Sebuah mobil dengan warna hitam, terpampang parkir di sebuah rumah besar dengan pagar putih, mereka adalah keluarga Mulyono yang memiliki rumah tersebut untuk di kontrakan, Haris Mulyono yang usianya sudah diatas lima puluh tahun, menatap rumah tersebut dengan pandangan berbinar seperti ada kenangan sendiri di dalam hatinya, dan sang istri Vera Paramita menepuk bahunya, barulah kemudian Haris menegadah kembali menatap kaca spion di depannya, istrinya walau usianya sudah berumur lima puluh empat tahun tetap terlihat segar seperti anak muda, penampilannya bagaikan umur dua puluh tahun, mereka memiliki dua anak perempuan dan laki - laki Hani dan Ridho adiknya. Hani yang paling besar telah bekerja sebagai freelancer desain fashion dan memiliki butik sendiri di dekat rumah mereka daerah Bandung di jalan Dago, sedangkan Ridho dia masih kuliah tingkat akhir di Unpar Bandung.
"Mas Haris, setiap kali kesini jadi teringat ibu dan bapak yang sudah tiada, sebelum kita semua pindah ke Bandung...". Vera berguman pelan. Rumah itu memang dulunya sempat ditempati oleh Murni dan Jaya orang tua Haris, kala itu usia mereka masih muda namun karena tua Murni dan Jaya meninggal dunia, sejak kepergian orang tuanya Haris dan keluarganya pindah ke Bandung.
"Aku masih ingat saat itu umurku, masih tujuh belas tahun dan duduk di bangku SMA, aku pernah melihat sesuatu dirumah itu...", Hani bercerita panjang lebar.
"Shhhhh.., kak Hani jika kita menyebut namanya sama saja artinya memanggil, kalau orang sini mendengar bisa menjadi cerita heboh seantero komplek...". Ridho menyela kakaknya dengan cepat, dia adalah orang yang paling takut mendengar cerita mistis, entah apa yang di rasakan Ridho tetapi kalau dirumahpun, jika Hani sedang menonton film horor laki - laki dengan tubuh tinggi jangkung tersebut serta berperawakan kulit putih dan belahan rambutnya disisir ke samping langsung dengan langkah cepat masuk ke dalam kamarnya, entah apa yang di pikirkannya bukankah jika memang takut justru malah dihampiri, sedangkan Hani menganggap makhluk halus sama halnya seperti manusia. Gadis dengan tubuh ramping berambut pendek seleher itu justru malah pernah berkomunikasi dengan sosok anak kecil yang mengaku meninggal di bunuh orang tuanya sendiri dengan pisau dapur.
Bahkan Hani sangat suka menonton film horor, jika sudah film horor atau tayangan mistis di Tv, dia bisa tidak bergerak disana, pandangan matanya juga bisa tidak berkedip, Hani pernah bercerita kepada Ridho jika di butiknya ada beberapa karyawan melihat penampakkan bayangan hitam namun Hani dengan santainya menanggapi hal itu, seperti bukan hal yang menyeramkan baginya.
"Ah sudahlah, jika terlalu dilebih - lebihkan, membuat mereka justru mendekat kearah kita...", itulah kata - kata Hani kepada karyawan disana.
"Yah Kak Hani benar, tapi Kak Hani sendiri juga seperti terlalu terobsesi dengan dunia mereka lama - kelamaan....", Ridho bersedekap sambil menyandarkan kepala di sandaran mobil
"Apa maksudmu Ridho, jangan bertingkah seperti anak dua belas tahun gaya bicaramu yang suka memancing emosi, aku juga juga sudah bekerja pikiranku sudah lebih dewasa...", Hani bersungut mendengar kata - kata Ridho.
Dia hanya diam saja, mendengar kata - kata kakaknya, kadang kala kedua kakak beradik tersebut sering bertengkar dengan hal sepele, Hani memang memiliki nada suara ceriwis saat berbicara dan kadang terkesan berisik, dibanding Ridho yang lebih pendiam tidak banyak berkata - kata.
"Kalian, masuk lebih dulu sana, mama dan papa akan beri tugas masing - masing untuk kalian Hani kamu bersihkan kamar atas dan Ridho kamar mandi bawah....", Vera memerintah kedua anaknya dan merekapun turun dari mobil.
Hani berjalan lebih dulu masuk ke dalam rumah, suasana di dalam memang teras sunyi dan debu ada dimana - mana, hening dan berkesan rumah itu hawanya tidak nyaman. Gadis itu melangkah kearah kamar pembantu untuk mengambil sapu.
Kemudian langkah kakinya berjingkak, ke arah anak tangga dia membuka pintu kamar yang suaranya terdengar seperti sudah agak rusak kayunya, dan seperti rumah hantu tersebut.
Di kamar tersebut, adalah kamar yang paling besar di rumah itu, di tengah terdapat tempat tidur dengan pinggirnya berupa kayu berwarna cokelat serta ada cermin di depannya, lalu di samping tempat tidur terdapat balkon.
Hani yang sibuk menyapu, tiba - tiba saja di hentikkan oleh seperti suara langkah kaki orang namun sayup terdengar, dia memasang telinganya baik - baik, suara itu terdengar halus namun sangat jelas di telinga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dihantui ( Masih Berupa Outline )
HorrorSinopsis : rumah itu penuh kisah mistis, rumah besar di sebuah komplek Perumahan, Ibu Raya Lestari salah satunya seorang wanita yang sering kali Juga menceritakan tentang rumah dengan pagar warna putih dan lampu di Dalamnya terlihat suram. Rumah ya...