CHAPTER 2: Next(3)

535 45 0
                                    

”Dasar bajingan!!!!” Geramnya lalu melayangkan satu pukulan menggunakan kaki.

Sena melihat punggung penjaganya, nafas menggebu-gebu terlihat dari punggung kekarnya yang naik turun. Sena mengeratkan jaket dan menggigit bibir bawahnya untuk menahan suara tangis dan memilih untuk memejamkan mata tidak melihat kejadian dihadapannya.

“Kau baik-baik saja?”

Gadis itu memberanikan diri membuka mata dan melihat seorang pria berjongkok didepannya sambil tersenyum. 

“Mi.. Minhyuk-ssi…”

“Kau baik-baik saja?” Tanyanya lagi.

Bukannya menanggapi, gadis itu terfokus pada cairan berwarna merah yang mengalir dipipi pria itu. Perlahan dia mengangkat tangannya dan menyingkap poni pria itu tanpa sebuah ijin.

“Darah…”

Pria itu menurunkan telapak tangan Sena lalu tersenyum simpul untuk menghilangkan kecemasan yang muncul diwajah cantik penuh senyum itu.

Gwaenchana. Ini bukan masalah besar”

“Mari kubantu kau berdiri…” Minhyuk berdiri lalu mengulurkan tangannya.

Pria itu hendak pergi namun Sena lebih dulu menahannya dengan menarik salah satu lengan kekarnya. Bukan rasa takut lagi melainkan kekhawatiran, bagaimanapun juga Minhyuk adalah orang yang menjadi jalan Allah untuk menolongnya.

(***)

Siapa tidak menyukai hari libur? Mustahil rasanya jika orang tidak menyukai hari libur. Bahkan gadis berkerudung itu sangat menyukai namanya hari libur.

Sekarang dia sedang duduk bersantai disalah satu kursi taman yang berada disungai Han. Ia mendengarkan indahnya alunan ayat Allah yang keluar dari headsetnya. Bahkan mulutnya turut bergumam mengikuti suara Qur’an itu.

Tak lama setelahnya, seorang pria datang dan duduk disebelahnya. Dia meraih tangan gadis itu dan mencium punggung tangannya yang sedikit kasar karena efek terlalu banyak bekerja.

Sena melepas headsetnya lalu tersenyum kearah pria itu. Dia menjatuhkan kepalanya dibahu lelaki itu dan menatap kedepan.

“Seho-ya… Kau sudah tumbuh besar” Ucapnya sambil membenarkan posisi.

“Tentu saja, karena nuna merawatku dengan sangat baik” rupanya pria itu sama sekali tidak keberatan bahunya menjadi bantal.

Dipagi yang sama, ketujuh member BTOB berlari kecil dipinggiran sungai Han, sesekali mereka bersenda gurau untuk mencairkan suasana. Pemimpin lari mereka adalah Ilhoon dan Peniel yang memang bersemangat sejak awal diikuti oleh lainnya.

Setelah 15 menit berlari mereka memutuskan untuk beristirahat dibawah pohon cherry yang membeku. Haus mulai melanda, mereka sepakat menyudutkan sang leader agar mau disuruh membeli air minum. Eunkwang menyerah kalah adu mulut dengan keenam membernya.

Eunkwang berjalan menuju minimarket terdekat dan kembali bersama sekeresek air mineral juga minuman bersoda. Gerak kakinya berhenti saat menyadari tali sepatunya lepas. Pria itu meletakkan kereseknya dan berjongkok membenarkan tali sepatu. Setelah itu ia kembali berdiri tegak dan menenteng belanjaannya.

Matanya seolah terkejut mendapati seorang gadis berkerudung yang familiar baginya tengah memeluk seorang pria. Air mata menetes dari kelopaknya dan lagi! Itu membuat dadanya bergetar menyaksikan air mata itu.

Cukup lama ia berdiri disana tanpa sepengetahuan gadis itu. Dia mendengar dengan sangat jelas bagaimana luka gadis itu tercetak. Suara tangisnya pecah dipelukan pria yang berstatus adik itu.

Ini bukan lukanya, lantas kenapa rasanya sangat menyakitkan? Air mata itu seperti mencurahkan semuanya. Menerima kenyataan seperti itu pasti sangat berat. Dia gadis tangguh yang mampu menyangga banyak beban tanpa keluhan berarti.

(***)

Sena sudah kembali kerumahnya, ia mengingat janji pada sunbae-nya satu bulan lalu. Dilihatnya uang gaji yang tersisa 50.000 won karena semua sudah diberikan pada sang adik untuk membayar sekolah.

Ia menjatuhkan diri dikasur lalu memejamkan mata, terlintas dibenaknya sebuah kenangan masa kecil dimana ada orang tua yang merangkul bebannya. Tapi mereka pergi terlalu cepat, sehingga ia harus mandiri dan menjadi tulang punggung.

Pikirannya mengingat saat sang ayah mengajaknya menaiki sebuah pesiar bersama ibu dan adik yang masih dalam gendongan. Senyum tersirat diwajah cantiknya, betapa indah waktu itu saat memiliki segalanya tanpa harus berfikir esok harus makan apa, bertolak belakang dengan saat ini rumah saja harus menyewa, bahunya memanggul sang adik yang masih sekolah SMA.

Mengingat semua itu tidak akan bernah berakhir, rasa rindu akan kedua orang tua sangatlah dalam. Sena menghela nafas dan mengusap sisa air mata lalu pergi kekamar mandi untuk mengambil wudu’ dan bersiap shalat isya’.

Dilain tempat, Eunkwang sedang memilih-milih benda yang bisa dipakai untuk melindungi diri dari serangan orang jahat. Ia tidak tahu pasti tujuan membeli semua benda itu. Yang jelas dia tidak memakainya sendiri.

Usai membayar benda-benda itu, Eunkwang membawa mobilnya kesebuah rumah yang berdiri diatas minimarket. Kakinya melangkah menaiki setiap anak tangga, namun dipertengahan ia berpapasan dengan si penghuni rumah.

Pria itu menghentikan langkahnya dan membungkuk dengan sopan. Dilihatnya gadis yang tampak terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba. Pria itu kemudian tersenyum dan memberikan sebuah paper bag.

Masih dengan tanda tanya gadis itu menatapnya dan meraih paper bag itu. Dilihatnya berbagai benda dimulai dari stun gun hingga botol spray berisi merica bubuk.

“Kau selalu pulang sendiri saat bekerja di shift sore, gunakan itu untuk melindungi dirimu dari kemungkinan orang jahat”

“Tapi...”

“Anggap saja sebagai balasan dariku karena kau mema’afkan Yoo Jin” pria itu kembali membungkuk untuk berpamitan kemudian berbalik haluan menuruni anak tangga meninggalkan gadis itu.

Gadis itu terus memerhatikan mobil silver yang melaju perlahan. Tak lama setelahnya, mobil silver itu terhenti didekat persimpangan. Nampaklah Eunkwang didalam kursi kemudi tengah memegang erat dadanya.

Dirasakan detak jantung yang tak karuan dengan nafas sesak. Perasaan apa ini? Rasa yang sudah lama tidak hadir semenjak kematian Yoo Jin. Dulu perasaan ini mudah dijelaskan karena hatinya sudah singgah namun saat ini sangat sulit dijelaskan karena rasa cinta dan kasih sayang itu masih untuk Yoo Jin. Lalu apa maknanya? Apakah perasaan itu baru saja tumbuh kembali?

To Be Continue...

THE TIME: When I Love You ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang