[Extra Part] MIDNIGHT

1.3K 219 20
                                    

BTS – Big Hit Entertainment

Penulis tidak mengklaim apapun selain plot cerita.

Catatan : Jimin kabur dari rumah dan dia ingin ditemani. Oleh mantan pengawalnya, tentu. Tidak dengan disertai tamu, apalagi pengganggu.

.

.

.

Jarum arloji nyaris menunjuk pukul setengah sebelas malam ketika Yoongi mengangkat alis karena mendapati ponselnya bergetar dalam saku celana. Menilik kemungkinan pengirim sambungan memiliki keperluan penting selarut ini, ditanggapinya sambil setengah mengerenyit.

"Halo?"

"Yoongi-hyung! Sudah kubilang kalau kau harusnya menginap di sini!"

Suara melengking tinggi bernada protes dan tak ingin dibantah, kening Yoongi terlipat makin hebat, "Kau baik-baik saja, Jimin-ah?"

"Tentu saja tidak!" sepat Jimin, memekik. Matanya terpejam kuat selagi lengannya berusaha menggapai bantal terdekat dari posisi kaki, "Kau tahu aku benci hujan! Apalagi malam hari! Petirnya seram sekali!"

"Begitu? tak mengira malam ini akan ada badai. Siang tadi cuacanya masih bagus. Lagipula aku tidak memperhatikan langit sejak sore, editorku sedang hobi meneliti tanda baca, layar komputer jinjingku retak, dan—"

"Paham! Aku paham! Kau tidak perlu menjelaskannya padaku!" potong Jimin tak sabar, sibuk mengatur napas yang tersengal. Kelebat kilat barusan hampir membuat jantungnya melorot ke perut, "Aku hanya perlu pelampiasan untuk marah-marah gara-gara dibangunkan bunyi hujan. Sudah dingin, sendirian pula! Bukannya aku takut lho, hyung. Kalau tidak hujan sih bisa kuatasi."

"Pulang saja ke Seoul."

"Tsk, tsk, tak sudi."

"Kau yang bilang tak mau dianggap penakut."

"Memang."

"Lalu?"

"Bergantung kondisi? HUWAH!" Jimin melonjak kaget, gelegar petir bergema sampai telinga Yoongi di sambungan telepon. Pria itu menahan tawa sementara Jimin mengumpat-umpat sepenuh hati pada tirai kamar apartemen yang terbuka. Dungu, harusnya dia tak lupa menutup benda sialan itu selesai mandi. Sekarang dia harus meringkuk seperti bocah TK di bawah tempat tidur. Panik, tak lupa menggigit tali sarung bantal yang terburai.

"Cobalah untuk terpejam lagi, siapa tahu bertemu denganku dalam mimpi."

"Aku tak akan mudah dibujuk dengan rayuan seperti itu," rutuk Jimin sebal, "Dan jangan mulai bertingkah sok romantis, hyung. Aku serius."

"Aku hanya berusaha membuatmu terhibur, tuan muda penakut," Yoongi berdecak lirih, "Apa kau juga sudah memikirkan usulanku untuk mengubah warna rambut besok?"

"Jangan mengalihkan pembicaraan! Ini tak ada hubungannya dengan rambutku. Lagipula aku suka! Pirang membuatku terlihat keren dan parlente!" Jimin mendengus sok tabah. Dahi ikut tertekuk saat telinganya mendadak menguping bunyi benturan pelan disusul riuh benda jatuh, "Yoongi-hyung? Halo?"

"Dengar, aku dengar," ulang Yoongi samar, berusaha bangkit dari lantai tanpa berpegangan, "Aku menubruk meja. Baru saja tiba di rumah dan lupa menyalakan lampu. Aisshh."

"Hati-hati dong, hyung. Kau sama cerobohnya denganku," seloroh Jimin, antara ingin tertawa dan simpati. Mujur, sebab pria itu tak memergoki bagaimana dirinya bersembunyi di kolong ranjang atau Jimin akan diledek lebih gila. Digamitnya bantal sekuat tenaga sambil sesekali bergelung pucat jika ada sepintas cahaya lewat dari jendela. Kilatnya belum berhenti. Sialan.

Slice of Life - SNOWMAN (YoonMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang