Cursed By A Promise

10.5K 1K 120
                                    

Selama satu bulan menjadi siswi di SMP Al-Kautsar yang para muridnya duduk bercampur di dalam satu kelas, merupakan hal baru bagi Humaira. Pengalaman pertama bergaul dengan banyak anak seusianya membuat dia sedikit mengalami kesulitan. Pasalnya selain dari film remaja yang ditontonnya, vlog, story Instagram, IGTV dari akun-akun public influencer remaja yang ia ikuti, Humaira tidak mempunyai referensi bergaul lain sama sekali. Hal itu membuat Humaira menjadi lebih pendiam, pemalu, dan selalu diasingkan teman-temannya.

Banyak siswi iri melihat kecantikan luar biasa yang dimiliki Humaira. Selain itu, ia juga selalu dikuntit pengawal tampan yang menjadi idola baru seantero SMP Al-Kautsar, Liand.

Tidak berhenti sampai di situ. Ketika pak Ahmad menguji seberapa jauh hafalan Qur'an para murid, tiba giliran Humaira, mampu dengan lancar melantunkan ayat-ayat Qur'an dari semua surat yang diujikan, membuat seluruh kelas berdecak kagum. Terutama Liand, hatinya semakin mantap mengagumi bidadari yang tinggal di sebelah rumahnya itu.

Tapi dari semua kesempurnaan itu, mereka -termasuk Liand- tidak tahu bahwa hati sang bidadari sudah tertambat kuat pada papa angkatnya sendiri. Jika ada yang berani jatuh cinta, dia harus berjuang mati-matian mengalahkan Fahri untuk mendapatkan hati Sang Bidadari.

Sanggupkah Liand mengalahkan partner bisnis papanya sekaligus rivalnya itu?

*****

Siang ini sebelum salat zuhur, pak Ahmad selaku wali kelas sekaligus guru agama sedang mengajar kelas 7-A mengenai sirah nabawiyyah. Ia bertanya satu per satu pada para murid mengenai pengetahuan mereka seputar sejarah hidup Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam.

Dan kini tiba giliran si gadis berdarah Uzbekistan yang ditanya, "Humaira, dari ke-13 istri Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam. mana yang paling kamu idolakan?" tanya pak Ahmad sembari menepuk bahu salah seorang siswa yang merebahkan kepala di atas meja agar kembali duduk tegak.

Tanpa berpikir panjang Humaira menjawab, "Aisyah binti Abu Bakr As-Shiddiq radhiyallahu 'anha."

"Mengapa?" tanya pak Ahmad mengernyitkan dahi. Biasanya para siswi akan menjawab Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu 'anha, karena merupakan satu-satunya istri Rasulullah yang tidak dipoligami dan sangat dicintai hingga akhir hayat.

"Nama saya adalah nama julukan beliau yang diberikan oleh Rasulullah, dan meskipun istri ketiga, beliau sangat dicintai Rasulullah karena kecerdasan dan kesucian beliau," jawab Humaira tegas dengan bibir dan pipi bersemu merah, semerah strawberry.

"MasyaaAllah," balas pak Ahmad kagum, selain karena jawaban yang tidak biasa, juga pada paras cantik Humaira. Seandainya ia bukan guru dan Humaira bukan putri dari seorang CEO kaya raya, sudah pasti ia akan mengkhitbah gadis cantik nan salihah ini, tentunya nanti ketika Humaira telah beranjak dewasa. Tapi pak Ahmad segera mengurungkan pengandaian yang tidak akan pernah terjadi itu.

Lagu Asmaul Husna mulai bergema di seluruh area sekolah menandakan bahwa para murid harus segera bersiap mengambil wudu untuk melaksanakan salat zuhur berjamaah.

Pak Ahmad menutup kelas, "Oke, kita tutup pelajaran Pendidikan Agama Islam kali ini. Usai salat zuhur kita lanjutkan dengan praktek Biologi. Berhubung pak Hatta sudah sepuh, tolong jangan ada yang bolos ke kantin, ya. Atau nanti akan saya temani bolos ke BK. Mengerti?"

Tawa seluruh murid bergemuruh disambung jawaban serempak dari mereka,"Mengerti, Pak!"

"Sekarang keluar kelas dengan rapi, ambil wudu dan langsung menuju ke masjid. Wassalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh." pamit pak Ahmad.

"Wa'alaikumsalam wa rahmatullahi wa barakatuh." jawab para murid serempak.

Humaira segera bangkit lalu berjalan keluar kelas. Tapi seharusnya berbelok ke kanan, dia malah belok ke kiri, menyebabkan Liand yang masih sibuk merapikan buku di atas meja segera bangkit dan mengikuti gadis cantik itu,"Mai! Mau kemana?" tanyanya sembari berlari menyusul langkah tergesa-gesa Humaira.

Humaira, A Girl With The Blue EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang