GABIN | 1

78 5 2
                                    

( Kesan Pertama )

Sudah dua bulan sejak Nala pindah ke SMA Cempaka. Tak ada yang berubah sejak pertama ia masuk hingga sekarang. Ia masih saja pendiam dan tertutup oleh orang-orang di sekitarnya.

Kejadian beberapa bulan yang lalu, memberikan dampak yang begitu besar terhadap Gabriella Binala. Perempuan yang dulunya ceria berubah jadi pemurung.

Nala menatap bosan pada novel di tangannya, ia sudah membaca beberapa kali. Mengulangi rutinitas itu setiap hari, baginya itu lebih baik daripada harus berbasa-basi dengan teman sekelas.

Hari ini, hampir seluruh kelas tidak ada guru yang mengajar, di karenakan para guru sedang mengadakan rapat persiapan ujian sekolah.

"WOY!!WOY!! DI KANTIN ADA YANG BERANTEM NOH!" teriak Topan sang wakil ketua kelas, sambil menggedor-gedor papan tulis.

Sontak seisi kelas XII IPA 4 berseru heboh.

"Siapa yang berantem, Pan?!" tanya Lili yang duduknya paling depan.

"Alzi, ya?" sahut Cia— Patricia—cewek yang paling centil di kelas.

Si Topan manggut-manggut dengan semangat. Sontak saja seisi kelas berhamburan menuju kantin. Sekarang para penghuni kelas bisa di hitung dengan jari. Hanya tersisa 4 orang.

Yang pertama tentunya Nala, dan kedua si Siti yang Notabene siswa nerd, si kutu kubu. Ketiga si Joko yang juga seorang nerd. Dan yang ke empat Aldi si gamers, ia juga termasuk siswa yang kurang peduli terhadap lingkungan sekitar menurut pengamatan Nala selama di sekolah.

Karena merasa bosan Nala beranjak dari kursi menuju toilet. Nala menatap dirinya di depan cermin, keadaannya sekarang sangat buruk, kantung mata yang menghitam, serta wajah yang kusam.

Nala mengambil concealer di saku roknya. Mengaplikasikan corrector itu di bawah mata, menyamarkan mata pandanya. Setelah itu ia keluar dari toilet wanita, dan tiba-tiba saja ia menabrak seseorang. Membuat orang itu terantuk tembok.

"Aww... Tanggung jawab lo udah bikin jidat gue berdarah!" seru orang itu dengan kesal. Nala yang sejak tadi menunduk mendongak sekilas, seorang cowok ternyata.

"Sorry, nggak sengaja." Nala kembali menunduk dan hendak pergi berlalu, namun lengannya lebih dulu di cekal.

"Gue nggak mau tau, lo harus tanggung jawab! Enak aja lo, udah nabrak tapi nggak tanggung jawab." cecar pemuda di depan nya.

Nala mengernyit bingung. "Gue nggak bisa."

"Lo nggak punya alasan buat kabur. Gue tau hampir semua kelas hari ini nggak ada yang ngajar."

Jujur saja Nala merasa kesal. Ia melirik badge name cowok itu. 'Alzidan Dirgantara'. Nala sering mendengar gosipan para cewek di kelas nya yang sering membicarakan Alzidan. Secara dia adalah most wanted di SMA cempaka.

"Obatin luka gue!" perintah Alzi.

Nala yang sejak tadi menunduk, memberanikan diri menatap Alzi, sudut bibir nya berdarah dan ada sedikit lebam di bagian tulang pipi, dan juga sedikit benjolan di dahi.

Alzi si pembuat onar, nama nya tidak pernah absen dari pengeras suara, ia selalu mendapat hukuman, sering membuat keributan, karena terlalu sering terlibat baku hantam.

"Eh, lo denger nggak!" bentak Alzi membuat Nala terlonjak kaget, lalu kembali menunduk.

"Lo ngomong sama gue, bukan sama lantai!"

GABINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang