.

'Dasar bangke!'

Kami membeli tiket, tentunya Nathan yang bayar, juga Popcorn dan cola dua buah.

"Tunggu sepuluh menit" ucapnya sambil meneguk cola. Aku berdiri disampingnya, lalu mengchat Rogi

Kak udah nyampe. Maaf ngerepotin.

Hanya di read. Aku menghela nafas.

Sepuluh menit bersama dia. Si vokalis yang populer di sekolah. Rasanya seperti sepuluh tahun.

Aku memasang headset dan mendengarkan lagu yang pernah aku dengar di hp Rogi.

Nathan menarik tanganku. Aku duduk di kursi yang ada di tengah tengah. Aku melepas headset dan fokus pada filmnya.

Film romantis yang sedang hits di SMA. Aku pernah baca novelnya, jadi aku tahu akhirnya.

Beberapa menit berlalu.

"Pegel ya" Nathan menyandarkan kepalanya ke bahuku. Aku membisu.

Alasan aku membisu adalah karena aku malas meladeninya.

"Nathania" ucap Nathan, aku menoleh, lalu dia menciumku.

Sialan!

Aku mendorongnya sedikit kasar, tapi badannya yang sedikit lebih besar sulit kudorong dan dia menahan kepalaku agar tetap pada posisi itu dengan tanganku, dia melakukan semua itu  dengan kadar dan baru melepasnya saat kehabisan nafas.

Lalu dia mengulang adegan yang sama lagi. Bahkan aku tak bisa menjauh darinya karena dia menahan kepalaku dan yang sebelah lagi memeluk pinggangku.

Dia selesai dengan perbuatannya dan menatapku yang ada di depannya.

Aku berdiri dan mengambil tas lalu berjalan ke luar tanpa kata.

Dia mengikutiku. Lalu menahanku saat aku sampai diluar.

"Sorry, gue khilaf" ucapnya.

Aku hanya menatapnya. Lalu melepaskan tangannya dari tanganku. Lalu aku berjalan ke arah parkiran.

"Lo pulang naek umum?" ucapnya.

"Gue anter" ucapnya lagi.

"Nggak usah" jawabku menyeka air mata. Ada Rogi yang baru sampai di depanku.

Nathan menahanku, tapi aku spontan menamparnya.

"Brengsek" ucapku. Dia bukan pacar, bukan keluarga. Hanya teman! Bahkan kami baru kenal beberapa hari.Nggak seharusnya dia gitu.

"Kak jalan" ucapku langsung naik ke belakang Rogi. Dia sudah ada beberapa menit yang lalu.

"Tapi" ucapnya belum sempat selesai karena aku memotong.

"Cepet" ucapku memaksa sambil nangis

"Iya" dia melajukannya meninggalkan Nathan yang entah sedang apa.

Aku memeluk Rogi sebagai mana dulu memeluk Izma.

Aku menangis di jaketnya. Bukan karena apa, tapi Nathan keterlaluan. Dan aku benci dia dalam waktu singkat.

Rogi menghentikan motornya. Aku turun. Rumah masih sepi. Sepertinya ibu belum pulang.

"Masuk" ucapku pada Rogi setelah membuka pintu. Rogi masuk.

Ternyata ibu nggak pulang karena ada tugas keluar kota.

"Emang Nathan apain lo" ucap Rogi kepo

"Nggak" ucapku menjaga nama baik aku dan Nathan

"Mamamu belum pulang?" tanya Rogi

"Belum" ucapku

"Kalo aku pulang sekarang boleh?" tanya Rogi tak ingin menggangguku lebih lama. Dan aku mengerti.

"Iya" ucapku mengangguk. Air mata sudah tak keluar lagi, jadi aku bisa sedikit tersenyum.

"Yaudah. Bye. Assalamualaikum" ucap Rogi

"Waalaikum salam" ucapku mengantar Rogi ke depan rumah

"Jangan nangis" ucap Rogi mengusap puncak rambutku lalu membelainya sampai ke ujung Rambut. Aku senyum.

Bayangan Izma saat melakukan itu muncul lagi. Rogi sama persis membelai rambutku seperti Izma.

"Iya" ucapku mengangguk.

Payah, aku masih tak bisa terlepas dari bayang Izma.

Izma [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang