Sorenya aku ke perpustakaan jadi jadwal piketku dan salah satu anak sebelah.aku tak mengenal teman ku itu,karna baru ada jadwal piket perpustakaan minggu ini.di perpustakaan aku masih sendiri.lima menit kemudian muncul sesosok pria y tak asing bagiku .dia tampak membawa tmpukan buku baru.aku hanya terdiam menatapnya .setelah menyusun buku dia duduk di sebelah ku.
"kamu yg di kelas ku tadikan?"tanyanya.aku memeramkan mata
"aduh.....batinku,"aku membalas dengan sikit senyum
"aku deiyvara," kenalnya rasa maaluku masih ada karna terciduk di kelas sebelh tadi.
Naidy ucapku.
Lima belas menit sunyi, aku tak mau membawanya bercerita dalhulu. Namun, dari silirnya angin, aku bisa mendengar samar-samar suara nyanyian. Sebuah lagu yang seakan tau isi hatiku sebenarnya. Sakit. Aku berusaha menahan air mata, hingga akhirnya,
"Bisa diam ngak?" kesalku. Dia melirik
"Maaf, ya," ucapnya tulus. Aku memalingkan wajah
Akhirnya pukul enam kami pulang. Kosanku searah dengan rumah Deiyvara. Kami berjalan kaki bersama, hanya sunyi diantara kami. Hingga akhirnya ia memulai pembicaraan. Mulai dari hobby, cita-cita, dan kesukaan. Aku merasa nyaman dengannya. Sama seperti dengan Awan dan Diky. Mungkin dia satu tipe denagnku.
"Deiy, aku lagi sakit hati," ceplos tanpa sengaja. Laki-laki itu melirik padaku.
"Dengan siapa?" tanyanya. Aku menghela nafas.
"Awan."ucapku pelan.
"Dasar laki-laki lemah, kerjaanya hanya bisa menyakiti hati wanita." Tatapanku menuju pada tatapannya yang lurus terpaku kedepan. Dia tampak tidak suka melihat ada perempuan yang tersakiti.
"Kamu yang tabah, mungkin, bukan dia yang terbaik untukmu." Aku mengangguk.
"Aku juga habis patah hati." kali ini giliranku menoleh.
"Cewekku duain aku dan akhirnya aku mutusin dia." Aku hanya bisa ber-oh
Dikos, aku langsung masuk kekamar, disana sudah ada Putri dan laptopnya. Aku membersihkan diri dan kembali keatas kasur dengan segera. Benkku masih menbayang tentang laki-laki itu. Orang pertama yang kusuka dan orang pertama yang menyakiti hatiku.Laksana kumbang yang terjebak dalam taman mawar berduri. Leluasa menikmati tebaran keharumannya. Namun tak kuasa untuk memetiknya. Tak kuasa bebas dari belenggu duri.