Beam menyeringai sambil menatap layar smartphonenya. Sementara Plann yang tengah sibuk melahap makan malamnya hanya bisa menghembuskan nafas berat.
"Hufftt... Aku pikir kau mengajaku kesini untuk berkencan."
Plann kembali memasukan potongan daging ke mulutnya.
Beam melepaskan perhatiannya dari gadget ditangannya. Dan kini beralih mencubit pipi gembul kekasihnya."Tentu saja phii ku yang maniiiss...."
Beam mengusap lembut pipi kekasihnya. Membuat pipi pucat itu merona.
"Kalo gitu udah dong main gadgetnya."
Beam meletakan smartphonenya diatas meja. Menopang pipinya dengan lengan kasarnya. Matanya tak lepas dari wajah phii yang telah 5 bulan ini jadi kekasihnya.
"Aku hanya heran. Padahal jelas-jelas kau sudah menuliskan kata single di IGmu tapi orang-orang itu masih aja berpikir kamu ada hubungan dengan phi mean."
Plann melepaskan tawa kecil.
"Ya... Kan emang peran kita couple jadi wajarlah kalo jadi banyak yg nge-ship."
"Tapi kalo mereka tau yang sebenernya gimana yah??"
Plann mengerutkan keningnya.
"Maksudnya??"
"Ya... Gimana kalo mereka tau kalo kamu udah gak single??"
Kerutan di dahi plann makin dalam.
"Ya jangan sampai mereka taulah... Itu pasti bakal mempengaruhi rating."
Beam membawa tubuhnya mendekat tapi plann menahannya.
"Eh..Beam! Kita lagi di tempat umum!"
"Eh...emangnya kenapa?? Kita kan seda.."
"Bagaimana kalo ada fans yang melihat??"
Plann menyela.
"Hufftt... Apa ini adil?? Kau enak-enakan bermesraan dengan phi mean. Sedangkan aku?? Mendekatimu saja aku harus berhati-hati.
"Maaf...,"
Satu kata yang meluncur dari bibir plann.
Beam mengecup lembut pipi kekasihnya untuk kemudian kembali bersandar di kursinya.
Plann sibuk celingukan. Takut kalau-kalau ada yang melihat adegan manis barusan.
"Takut banget?? Cuma cium pipi juga..."
"Beam... Kamu gak tau kan apa aja yang harus kita lewati demi series ini?? Aku berharap banyak sama series ini. Aku ingin orang-orang liat kemampuan aktingku. Dan series ini bisa jadi..."
"Ya...yah... Gak usah dijelasin berkali-kali juga... Aku juga udah tau."
Beam meruncingkan bibirnya. Bahu Plann longsor. Walaupun secara fisik Beam lebih besar dari Plann. Tapi memang perbedaan usia mereka yang terpaut 4 tahun sedikit banyak berpengaruh pada perilaku kekasih Plann itu.
Plann menggenggam tangan Beam dan mengusap punggung tangannya lembut.
"Kamu bisa ngertiin aku kan??"
Beam menghela napasnya berat dan menarik tangannya kasar. Lepas dari genggaman Plann.
"Kapan sih aku gak ngertiin kamu phii..."
Beam bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja.
Mereka sudah terbiasa bertengkar seperti ini. Plann hanya perlu memberi waktu pada Beam. Dan nantinya Beam pasti akan kembali bersikap normal padanya.