Happy reading***
Akhir pekan adalah hari yang ditunggu-tunggu Anjani. Di mana dia bisa bermalas-malasan di tempat tidur sampai hari beranjak siang.
Meskipun sudah bangun dari subuh, Anjani tetap setia dengan perabot tidurnya, kasur, bantal dan guling.
Berguling ke sana, ke mari sambil memegang benda pipih yang dianggapnya keramat. Anjani suka sekali membaca novel yang diunduh secara gratis lewat handphone. Setiap hari ia selalu menyiapkan waktunya untuk membaca novel.
Tak jarang Anjani sampai begadang hanya untuk membaca novel."An, antar ibu ke pasar yuk." Kata Hera-ibu Anjani yang tiba-tiba masuk ke kamar.
"Iya, Buk ... Anjani mandi dulu ya." Anjani segera bangun dari pembaringannya.
"Alah ... kamu itu mbok ya dari tadi mandi. Ya udah cepetan keburu siang." Sahut Hera, kemudian meninggalkan kamar anak gadis satu-satunya itu.
Setelah beberapa saat Anjani sudah siap mengantar ibunya kepasar, dengan menggunakan kaos lengan pangjang yang dipadukan dengan celana jeans selutut, Anjani tampak manis walau hanya menggunakan riasan sederhana dan menggerai rambut panjangnya.
"Ayo, Buk," ajak Anjani. Mereka pun bergegas menuju pasar.
Sampai di pasar setelah memarkirkan sepeda motornya, Anjani mengekori ibunya sambil membawa keranjang belanjaan.
"Bu, ayamnya dua kilo ya," kata Hera pada sang penjual ayam potong."Iya, Buk," sahut si penjual ayam.
"Libur ya, Ndhok?" sapa sang penjual ayam pada Anjani.
"Iya, Bu." Jawab Anjani sambil tersenyum.
"Walahhh wong kok ayu ne rak karuan to, tak pek mantu gelem ya, Ndhok," kata sang penjual ayam.
(Walahhh orang kok cantik banget sih, saya jadikan menantu mau ya, Nok).Anjani hanya tersenyum menanggapi obrolan ibu itu.
"Halah Bu ... Bu ... sudah banyak yang ndeketin dia, tapi nggak ada yang ditanggepin. Emboh maunya apa, padahal ya sudah umur," sahut Hera.
"Buk ...," tegur anjani pada ibunya.
"Ayo kalo sudah langsung pulang," sambung Anjani.
Mereka pun akhirnya pulang. Sesampainya di rumah, Anjani mengeluarkan barang belanjaan yang ia beli tadi.
"Ibu nyuci ayamnya dulu, kamu siapin bumbunya ya, An.""Iya, Bu."
"Nah ... begini, kalo anak perempuan itu ya harus bantu ibu masak di dapur.
Nanti kalo kamu sudah punya suami, jangan sampai keseringan jajan di luar.
Manja'in lidah suamimu dengan masakanmu sendiri. Biar dia lengket, dari lidah turun kehati. Lihat tuh kayak Bapakmu itu." Kata Hera sambil cekikikan di akhir kalimatnya.Anjani hanya menanggapi dengan senyuman petuah dari sang ibu.
***
Tinn tinnn ....
Sebuah pajero putih berhenti di depan rumah mewah tiga lantai. Tak lama setelahnya, seorang wanita paruh baya berlari membukakan pintu gerbang. Mempersilahkan masuk sang pengendara mobil itu.
Turunlah dua anak laki-laki berusia lima tahun disusul oleh seorang laki-laki dewasa. Mereka masuk ke dalam rumah mewah itu."Oma ...." Teriak dua anak kembar secara bersamaan. Mereka berlari tidak sabar ingin memeluk sang oma. Di belakang mereka ada seorang laki-laki dewasa yang berjalan dengan santai.
"Cucu oma yang ganteng-ganteng udah datang ya. Oma masak ayam goreng banyak untuk Arion dan Akana." Kata Risma sang oma sambil mengurai pelukannya.
"Yeayy!" Seru keduanya yang langsung berlari menghampiri meja makan. Di mana makanan kesukaan mereka sudah tertata dengan rapi.
"Mam," sapa Dion pada mamanya.
"Siska mana?" tanya Risma sang mama pada Dion.
"Tau, biasa lah," jawab Dion malas.
Yah, laki-laki dewasa tadi adalah Dion dan kedua anak kembarnya, Arion dan Akana.Risma hanya mendesah pelan mendengar jawaban dari sang putra.
"Istrimu itu lagaknya kayak orang bebas aja, nggak mikirin anak sama suami."
"Udahlah, Mam."
Risma dan Dion pun ikut duduk di ruang makan menikmati santap siang mereka.
***
Tok ... Tokk ... Tokkk.
Suara pintu diketuk, terdengar sampai ke belakang.
"Ehhh Mbak Sri ... ayo Mbak, masuk." Hera menyambut jedatangan kakak sepupunya yang datang berkunjung.
Sri dan Hera duduk di sofa ruang tamu."Ka, Raka sini, Nang. Tasnya Budhemu dibawa masuk ke kamar tamu," kata Hera pada Raka. Raka lalu menghampiri Sri dan mencium punggung tangannya.
Kemudian pergi dengan membawa masuk tas budhenya."Mau makan dulu atau istirahat dulu, Mbak?"
"Ayo makan dulu saja, aku sudah lapar sekali. Perjalanan Solo sampe Semarang macet," kata Sri. Merekapun berjalan menuju ruang makan.
"Oohh iya, Anjani mana? Kok nggak kelihatan?"
"Ada ... masih di kamar mandi," sahut Hera.
Anjani keluar dari kamar mandi menghampiri Sri. "Budhe." Sapa Anjani sambil mencium punggung tangan Sri.
"Walahh tambah ayu tenan," puji Sri pada keponakannya itu.
"Yo mesti cantik to, Budhe. Dari dulu kan Anjani menang sudah cantik," sahut Anjani sambil tersenyum bangga. Mengibaskan rambut panjangnya kemudian duduk bersama di meja makan.
Jika dengan keluarga dan teman dekatnya, terkadang Anjani bersikap lebay jika dipuji cantik."Cantik itu kalau sudah laku seperti budhe, dan Ibumu ini," sahut Sri.
Anjani langsung cemberut mendengar perkataan budhenya. Sedangkan ibunya hanya tersenyum.
"Denger itu, An," imbuh Hera.
"Apa harus budhe yang nyarikan kamu jodoh?"
"Alaahh Budhe ...," rengek Anjani.
"Wes kono, Mbak. Carikan jodoh wae dari pada kelamaan wong sudah umur kok," sahut Hera.
"Ibu ...," tegur Anjani pada sang ibu.
"Tak kenalin sama tetangganya budhe ya, PNS lho, An. Sudah punya rumah sendiri, punya sawah, anaknya orang punya. Orangnya ganteng, gagah.
Cocok buat kamu," kata Sri pada Anjani.Anjani hanya menggelengkan kepalanya.
"Jangan geleng-geleng terus. Kamu itu sudah umur. Berapa umurmu?" sambung Sri.
"Dua puluh enam, Budhe."
"Lha yoo, dulu waktu budhe seusiamu sudah punya anak dua."
"Assalamualaikum ...." Dari arah luar terdengar suara Surya mengucapkan salam.
"Wa'alaikumsalam," jawab mereka bersamaan.
Surya masuk, duduk di ruang makan. "Mbak Sri, baru sampai?"
"Iya Sur, habisnya macet. Jadinya ya lama di perjalanan."
Memang setiap jam makan siang Surya selalu pulang agar bisa merasakan masakan istrinya. Karena jarak antara tempatnya buka vermak dengan rumah tidak jauh.
Dan ketiga adik Anjani pun keluar, ikut bergabung untuk menikmati santap siang.
Mereka makan dengan nikmat, sesekali diselingi obrolan ringan.***
Semarang, 23 September 2018
Salam
-Silvia-
Repost 20-01-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)
RomanceWarning!!! Dewasa 18+ Rasita Anjani, perempuan berusia dua puluh enam tahun yang jatuh cinta pada Dion Rius Hartanto, seorang pria beristri yang berumur sepuluh tahun lebih tua darinya dan sudah memiliki dua orang putra. Selama lima tahun cintanya...