29. [They Should Know]

297 50 17
                                    

Akhirnya, hari minggu telah tiba. Tanggal merah adalah tanggal yang paling ditunggu-tunggu oleh para pekerja, membutuhkan waktu istirahat untuk zaman sekarang sangatlah tak mudah. Setidaknya, itulah yang dirasakan Yoora kini, sudah beberapa hari Ia bekerja sebagai sekretaris pribadi Seokjin, ternyata cukup melelahkan.

Meskipun, Ia tak tau apa metode menjadi sekretaris yang benar, tetapi Yoora cukup tau apa hal penting yang harus Ia lakukan. Well, sekarang zaman sudah canggih, bukan? Tidak perlu belajar jauh-jauh, cukup membuka ponsel Ia bisa mendapat ilmu. Dan Yoora bersyukur akan hal itu, semuanya menjadi lebih mudah.

Tak hanya tanggal merah bagi Yoora, tapi ini tanggal special baginya. Tepat, dihari ini Yoora berulang tahun. Ya, Yoora akui Ia akan semakin tua, namun tidak untuk wajahnya. Buktinya, Jungkook—yang notabenya lebih muda—masih bisa mencintai Yoora? That’s fact, darl.

Tapi, sepertinya, semua yang Ia bayangkan dan Ia harapkan tidak akan terwujud. Anak kesayangannya—Jihoon—belum mengatakan apapun, anak kecil itu lebih memilih untuk berdiam diri dikamar, mengunci pintu, banyak tugas katanya. Ya, meskipun banyak tugas, setidaknya Ia mengucapkan ulangtahun ‘kan? Yoora berpositif thinking, mungkin Ia lupa.

Dan—Seokjin? Apalagi Pria itu, Jihoon saja yang masih muda lupa, bagaimana dengan Seokjin? Jangankan ulangtahun Yoora, ulangtahunnya sendiri, mungkin sudah tak ingat. Ia bahkan tak tau dimana Pria itu berada sekarang, batang hidungnya tak terlihat sejak tadi.

Okey, tak ada satupun yang ingat dirumah ini. Kalau berbicara soal—siapa yang mengucapkan pertama, Yoora yakin kalian sudah bisa menebaknya. Ya, Jimin, Pria yang tingkat percaya dirinya diatas rata-rata—dialah yang mengucapkan pertama. Terkejut? Yoora juga, ketika awal pesan masuk, Yoora pikir Jungkook. Tapi—ternyata bukan.

Namun, diantara mereka semua, ada satu orang yang Yoora pikirkan. Apakah Ia masih mengingatnya? Tapi, tunggu—untuk apa memikirkannya? Yoora tertawa getir. Tak penting, juga.

Disaat semuanya tengah sibuk dengan pekerjaan mereka, Yoora sibuk menonton televisi, jarinya sibuk menekan tombol pengganti channel pada remot, terus Ia lakukan sampai akhirnya pergerakannya terhenti. Tubuhnya seakan kaku, melihat seseorang tak asing yang berada ditelevisi.

Matanya menatap sendu, bibirnya sedikit terbuka—tak percaya, benarkah Pria itu—Taehyung? Tapi, serius? Yoora mengucek matanya sejenak seraya menggelengkan kepalanya pelan, oh ayolah sadar dari mimpimu, Yoo. Namun, semua yang Ia lihat itu benar dan nyata.

Bahkan, luka bekas kemarin masih terlihat cukup jelas dimata Yoora. Yatuhan—Ia tak menyangka Taehyung akan sukses secepat ini.

Tanpa sadar, Yoora sengaja menambah volumenya agar Ia bisa mendengar jelas suara Pria itu.

“Ah—luka ini bisa ada karena aku berkelahi terlalu semangat, jadinya aku tersungkur. Ya, begitulah, aku masih pemula—jadi wajar saja.” Taehyung tertawa paksa diacara televisi tersebut.

“Dasar pembohong!” gumam Yoora, tiba-tiba tatapannya menjadi serius begitu mendengar pertanyaan wartawan lain.

“Apakah ini mimpimu sejak kecil untuk menjadi artist?”

“Mmm...tidak. aku tidak pernah berpikiran untuk menjadi artist, tapi—ini semua bisa terjadi karena...” ucapan Taehyung menggantung, tersenyum malu-malu sebelum berbicara dengan yakin. “Keinginanku agar bisa terus bersamanya.”

“Cih, paling juga karena modelnya. Dia pasti mau satu frame sama model aneh itu, memangnya apa yang dia harapkan? Berharap bisa main film porno dengan pacarnya? Sinting!” dumel Yoora, Jawabannya sangat klise.

BETWEEN YOU AND ME [US] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang