8

7K 253 15
                                    

Lama Ryan menatap Shakyra yang sekarang tengah berbincang dengan seorang pria. Entah ada apa dirinya ia merasa risih melihat keakraban mereka. Ada hal yang mengganjal dihatinya yang ingin menarik tangan gadis muda itu dari pria dihadapannya.

Ryan mendengus kasar, ia mengambil jus jeruk disampingnya lalu meminum setengah. Tadinya Ryan akan pulang lebih awal, hanya menyapa Hendra lalu pergi pulang. Namun sepertinya ia akan pulang larut.

"Kak, baju lo kotor gitu sih?. Ceroboh banget lo" Ujar gadis disampingnya.

Ryan menoleh, "kalo gue ceroboh gue gak bakalan jadi dokter"

Gadis itu tersenyum remeh, ia tau Ryan akan menyombongkan dirinya dengan gelar dokternya.

"Terserah, kak makan yuk. Irina belom makan" Irina menggonyangkan tangan Ryan meminta persetujuan.

"Bisa jalan sendirikan, gue sibuk" tolak Ryan.

Irina menghentakan kakinya, "Ck, sibuk apa lo. Udah ayo laper nih kalo lo gak nemenin makan gue aduin sama om guntur"

"Ngaduan mainnya, yaudah ayo" Ryan menggandeng Irina menuju tempat prasmana.

Setelah mereka pergi, diam-diam Shakyra melihat mereka yang berlalu.

**

Saat ini Tias menemani Shakyra makan. Ia heran, baru kali ini Tias melihat Shakyra makan seperti orang kesetanan. Ingin bertanya tapi takut menggangu. Lebih baik ia menunggu dengan sabar.

"Cowo emang sama aja!!" Tias menoleh, Shakyra ngomong sendiri kah?.

"Kemaren dia nembak gue sekarang malah jalan sama cewe lain, kesel gue!!!" ah Tias tau apa sebabnya. Ia juga melihat Ryan menggandeng cewe, dan lebih parahnya lagi itu kakak kelas yang Shakyra paling tidak sukai.

"Kenapa lo marah?, lo nya juga gak suka kan sama Ryan?. Lo cemburu ya."

"Big No!!!, gue gak cemburu. Lagian seterah dia mau jalan sama siapa gue gak peduli!!"

Tias berdecih," tadi aja marah-marah gak jelas. Cemburu bilang aja kali gak usah ditahan gitu, nanti nyesel loh"

Memikirkan kembali ucapan Tias. Masa iya sih dirinya cemburu?, ia tidak mempunyai perasan suka pada Ryan tapi melihatnya berjalan bersama cewe lain membuat perasaannya bingung.

Shakyra memang menutup hatinya hanya untuk seorang cowo yang bilang akan kembali. Tapi nyatanya cowo itu menghilang tanpa jejak. Mungkin ia terlalu muda dan bodoh untuk mengerti apa itu cinta. Cinta?, Shakyra berdecih, jangankan cinta hatinya kini sudah berubah mengeras seperti batu. Ia hanya butuh tetesan air yang sedikit demi sedikit melumpuhkan hatinya.

Kini selera makannya hilang. Mungkin udara segar bisa menyegarkan pikirannya sejenak. Kaki jenjangnya melangkah menuju taman kecil yang tak jauh dari rumahnya. Angin malam langsung menerpa kulitnya lembut. Shakyra menghembuskan napas kasar, awalnnya ia tak pusing memikirkan cowok yang meninggalkannya itu. Tapi semenjak Ryan datang ia khawatir akan suatu hal yang akan terjadi.

Ia akui Ryan memiliki wajah tampan. Dengan postur tubuh tinggi tegap, sorotan mata tajam namun menyejukan.

Shakyra tak tau lagi bagaimana harus mendeskripsikan fisik seorang Ryan. Kini hatinya tengah bertarung, apakah sikap yang ia alami tadi pertanda bahwa ia telah berpaling.

"Gak baik loh anak gadis jam segini keluar malem-malem" Shakyra menoleh, mendapati Ryan yang kini berjalan mendekatinya.

Ryan duduk disamping Shakyra dengan tenang, "kenapa duduk sendirian?".

I Love You Pak DokterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang