Your Scar

239 25 2
                                    

Saat Kagura berjalan keluar dari gedung fakultasnya, ia tahu ada yang tidak beres karena kerumunan peremupan yang berdiri di belakang pagar. Kagura berniat menghindari kerumunan itu saja, karena ia yakin apapun itu bukanlah hal yang menarik.

Tiba-tiba, para gadis itu berteriak dan seorang pria menarik tangan Kagura. Kagura terperanjat, dan karena suara keras yang tiba-tiba itu ia menoleh sambil menarik tangannya sendiri. “Hei, ini aku,” kata Sougo.

Kagura mundur dua langkah dengan wajah terganggu. Semua gadis sekarang memandang mereka, dan ia tidak mengerti apa alasannya. “Kau buronan?” tanya Kagura horor.

Sougo mendengus. “Aku polisi, kau ingat?” tanya pria itu.

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kagura. Para gadis dengan tatapan penuh mimpi mereka menatap Sougo seolah dia adalah dewa yunani yang turun ke alam rakyat jelata. Dan ia tidak ingin terlibat keributan.

“Kemarin kau bilang akan pergi ke Kyoto, kan?” tanya Sougo.

“Ya,” Kagura memincingkan matanya. “Tapi tidak sekarang,” jawab Kagura.

Sougo menyentuh tangan Kagura dan menggandengnya. Entah mengapa, saat para pria menatap Kagura dari jauh, sifat posesif Sougo menguasai dirinya. Sougo benar-benar memutuskan utuk membawa Kagura pergi sambil menekan tombol kunci mobilnya.

“Kau benar-benar polisi?” tanya Kagura yang tidak bisa melepaskan tangannya dari gandengan Sougo yang cukup mengunci tangannya. “Kau punya banyak waktu luang?” tanya Kagura.

“Ya. Aku punya banyak waktu luang. Kalau kau mau ke Kyoto, ayo pergi bersamaku. Aku ada kerjaan di Kyoto,” jawab Sougo. “Dan aku sudah beli tiket kereta,”

Kagura mengerjap pada pria itu. Jadi itu alasannya pria itu datang hari ini?

“Tapi...” Kagura menatap pria itu dengan sebuah senyum yang tidak bisa disembunyikan.

“Apa?” pria itu menatap Kagura tajam karena kesal pada situasi di sekitar mereka yang membuat mereka seolah dua artis yang berjalan di red carpet.

“Tapi aku harus mengatakan sesuatu pada Gin-chan dulu, dan mengepaki bajuku, dan beberapa persiapan lainnya,” jawab Kagura.

“Oh,” Sougo berkata datar.

Sougo menatap Kagura seolah Kagura berbuat kesalahan, sementara Kagura menatap mengejek pada Sougo. “Kenapa kau tidak mau melepaskan tanganku?” tanya Kagura santai, yang menyerah karena tidak mau bereaksi berlebihan.

“Karena aku ingin mencungkil setidaknya tujuh belas pasang mata, dan memegang tanganmu adalah satu-satunya hal yang bisa menghalangiku dari melakukannya,” jawab Sougo.

Kagura tahu mereka belum terlalu lama bertemu dan saling mengenal. Tapi entah mengapa, Kagura sudah sangat terbiasa dengan perlakuan dan sifat Sougo. “Sougo,” panggil Kagura.

“Apa?” Sougo mengalihkan tatapannya pada Kagura lagi setelah memelototi tujuh belas pasang mata yang ingin ia congkel tadi.

“Kurasa, aku bisa mulai memanggilmu ‘Sadis’,” kata Kagura.

Sougo menatap Kagura dengan wajah yang dimiringkan. “Tunggu. Apa kau pernah memanggilku begitu sebelumnya?” tanya Sougo cepat.

“Ya. Maksudku tidak,” jawab Kagura dengan senyum. “Entahlah. Ini seperti sebelumnya. Kurasa aku pernah memanggilmu itu, tapi aku tidak tahu kapan,” ucap Kagura.

Sougo mengangguk, dan sambil mereka berjalan, mereka sampai di mobil Sougo. Pria itu membiarkan gadis itu membuka pintu mobil sendiri dan berputar untuk masuk ke kursi pengemudi. Ketika mereka sudah di dalam dan keduanya sudah memasang sabuk pengaman, Sougo menatap Kagura dengan tatapan yang sama.

Her DreamsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang