Marisa

49 2 2
                                    


"Aku benci wajah ini," ucapku di depan cermin.

Aku mengalami kecelakaan mobil saat sedang berkendara menuju kampus, aku beruntung nyawaku terselamatkan tapi tidak dengan wajahku. Aku memiliki wajah yang mulus, sehingga orang-orang di kampus dan teman-temanku menganggapku sebagai bunga kampus. Aku yang kuliah di fakultas komunikasi di salah satu universitas terkenal di kota ini dengan mudah mendapatkan pekerjaan sebagai cover girl di majalah-majalah.

Tapi sekarang, hancur sudah semuanya. Aku malu berada di depan semua orang dengan wajah dengan bekas luka menggaris dari atas jidat ke bawah dagu. Ayah sudah bertanya-tanya tentang operasi plastik di beberapa rumah sakit, tapi setelah mendengar biaya yang diperlukan untuk menjalankan operasi plastik sangatlah mahal. Mendengar itu Aku langsung membuang semua angan-anganku memiliki wajahku seperti semula.

"Marisa keluarlah dari kamar," ucap Ibu sambil mengetuk-ketuk pintu, "Marisa."

Ibu adalah orang yang paling terpukul mendengar Aku kecelakaan mobil. Beliau jugalah yang selalu menemaniku di masa-masa sulit.

"Marisa... keluarlah sebentar," ucap Ibu dari balik pintu.

Dengan malas-malas Aku membuka pintu, "Iya Bu, ada apa?"

"Loh kamu belum ganti pakaianmu," Ibu menyelonong masuk ke dalam kamar.

"Memangnya ada apa sih Bu, sampai menyuruh Aku ganti pakaian," Aku berjalan ke arah tempat tidur.

"Loh Ibu belum bilang ya, kita kedatangan tamu."

"Enggak, siapa?"

"Nanti kamu lihat saja sendiri," Ibu mengeluarkan gaun terusan berwarna biru langit, "nah kamu pakai ini saja," Ibu menjulurkan gaun ke arahku.

Aku menatap ke arah wajah Ibu dan gaun di tangannya secara bergantian, "Ibu enggak melakukan itu lagi kan?" tanyaku curiga.

"Lakukan apa Marisa."

Aku menatap curiga.

"Ayolah Marisa, sekali ini saja ya," bujuk Ibu.

"Aku enggak mau Bu, bagaimana kalau sama seperti sebelumnya."

"Janji kali ini enggak, dia sudah tahu kondisi kamu dan sudah melihat fotomu juga. kamu mau ya di coba."

"Baiklah," ucapku dengan lemas. Aku meraih gaun pilihan Ibu.

"Nah gitu donk, Ibu tunggu di bawah ya," Ibu pergi meninggalkanku sendiri di dalam kamar.

Sudah beberapa kali Ayah dan Ibu dengan getolnya mengenalkan Aku dengan laki-laki pilihannya. Semua laki-laki yang bertemu denganku menatap wajahku dengan jijik sampai sehari setelah pertemuan mereka tidak bisa di hubungi, ada juga laki-laki saat pertemuan mereka mendadak pamit pulang. Itu membuatku sangat sedih, apa memang semua laki-laki hanya memandang wanita dari paras wajahnya yang cantik. Pacarku dulu juga meminta putus setelah melihat wajahku ini.

Aku keluar dari kamar lalu menuju ruang tamu. Aku mendengar suara obrolan antara Bapak, Ibu, dan suara laki-laki yang berwibawa. Jangan bilang Ibu akan mengenalkan Aku dengan laki-laki tua, gendut, dan berkumis tebal. Tubuhku langsung merinding membayangkan sosok laki-laki itu. Apa Aku balik ke kamar lagi saja.

"Marisa, di situ rupanya," ucap Ibu.

Aku mengerang pelan tertangkap basah. Jalan terus ke dalam kamar atau membalikkan badan untuk menemui siapa laki-laki itu.

"Marisa, kemari Nak," panggil Ayah.

"Ayo," ucap Ibu di sampingku.

"Astaga, Ibu kagetin saja," ucapku.

Handsome and the BeastWhere stories live. Discover now