Prolog

27 3 1
                                    

Katakan saja kalau gila. Iya, gila karena mencintaimu.
-Arrana Calista-

Orang-orang rela melakukan apa saja untuk sesuatu yang mereka sebut cinta. Tidak peduli dengan gunjingan yang membuat telinga serasa dibakar.

Tak peduli dikatakan gila yang penting bisa bersama seseorang yang membuatnya jatuh cinta. Ayolah, cinta itu memang terkadang sangat membutakan.

Seperti Arrana yang sudah dibuat buta oleh cintanya. Tanpa takut sedikitpun dia menaiki tangga kayu, memanjat tembok lalu melompatinya hanya untuk bisa melihat wajah seseorang yang sudah membuatnya gila.

Dia merasa kalau dirinya berhasil menerobos masuk bagian luar dari rumah dengan tiga lantai itu, nyata dia salah.

Dia merasa kalau dirinya berhasil menerobos masuk bagian luar dari rumah dengan tiga lantai itu, nyata dia salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arrana ketahuan saat lampu sorot mengarah padanya. Dia berusaha menutupi matanya dengan tangan untuk menghalau cahaya yang menyilaukan itu.

"Jangan bergerak!" suara itu membuat Arrana menurunkan tangannya, dia melihat sekelilingnya. Sekelompok pria berjas hitam mengelilinginya.

Mereka menodongkan senjata api padanya. Sebuah alat komunikasi terselip ditelinga mereka.

Meski kondisinya dalam keadaan terjepit nyatanya Arrana tetap terpesona, kagum atau apalah. Dia merasa seperti berada disebuah adegan film action yang ditontonnya beberapa waktu lalu.

Waw!

"Mati gue," lirihnya. Tahu tak bisa lari lagi Arrana memilih mengangkat tangannya.

Dua pria diantara mereka maju mencekal lengannya menghentikan aksinya. Arrana benar-benar sudah merasa mati sekarang.

Bodoh!

"Jangan tarik-tarik, gue bisa jalan sendiri. Gue gak lumpuh!" Arrana meneriaki dua pria yang tak mau melepaskannya.

Dia diseret masuk ke dalam sebuah rumah mewah itu. Lalu dihempaskan sampai terhuyung ke lantai.

"Dia orangnya, tuan." ucap salah pria yang menyeretnya.

Arrana mendongak menatap pada pria yang berdiri gagah di hadapannya.

"Noah Lucas Wildblood." lirih Arrana. Sungguh dia terpesona dengan sosok laki-laki itu.

Terlalu terpesona dengan bola mata berbeda warna itu. Mata kanan laki-laki itu berwarna biru, jernih seperti lautan tenang tapi, mampu menenggelamkan siapapun yang berlama-lama memandanginyai.

Dan mata kirinya berwarna kecokelatan, hangat dan lembut. Membuat mereka terbuai saat menatapnya.

Seperti Arrana yang kini melupakan posisinya yang bahaya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang