Part 1 [Tears]

4.1K 333 6
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

" Eunha-ya, ini eomma letakan dikoper yang itu ya?"

"Ehm,," gadis itu mengangguk dan tersenyum saat seorang wanita paruh baya dengan rambut hitam panjang membantunya mengemasi barang. Gadis itu akan berangkat ke Seoul besok untuk melanjutkan pendidikan di Universitas ternama di Korea bersama kakaknya yang juga berpindah tempat kerja.

Dia Jeon Eunha. Seorang gadis 18 tahun yang cantik, baik, lembut dan juga pintar. Anak kedua dari pasangan Jeon Chang Wook dan Jeon Ji Won. Dia memiliki seorang kakak yang tampan dan lebih tua lima tahun darinya yang bernama Jeon Jungkook.

Jungkook adalah direktur utama perusahaan Jeon Corporation di Busan. Tapi karena dia menemani adiknya untuk tinggal di Seoul, dia dipindahkan Ayahnya untuk mengambil alih perusahaan cabang di Seoul. Jungkook sendiri tidak keberatan mau ditugaskan dimanapun. Toh semuanya juga masih perusahaan keluarga.

"Jungkook-ah, bawalah kopernya ke mobil biar besok tidak repot lagi."

Seorang pria berdiri di ambang pintu menatap dengan wajah bosan dan tak berminat. Dari tadi dia hanya berdiri diam dengan kedua tangan di dalam saku tanpa berniat membantu dua perempuan yang terlihat sibuk dihapadannya. "Jungkook!!"
"Iya iya.." akhirnya dia bergerak begitu Ibunya mulai memanggilnya dengan nada mulai marah. "Apa hanya ini, tidak sekalian saja semua barang dibawa."

"Sudah bawa saja tanpa protes, itu barang adikmu sendiri.." ujar sang Ibu masih sibuk mengemasi barang yang lainnya.

"Ya ya, memang sudah kesialanku mempunyai adik seperti dia." Jungkook memandang malas Eunha sebelum mengangkat kopernya dan berjalan keluar.

" Eommaaa!! Oppa kejaam!! .." rengek Eunha. Sang Ibu hanya menghela nafas sambil menyipitkan matanya menatap putranya yang selalu saja bersikap dingin pada adiknya sendiri.

" Iya iya,, aku mengerti," Jungkook berhenti karena tatapan Ibunya "dia Adikku dan aku harus menyayanginya. Begitukan? I-bu?" Jungkook mengeja kata terakhir setelah menyindir apa yang selalu dikatakan Ibunya tentang Eunha. Tapi sedetik kemudian dia langsung melompat dan keluar kamar itu dengan secepat kilat saat Ibunya mengambil jam weker. Terakhir dia berkata seperti itu, panci dapur sukses mengenai dahinya.

Eunha terkikik melihat kakaknya yang seperti maling kabur. Ibunya memang tidak sungkan jika marah. Tapi disaat keadaannya serius dan menyenangkan, Ibunya bisa seperti malaikat. Eunha masih tersenyum, dia tidak menganggap kata-kata Jungkook serius. Karena kakaknya itu sudah biasa berbicara dingin dan ketus seperti itu. Tapi diluar dari itu, kakaknya tetaplah kakak terbaik yang pernah ada karena Jungkook selalu menjaga dan membantunya walau dengan cara yang dingin.

.
.
.
.

Sekarang mereka berempat duduk di ruang makan dengan hidangan menggugah selera dari ibunya dan Eunha. Jungkook menatap dengan mata berbinar jjampong didepannya. Memang, makanan disana ada banyak. Tapi khusus Jungkook akan selalu ada jjampong walau hanya semangkuk.

" selamat makan..." ujarnya senang dan segara melahap jjampong itu, " eehmm enak."

"Tentu saja, siapa dulu yang masak." Eunha berujar percaya diri. Jungkook menghentikan makannya dan menatap Eunha dengan kening berkerut. "Kenapa?"

"Yah, makananmu memang enak. Ada baiknya kau tinggal saja didapur sekalian."
Eunha menggembungkan pipinya mendengar kata-kata Jungkook dan selanjutnya dia mengambil mangkuk jjampong Jungkook. Kakaknya menatapnya tak suka, "Kembalikan."

"Tidak, aku yang memasak ini. Dan aku tidak jadi memberikannya untuk Oppa."

"Itu jjampong milikku, kembalikan."

Love and Lust {EUNKOOK} - COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang