Rabitto

865 38 12
                                    

   Langit mendung sangat gelap. Tanda akan ada badai hari itu. Dan terlihat seorang pemuda berumur tujuh belas tahun dibawa oleh seorang polisi tampan berkacamata. Sang polisi murka, wajahnya tak kalah gelap dari cuaca diluar sana saat melihat kaca mobilnya hancur dilempari batu, dan sang pemuda adalah satu-satunya orang yang berada dekat dari tempat kejadian perkara, daerah dimana ia tinggal. Yokohama Resident.
   Dengan kesal, sang polisi membawa pemuda tersebut ke dalam apartemennya. Sumpah serapah dan pembelaan keluar dari mulut sang pemuda, tapi tak di hiraukan si Polisi. Mendudukkan pemuda tersebut di sofa ruang tamu, lalu ia menatap tajam pemuda di hadapannya.

   "Yamada Jiro kun. Kau tau? Melakukan pengrusakan pada benda milik orang lain itu melanggar hukum. Apa lagi properti milik penegak hukum. Hukumannya jadi lebih berat". Sang polisi melipat tangannya di dada, mencondongkan badannya kedepan. Menatap mata beda warna milik pemuda yang bernama Jiro itu.

  "Sudah ku katakan itu bukan perbuatanku! berapa kali aku harus mengatakannya padamu?!" Jiro berontak, mencoba melepaskan borgol yang membelenggu kedua tangannya.

   "Bukan kau? Lalu siapa? Kau pasti dendam karena kalah di Battle Rap kemarin kan? Makanya kau rela jauh-jauh pergi ke Yokohama untuk membalas dendam". Tatapan tajam milik polisi itu seakan menusuk tajam ke jantung Jiro.

   "Untuk apa aku jauh-jauh kemari hanya untuk melakukan hal semacam itu? Aku tak punya waktu. Aku hanya membantu Niichan mengantarkan barang. Lihat di saku sweater ku ada nota keterangannya!". Jawab Jiro.

   Benar, semenjak kalah saat battle rap sebulan lalu Yamada Ichiro masih merasakan sakit dari efek Hypnosis Mic. Mau bagaimana lagi, Ichiro menjadikan dirinya tameng agar luka-luka yang akan diterima adikknya berkurang. Karena itulah Jiro menggantikan Ichiro menjadi Yorozuya.

   Sang polisi, Iruma Jyuto. Merogoh saku baju yang dikenakan Jiro dan menemukan sebuah nota kecil tanda terima barang plus tanda tangan dari sang penerima. Dan alamatnya memang berada di gedung yang sama tempat ia tinggal. Hanya berbeda lantai saja.
Jyuto menatap penuh selidik. Mencari kebohongan yang mungkin ditutupi oleh Jiro tapi ia tak menemukannya.

   "Aku masih tak percaya. Siapa tau ini cuma alibi agar kau bisa bergerak saat tertangkap basah". Kertas nota diremas Jyuto dan dilempar ke sembarang arah.

   "Ini apartemen elit kan? Pasti punya cctv. Kenapa kau tak melihat rekamannya saja? Itu lebih baik daripada asal menuduh orang sembarangan tanpa bukti!". Jiro emosi, menendang tulang kaki Jyuto dengan keras.

   "Itte!! Kau...!". Jyuto memegangi kaki yang ditendang oleh Jiro. Dia ditendang pas di tulang keringnya, ini benar-benar sakit.

   Mengurungkan niat untuk marah karena merasa hal itu tak berguna, Jyuto menyalakan smartphone nya. Membuka sebuah aplikasi monitor yang tersambung pada kamera yang ia pasang didalam mobil miliknya. Disanalah ia melihat, seorang pria paruh baya membawa sebuah batu besar dan melemparkannya pada kaca depan mobil. Hal itu membuktikan bahwa Jiro tak bersalah.

   "OIII! Berhenti main hp dan berdiri di situ, lepaskan aku! aku harus pul-!"

   'JEDHAAARR!!'

Sebuah petir bersuara menggagetkan Jiro dan setelah itu kilat terus menyambar-nyambar di langit. Jyuto dengan sigap menutup gorden apartemennya rapat-rapat. Pria berkacamata itu mendekait Jiro lalu melepas borgol miliknya yang ia pakai untuk menahan pergerakan Jiro.

   "Melihat cuaca diluar sana, kau tak akan bisa pulang", Jyuto hendak berjalan menjauhi Jiro sambil mengantongi kembali borgol miliknya.

"Aku tak peduli, pokoknya aku mau pulang. Ini semua salahmu. Harusnya aku bisa pulang dari tadi tapi tertahan olehmu yang menuduhku". Jiro bangkit dari sofa tapi ditahan oleh tangan Jyuto.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One Night TouchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang