"Di Sidang Naumi"

6 12 2
                                    

Zeze sudah ada di Jakarta seminggu yang lalu, berbeda dengan Naumi yang baru saja sampai ke Jakarta lagi. Ada banyak barang yang dibawa Naumi dari rumah, dan beberapa titipan bunda untuk Zeze.

Kemaren Zeze kembali ke Jakarta pukul 02.00 pagi setelah acara nikahan kakak sepupunya. Bunda yang masih kelelahan tidak sempat menyiapkan apapun untuk dibawa Zeze ke Jakarta, jadi sekarang di titipkan Bunda pada Naumi.

Naumi yang baru sampai Jakarta sudah disibukkan dengan banyak mata kuliah yang ia tinggalkan selama satu minggu.
"Ze, Bunda nitip makanan buat kamu, jemput ke kosan ya! Libur kapan?" Pesan singkat itu di kirim Naumi pada Zeze.

"Oke kak, besok aku libur, ntar aku ke kosan kakak deh" Kata Zeze. Berhubung hari ini Zeze masuk pagi dan besoknya libur, setelah pulang kerja Zeze langsung ke kosan Naumi.

Setelah satu minggu tidak bertemu dengan Naumi, Zeze yang baru datang langsung ngoceh dan ngomel bersama Naumi, membicarakan apa saja yang ia kerjakan selama dirumah, jalan-jalan kemana saja sama Ayah, sampai membongkar semua barang titipan Bunda pada Naumi untuk dirinya.

      Setelah membongkar semua barang bawaan Naumi, Zeze langsung menyantap masakan yang dikirim bunda untuknya. Zeze meraih hp, memfoto makanan yang ada dipiringnya, dan mengirim pada Bunda dengan pesan singkat "makasih Bunda, enak banget, jadi pengen pulang karena masakan Bunda"

      Naumi yang kelelahan, tidur di tempat tidurnya dan menatap Zeze dalam.

     "Kenapa kak?" Zeze menatap Naumi yang tengah menatapnya "Mau makan? Ayok!" Zeze menyodorkan piring didepannya yang sudah habis, kemudian tertawa menatap Naumi.

      "Gak, aku udah makan" Naumi diam sejenak dan tetap menatap Zeze. "Kemaren dijemput Putra lagi?" Lanjut Naumi.

      Zeze yang selesai makan berdiri dan berjalan untuk mencuci tangannya "iya kak, kemaren kan udah gue bilang ama lu kak" setelah selesai makan Zeze duduk disebelah Naumi dan meraih hp nya "gue tau kok kak, lo gak suka gue deket sama Putra kan?"

   "Kata siapa?" Naumi menatap Zeze kaget

    "Keliatan kali kak, di rumah sakit lu bahkan gak menatap dia sama sekali, gak ngajak ngomong, dia ngajak ngomong lo cuekin, trus di bandara juga gitu"

      "Bukannya gue gak suka Ze, kayanya sih dia lebih enak buat dijadiin teman Ze" ungkap Naumi

       "Kenapa kak? Apa karena dia cuma lulusan SMA?" Zeze menaroh hp nya dan menatap Naumi dalam dengan nada suara yang lumayan tinggi. Bagaimana tidak, ini sudah bukan pertama kalinya Zeze di kritik karena Putra yang cuma tamatan SMA "emang kita kuliah pernah belajar buat jadi suami atau istri yang baik? Apa cuma anak kuliahan yang berkualitas dan berpendidikan kak?" Lanjut Zeze

     "Bukan, gue gak pernah berfikiran kaya gitu Ze. Gue gak pernah nganggap dan nilai orang dari sisi pendidikannya Ze, banyak orang yang kuliah tapi gak berpendidikan"

     "Trus?"

     "Lo baru kenal Putra Ze, kalau menurut gue lu terlalu gampang percaya sama orang lain Ze. Lo pernah ketemu ibunya? Kakaknya? Lagian lo yakin keluarga kita bakal setuju sama Putra? Dan keluarga Putra bakalan suka sama lo Ze? Dan satu lagi, dia anak Jakarta Ze."Naumi menatap Zeze, dan melanjutkan omongannya "sebenarnya hubungan lu sama Putra apa? Lo bilang bukan pacaran, tapi dia terus terang kalau dia punya perasaan sama lo Ze, jangan PHP sama anak orang Ze, kasian"

    Zeze berasa ditampar sama omongan Naumi "gue gak pernah ngegantung atau PHP Putra kak, tapi gue belum siap buat ngejalin hubungan serius sama orang lain setelah lepas dari Wahid. Gue gak mau terikat, gue gak mau pertemanan rusak karena pernah pacaran doang kak, dan Putra tau itu ko kak. Kalau untuk perasaan gue sama Putra, gue nyaman sama dia, dia baik, dan kalau gue jalan sama dia gue berasa aman kak. Untuk ketemu keluarganya pernah, ibunya pernah dirawat di rumah sakit kak. Kalau keluarganya setuju apa gak, kemaren kata Putra, Papa kandungnya mau ngejodohin Putra dengan anak temannya kak, dan ditolak Putra. Dan untuk keluarga kita, gue udah bilang semua sama Putra dan Putra ngomong bakal usaha sendiri kak"

     "Kita liat Ze, sekarang dia gampang pengen memperjuangkan lo, usaha mau ngedeketin lo. Kalau gue liat Putra anaknya keras kepala Ze, dia sekarang keras buat deketin lo, besok juga dia bakal gampang buat ninggalin lo karena dijodohin Papanya" kata Naumi

Perbincangan Naumi dengan Zeze mengingatkan Zeze dengan apa yang telah ia dan Putra bahas ketika seminggu setelah Zeze dirawat di Rumah Sakit. Putra yang biasa saja, omongan biasa, becanda seperti biasa, tiba-tiba menatap Zeze serius dan menggenggam tangan Zeze erat.

