"Ra?"
"Hmm?"
"Katakan kepadaku sekali lagi tentang arti namamu"
"Untuk apa?"
"Aku lupa. Kau tahu aku bukan orang yang cerdas, kan? Jadi aku ingin mendengarnya sekali lagi."
"Sekali lagi? Kau bisa bertanya padaku kapan saja."
"Mungkin tidak bisa lagi."
"Kenapa?"
"Kabulkan dulu permintaanku."
"Baiklah. Dalam bahasa Rumania dan Portugis artinya fajar. Dalam bahasa Italia artinya matahari terbit. Sedangkan menurut istilah, Aurora adalah fenomena alam yang menyerupai pancaran yang menyala-nyala...."
"Kau suka Italia?"
"Aku belum selesai menjelaskan," rengek Ara kepada lelaki yang duduk di sampingnya.
"Tidak perlu. Kau suka Italia?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Jauh dari sini."
"Kalau dekat akan suka?"
"Tidak tahu, belum pernah ketemu sama Italia."
Lelaki itu terkekeh mendengar jawaban gadis di sampingnya, Aurora. Gadis berumur 15 tahun itu adalah sahabatnya.
"Kau percaya takdir?"
"Hmm."
"Hmm? Maksudmu?"
"Aku percaya."
"Kalau kau percaya takdir, kau tidak boleh sedih setelah mendengar apa yang akan aku katakan."
Ara tidak menjawab. Dia hanya mengangguk kecil sambil memperbaiki posisi duduknya.
"Dengarkan aku baik- baik. Besok aku akan ke Italia,"kalimat lelaki itu menggantung di udara. Ia berharap Ara menanggapinya.
"Mungkin akan sangat lama. Sekitar 7-8 tahun," lanjutnya.
Namun Ara masih tidak menjawab. Hanya ada suara bising dedaunan yang tertiup angin. Ara membuka tasnya, mengeluarkan sebuah kotak berukuran sedang.
"Kau boleh ke Italia, tapi kau harus janji dulu denganku."
"Janji apa?,"
"Janji kau harus membuka kotak ini kalau sudah pulang ke Indonesia," ucap Ara sambil menyodorkan kotak yang dikeluarkan dari dalam tasnya.
"Kalau kau mau aku membukanya nanti, kenapa diberikan kepadaku sekarang, Ra?," sahut lelaki itu dengan ekspresi sedikit kecewa.
"Itu hukuman untukmu."
"Tapi Ra. Kapan kau menyiapkan kotak ini? Padahal aku baru saja pamitan denganmu."
"Itu hadiah kelulusanmu," jawab Ara singkat.
"Ah begitu ya. Bagaimana kalau kita buka sekarang saja? Aku penasaran, Ra,"goda lelaki itu sambil memainkan kotak yang ia pegang.
"Kalau mau buka sekarang, berarti tidak usah ke Italia!,"ucap Ara dengan sedikit membentak.
Lelaki itu menghela napas pelan. Ia bukan manusia dewasa yang bisa memahami situasi yang ada. Yang ia tahu, gadis di sampingnya sedang marah karena akan ditinggalkan sahabatnya.
"Iya Ra. Aku janji akan membuka kotak ini setelah aku pulang ke Indonesia."
Lelaki itu menatap Ara yang perlahan mulai terisak. Tak lama kemudian, Ara bangkit dan melangkah meninggalkan lelaki itu. Sementara lelaki itu masih terdiam, tak berniat menyusul Ara. Biasanya dia-lah yang akan menghukum siapapun yang membuat Ara menangis. Namun kali ini, dirinyalah yang harus menerima hukuman.
"Ra. Ara. Aurora. Selamat tinggal."
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPASANG SAYAP
RomanceTidak ada manusia yang benar-benar rela menerima sebuah perpisahan.