"Inyaaaaaa tungguiiin." Alsa teman sekelas sekaligus sebangku Inya berlari mendekati Inya yang baru saja ingin menyalakan mesin motor.
"Lu napa sih? Gak malu apa diliatin senior? Inget, kita statusnya masih junior. Janlup jaga sikap."
"Oke oke, lu ceramahnya nanti aja ya? Gue ada satu kabar buat lu." Alsa yang sedari tadi berdiri di hadapan Inya sambil mengatur deru nafasnya yang masih terengah-engah, kini beralih duduk di atas motor Inya yang masih terparkir.
"Paan dah? Ingat ya, kalau cuma tentang Rp (Roleplay) lu, gue gak mau denger. Bosen ah, ceritanya itu itu mulu."
"Iyaiya. Bukan elah. Ini mah tentang cemceman lu." Saat mendengar kata cemceman yang keluar dari mulut Alsa dengan volume suara yang sedikit tinggi, seketika mata Inya membulat dengan sempurna.
"Alsaaaaa. Volume suara lu tuh. Akhhh! Bisa gak sih lu biasa aja kalau ngomong? Apa lagi di luar kelas. Kalau ada senior yang denger gimana?" Inya mencubit bahu Alsa sangking jengkelnya.
"Aw..... iya iya gak bakal elah. Lepasin, Nya." Inya akhirnya melepaskan cubitannya.
"Nya nya nya, lu pikir nama gue Nyonya? Eh tadi lu pen cerita paan sih?"
"Gak jadi. Lu nyubit gw abisnya."
"Yodah. Gue pulang duluan. Minggir ih, gue pen pulang." Inya mengusir Alsa yang sedari tadi duduk manis di atas motor Inya.
"Etdah malah ngambek. Iya deh, iya. Kabar gembiranya itu, kak Askar sama kak Yayat ternyata suka sama lu, tau gak?!" Teriak Alsa memekik, sementara itu Inya hanya bisa menyumpal mulut Inya menggunakan telapak tangannya.
"Ishhh Alsaaa. Sudah dibilangin juga, suara lu tuh... akhh!"
Setelah melihat keadaan sekolah yang memang sudah sangat minus people karena sudah jam pulang, Inya akhirnya menjauhkan tangannya dari mulut Alsa.
"Lu tau dari mana, btw?" Tanya Inya dengan nada suara agak sedikit berbisik kemudian.
"Jadi gini, Salsa kan mantanan tuh sama kak Yayat, nah lu pasti tau pan ye kalau cewe itu gimana? Biarpun dah jadi mantan tetep ae distalking."
"Oohh.. trus lu tau tentang kak Askar itu darimana?"
"Tuh Oat yang ngasih tau gw. Kan Oat sama kak Askar satu club futsal."
"Hah Oat? Ato maksud lu?"
"Huum"
"Ooh... yodah minggir, gue pen pulang."
"Eh elah. Lu gak terima kasih gitu udah gue kasi info terpenting?"
"Kaga. Itu mah gak penting penting bat. Udah ye, bye. Gue pulang duluan, ntar gue dicariin lagi sama bokap gue."
"Hmzzz. Tihati."
"Sip."
Inya akhirnya menyalakan mesin motornya, lalu kemudian keluar dari halaman sekolah. Tentang kedua seniornya yang menyukainya itu, sudah pasti perasaannya untuk tau lebih dalam tentang mengapa seniornya itu bisa menyukainya jatuh kepada seorang Askar. Pasalnya, Inya memang telah menyukai seniornya itu sejak ia memasuki SMA. Alasannya agak sedikit abstrak, yang jelas ia suka cara Aska memetik senar gitar dengan menggunakan jemarinya. Sedangkan tentang Yayat, ia juga tak tahu mengapa sampai seniornya yang satu itu juga memiliki perasaan padanya, padahal menurutnya penampilannya selama ini biasa saja.
"Akhhh bodo amat. Mereka cuma suka sama gue, gak niat buat deketin gue juga merekanya mah. Jadi buat apa gue pikirin?" Begitulah batin Inya berbicara saat mengetahui bahwa kedua seniornya itu menyukainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarcastic!
Fanfiction"Kembalikan kebahagiaanku, dan akan ku jaga ia hingga bibirku tak lagi mampu untuk berucap, dan hingga hatiku tak lagi mampu mererasakan rasa sakit." C