Setelah keluar dari rumah sakit Pram masih membawa Najma tinggal di Villa mewahnya. Disini tenang dan udaranya bagus, cocok untuk Najma yang sekarang sedang hamil muda supaya tidak stres, alasan Pram waktu itu.
Seperti orang hamil muda kebanyakan, Najma juga mengalami mual dan muntah. Najma juga sering mengalami pusing, emosinya menjadi tidak stabil. Apa pun yang dilakukan Pram selalu terlihat salah di matanya. Wajahnya selalu terlihat masam jika di dekat pria itu, Najma sering kesal tanpa sebab dengan Pram.
Saat ini pun Najma nampak tak acuh ketika Pram berada di dekatnya. Ingin sekali Najma mencakar wajah Pram yang entah sejak kapan terlihat jelek di matanya. "Bicaralah denganku," ujar Pram. Najma masih membuang muka. Pram nampak frustrasi, ia meraih tangan Najma mengharap sedikit perhatian dari wanita itu.
"Sayang...." Pram meraih dagu Najma agar wanita itu mau menatap wajahnya. Najma menatap Pram dengan kesal.
"Aku tidak mau bicara denganmu. Jadi diamlah," ucap Najma ketus.
"Kamu marah denganku?" Najma melempar mangkuk kaca berisi akrilik itu ke lantai hingga hancur berserakan. Pertanyaan Pram menurutnya begitu bodoh. Setelah apa yang sudah dilakukan pria itu padanya mana mungkin ia tidak marah, ia sangat muak dengan Pram.
"Apa? kamu mau memukulku. Pukul aku sekarang! Jika perlu kamu bunuh aku sekalian, aku sudah bosan denganmu!" Najma berteriak tepat di depan wajah Pram. Pria itu nampak terkejut melihat luapan amarah dari wanita yang dicintainya. Terlebih kata-kata yang diucapkannya barusan.
Najma beranjak meninggalkan Pram dengan emosional, tanpa tahu ucapannya barusan berhasil menggores luka di hati Pram. Wajah Pram nampak pias, aku sudah bosan denganmu. Kalimat itu terus terngiang di telinganya.
*****
“Ngapain kamu kesini?” suara Najma nampak ketus, ketika Pram menaiki ranjangnya.
“Tidur. Sekarang sudah larut malam.”
“Aku enggak mau tidur sama kamu. Tempat tidur ini sangat sempit.” Pram ternganga mendengar ucapan Najma. Ranjang dengan ukuran king size dikatakan sempit oleh Najma.
Tapi kemudian Pram tersadar saat melihat pergerakan tangan Najma yang sedang mengusap perutnya. “Apa mungkin ini bawaan bayi yang ada di kandungannya?” batin Pram. Sedikitnya ia tahu bagaimana kondisi emosional wanita saat sedang hamil.
“Kamu kenapa? akhir-akhir ini kulihat kamu mudah kesal.” Najma menarik tangan Pram dan mencubitinya, ia sungguh kesal dengan Pram.
“Yank sakit jangan dicubit.”
“Makanya kamu jangan tidur di sini. Pergi sana!”
“Kamu seperti ini pasti karena bawaan bayinya ya? Baiklah aku akan tidur di kamar sebelah,” ujar Pram, ia membungkuk untuk mengecup kening Najma. Betapa rasa cintanya tak pernah berkurang untuk wanita ini.
“Iya, cepat kamu pergi sana.” Najma menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya, ia mual mencium aroma tubuh Pram.
*****
Najma membiarkan Pram menyiapkan segala keperluannya untuk berangkat ke kantor sendiri, ia malas mengurus pria itu seperti dulu. Pram pun tidak memprotes, yang terpenting Najma berada di sisinya itu sudah lebih dari cukup untuk Pram. Lagi pula dulu ia menikahi Najma bukan untuk menjadikan wanita itu sebagai pelayan yang harus memenuhi segala kebutuhannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Istri Titipan (New Version)
RomanceBayu tidak pernah menyangka jika Pram tuannya meminta dia untuk menikahi istri pria itu, Pram menginginkan Bayu menghamili Najma istri kesayangannya. Disitu harga diri Bayu benar-benar terhina, namun ia tidak punya pilihan ketika Pram mengancamnya...