"Ze, maafin gue ya!"

     "Buat?" Zeze menatap Putra

     "Gue cuma tamatan SMA, gue tau ko Ze, dari awal gue juga sudah sadar dengan siapa gue Ze. Mana pantas sih gue yang cuma tamatan SMA sama cewe baik-baik, kuliahan, kaya lo Ze. Tapi gue masih pengen berjuang buat dapatin lo Ze. Ze, gue bakal kuliah lagi buat nanti kalau ibu mertua gue nannya gue bisa yakinin dia buat bisa jagain anaknya Ze" tatapan Putra begitu tulus dan dalam.

     Zeze yang duduk didepannya malah meneteskan airmata, mengingat sebelumnya hubungannya dan Wahid juga pernah dilarang orangtua karena bedanya adat di Padang, sekarang kalau untuk melanjutkan hubungan sama Putra juga akan lebih dilarang lagi, jangankan Ayah dan Bunda, Naumi saja sudah tidak suka. Zeze hanya diam, menunduk dan tidak menatap Putra sedikitpun.

    "Ze, lo mau gak jadi pacar gue?"

    Zeze yang menunduk tidak menjawab dan mengangguk pelan. Kemudian tawa Putra pecah dan mengelus kepala Zeze. "Gue gak nembak lo ko Ze, ngapain lo ngangguk?"

    "Siapa yang ngangguk? Gue juga gak mau jadi pacar lo ko" Zeze yang gengsi setengah mati buru-buru menatap Putra sinis.

      "Hahahah, gue gak mau jadiin lo pacar Ze. Gue cuma mau buat komitmen sama lo, gue tau ko, lo takut buat pacaran lagi bukan?"

      "Kata siapa? Gue gak mau pacaran sama lo. Belum pacaran aja gue udah di omongin sana-sini, apa lagi pacaran?"

    Putra tertawa dan menatap Zeze. Putra memang tidak begitu suka membahas hal serius dan terang-terangan mengenai perasaan dan masalah yang ia dan Zeze alami. Setelah bertemu Naumi, Putra selalu memikirkan bagaimana cara supaya ia dan Zeze bisa direstui dan disetujui. "Ze, lo gak perlu lakuin apapun. Lo cukup diam aja, biar gue yang berjuang sendiri buat ngejagain lo, ngeyakinin keluarga lo, dan keluarga gue"

    "Keluarga lo?" Zeze kaget, apa keluarga Putra juga tidak menyukainya? Kenapa? Kenapa Putra tidak pernah cerita atau terus terang?

    "Papa gue Ze, setelah seminggu gue sering jalan sama papa, dia tau kalau gue deket sama lo. Gue juga sering cerita tentang lo sama Papa. Beberapa kali papa juga ngajak gue buat kenalin lo, tapi lo gak mau kan?. Hingga suatu hari, papa gue ngomong 'Putra, anak teman papa di jawa punya anak perempuan. Mau papa kenalin gak? Papa sebenarnya gak suka kamu sama orang Padang, jangan sama orang Padang ya!'" Putra terdiam dan menatap Zeze.

    "Ooh yaudah, kenalan aja, siapa tau cewenya cantik, baik!" Kata Zeze. Dan tau kah kamu perasaan Zeze saat itu? Mau marah gak bisa karena kita hanya temanan, detak jantung Zeze sangat cepat saat itu dan memaksakan senyum di wajahnya.

    "Ciieee cemburu!" Putra tertawa dan menunjuk-ninjuk Zeze untuk mengejeknya.

    "Gak ko, gue serius, gak apa-apa kenalan aja dulu! Jodohkan gak ada yang tau Putra"

    "Omongan lo kaya Papa gue. Satu hal yang harus lo tau Ze. Gue gak main-main sama perasaan, kalau gue maunya lo, ya gue bakal berjuang buat lo. Gue pernah ngejalani hubungan tapi gue gak sayang, gak enak Ze. Sekarang gue ngejalani hubungan sama lo gak ada status tapi gue sayang dan gue bahagia. Bagi gue ada lo udah, gue gak mau yang lain. Dan perempuan yang disukai dan disayang ibu gue adalah lo Ze. Jangan ngomong gitu lagi gue gak suka. Gue bakal ngurus keluarga gue dan keluarga lo. Lo tenang aja, diam aja. Cukup berdiri disamping gue!"

Bukannya gue baper, bukannya gue gampang terlalu percaya, tapi perempuan mana yang tidak akan senang dan terharu ketika ada pria yang setulus dan sekuat itu buat memperjuangin lo. Lo tau Putra, gue belum pernah menanamkan hati gue sedalam ini kepada satu orangpun kecuali lo. Tolong jaga perasaan gue Putra! Jangan pergi dan jangan berubah— bathin Zeze.

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang