"Jawa"

11 11 2
                                    

Setelah kemarennya disidang Naumi, Zeze malamnya kembali ke Jakarta karena alasan harus kerja pagi dan gak sanggup untuk bersaing melawan kerasnya ibu-ibu di Manggarai. Setelah Zeze sampai di kosan, Mba Sasya yang sekarang satu kosan dengan Zeze kaget tiba-tiba Zeze sudah di kosan padahal besok masuk sore, Zeze yang biasanya rela harus bangun subuh untuk tetap nginap bareng Naumi, meski ia kerja shif pagi.

"Tumben udah di kos Ze, Naumi kemana?"

"Iya kak, ada ko di kosan, besok mau nyuci dulu, cucian banyak. Aku masuk kamar dulu ya kak." Zeze berlalu dan meninggalkan Sasya yang masih berdiri didepan pintu kamarnya dan menatap Zeze yang sudah melangkah pergi dan menutup pintu.

"Sepertinya Zeze ada masalah, gak biasa-biasanya dia dari Depok gak semangat begini. Tidur? Biasanya juga tidur jam dua dan ngobrol dulu ke kamar ku beberapa jam. Aneh tu anak" Sasya ngedumel menatap Tingkah aneh Zeze.

Zeze melangkah masuk kamarnya kemudian menutup pintu rapat. Berada diruangan gelap, terduduk di balik pintu kamarnya dan tas tepat berada disampingnya. "Perasaan apa ini? Kenapa aku begini? Kenapa aku bohong pada Naumi? Kenapa aku bohong pada mba Sasya?" Zeze hanya diam dan tertegun menatapi dirinya didalam kegelapan dan kesendirian. Omongan Naumi semalam masih terngiang-ngiang dikepalanya, membayangkan semua yang harus ia lewati jika nekat ingin menjalin hubungan serius bersama Putra.

Pagi-pagi sebelum Sasya kerja, ia mengetuk kamar Zeze.
"Ze bangun, katanya mau nyuci"

"Ia kak, udah bangun ko! Kakak mau kerja? Hati-hati" teriak Zeze dari dalam kamarnya.

"Tumben udah bangun, biasanya habis subuh kamu tidur lagi, yaudah nyuci! Ia ini aku mau jalan dulu ya. Assalamualaikum"

"Iya, makasih kak! Waalaikumsalam" kata Zeze, suara Langkah Sasya sudah terdengar meninggalkan pintu kamar Zeze.

Tak berapa lama setelah Sasya pergi, tiba-tiba telpon Zeze berbunyi, panggilan masuk dari Putra.
"Udah bangun neng? Ke Jakarta jam berapa?"

"Udah, ini udah di Jakarta" kata Zeze singkat

"Udah di Jakarta? Kapan?"

"Semalam."

"Kenapa gak bilang gue? Kan bisa di jemput! Udah makan? Gue anterin makan ya"

"Gak apa-apa, gak pengen ngerepotin aja. Gue pengen nyuci baju, gak usah anterin makan, gue udah beli ko. Pagi-pagi di bangunin mba Sasya"

"Beneran udah?"

"Udah, yaudah gue pengen nyuci dulu. Assalamualaikum"

"Iya, Waalaikumsalam" telpon dari Putra terputus.

Setelah kepergian Sasya, dan telpon dari Putra terputus, Zeze tidak bergerak sedikitpun karena memang tidak ada pakaian kotor yang harus dicuci. Zeze hanya duduk dan diam menatap keluar jendela. Semalaman Zeze gak bisa tertidur, dan setelah subuh Zeze gak bisa tidur seperti biasanya. Dari semua permasalahan cinta yang Zeze kenal hanya dua hal yang sangat tidak ia inginkannya, tidak direstui dan diselingkuhi, dan sekarang? Zeze harus merasakan salah satunya.

     Zeze kerja seperti biasanya, tidak ada yang berubah dari kerjaan Zeze. Zeze juga berusaha untuk bekerja dan bersikap seperti biasanya, meski terkadang harus dimarahi teman-temannya karena tidak nyambung kalau diajak bicara.

FootstepTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang