Malam ini Chintya atau yang lebih akrab disapa Inya, kembali merenung di dalam suatu ruangan kesukaannya. Suatu ruangan dimana semua yang ia inginkan bisa ia lakukan disana.
Ruangan itu berwarna cream dengan gorden panjang berwarna merah-cream yang menyentuh lantai, yang menghalangi matahari untuk membawa masuk cahayanya. Berbagai foto dan quote yang sering ia buat terpajang disana. 1 lemari, 1 meja, 1 ranjang, dan 1 wc sudah sangat cukup baginya. Yap, ruangan itu tak lain ialah kamar pribadinya.
Disanalah ia banyak mengeluarkan air matanya, mencurahkan segala masalahnya yang orang lain tidak akan mengerti, dan menuliskan beberapa puisi yang kedua orang tuanya pun tak tahu bahwa ia memiliki bakat dalam bidang itu.
Saat ia berada di sekolah ataupun di tengah-tengah keramaian, bibirnya tak pernah berhenti untuk melengkung bak orang yang sangat bahagia. Sementara jika seseorang ingin melihat dari sorot matanya, sudah sangat jelas tergambar, bahwa ada milyaran curahan hati yang ingin ia sampaikan kepada siapa saja yang ingin menatapnya lekat-lekat.
Sudah ia coba beberapa cara agar kesedihan itu pergi lalu kebahagiaan yang akan datang menggantikan, tapi ternyata semua itu tak semudah yang ia pikirkan. Setiap malam ia harus memasang headset di kedua telinganya, mendengarkan lagu yang ia pikir dapat menghilangkan kejenuhannya, mengeraskan volume lagu tersebut, lalu membiarkan badannya terlentang dan matanya tertutup rapat. Meskipun ia tahu bahwa kebiasaan tidur dengan menggunakan headset itu sangat tidak baik, tapi ia merasa bahwa cara itulah yang mampu membuatnya menahan air mata agar tidak menerobos dinding kelopak matanya.
Sakit. Ya, ini semua sangat menyakitkan. Memiliki keluarga tapi serasa hidup sebatang kara. Memiliki teman tapi serasa diasingkan. Memiliki semangat tapi sering kali dipatahkan. Kebahagiaan duniawi manakah yang orang-orang sering katakan? Ini semua hanyalah kesengsaraan baginya.
Salahkah bila ada seseorang yang menuntut kebahagiaannya datang kembali? Salahkah bila ada seseorang yang rusak hanya karena cobaan yang bertubi-tubi? Bukan rusak raganya, tapi rusak secara jiwa dan rohaninya.
Setiap malam Inya sering meneriakkan satu kalimat ini dalam hatinya: KEMBALIKAN KEBAHAGIAANKU, DAN AKAN KU JAGA IA HINGGA BIBIRKU TAK LAGI MAMPU BERUCAP, DAN HINGGA HATIKU TAK LAGI MAMPU MERASAKAN RASA SAKIT.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarcastic!
Fanfiction"Kembalikan kebahagiaanku, dan akan ku jaga ia hingga bibirku tak lagi mampu untuk berucap, dan hingga hatiku tak lagi mampu mererasakan rasa sakit." C