Bagian 25 (END)

760 13 1
                                    

Satu kata yang aku ingin ungkapkan kali ini. Lelah.


Padahal baru dua jam aku menjalankan tugas dari dosen Jae, tapi rasanya aku ingin cepat - cepat istirahat. Aku baru kali ini merasakan jadi panitia dalam sebuah acara. Entah kenapa dosen Jae menugaskan ku seperti ini, padahal aku tidak pernah mempunyai riwayat mengikuti organisasi dalam sebuah event.

Disini bising, dan aku tidak suka. Aku lebih suka kedamaian, meskipun justru akulah penyebab kedamaian itu menjadi kebising. Kebisingan membuat orang yang aku sayangi tertawa karena ku. Orang mungkin melihat ku sebagai pribadi yang kalem, tapi tidak dengan orang terdekat ku.

Dan sekarang aku harus di pusing kan dengan banyak orang yang bertanya padaku, mereka tidak tau saja aku sedang pusing memikirkan dia yang menghilang. Tapi sayangnya dengan berat hati aku harus berperilaku baik di depan mereka, karena jika tidak lihat saja apa balasan yang akan dosen Jae kasih padaku.

Tanpa aku sadari waktu istirahat sudah tiba, dan semua panitia mulai bersitirahat sebelum acara berlanjut. Dan aku, aku sekarang sedang sibuk membereskan beberapa barang yang berceceran karena banyak orang yang mencoba melihatnya.

"hei Bagas!"

Aku menengok ke asal suara dan menemukan orang yang familiar tengah berjalan menghampiri ku.

"ada apa?"

"nih, handphone mu aku kembalikan. Tapi hanya bisa dipakai pada saat istirahat saja, dan saat acara berlanjut kau harus mengembalikannya padaku."

Aku mengangguk patuh kemudian langsung mengambil benda pipih milikku yang berada ditangannya.

"ohiya, beberapa menit yang lalu ada seseorang yang menelfon mu. Baiklah aku kembali keruangan."

Seseorang menelfon ku? Siapa? Setau ku aku tidak mempunyai kontak siapa pun di handphone ku. Kecuali dia. Tunggu, aku tadi bilang apa? Kecuali dia? Benarkah dia menelfon ku?

Aku langsung menyalakan benda pipih itu dan mulai melihat sebuah notifikasi masuk.

Sherly's calling you

Sherly? Benarkah? Dia menelfon ku? Tidak tunggu, tidak mungkin ini terjadi. Seseorang tolong sadarkan aku dari mimpi ini! Aku tidak mau terjebak dalam mimpi! Dan ah bodohnya aku malah memukul pipi ku sendiri hingga merasakan sedikit sakit. Terasa sakit, berarti ini bukanlah mimpi benarkan?

Setelah beberapa detik sebelum panggilan itu tertutup, aku langsung menjawab telefon darinya. Sudah tidak terasa lagi jantung ku sedang apa sekarang, darah yang mengalir cepat apa, dan rasa gugup yang tiba - tiba saja menyerang hingga tangan ku bergetar saat menempelkan benda pipih itu pada telinga sebelah kananku.

"halo.."

Aku sama sekali tidak berkutik sekarang setelah mendengar suara dari seberang sana. Dan yang membuat ku diam adalah, itu bukan suara dia. Bukan suara indah dia. Tapi itu suara seseorang yang sedikit terdengar meringis.

"nak Bagas.."

Aku langsung terkesiap saat mendengar suara parau di seberang sana tengah memanggil ku.

"i-iya ibu."

Aku masih belum bisa mengontrol rasa gugup sekaligus bingung ku kali ini. Ini nomor Sherly, tapi kenapa harus ibunya yang menghubungiku?

"ada yang ingin ibu bicarakan padamu... Ini tentang...

Sungguh aku tidak sanggup saat mendengar suara parau wanita paruh baya di seberang sana. Aku tidak mengerti kenapa suaranya terdengar meringis. Dan sungguh aku merasa jika aku ingin hentikan ucapan beliau.

SherlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang