6.Anjani oh Anjani

24.2K 759 3
                                    


Happy reading

***

Sudah dua minggu berlalu saat Dion mengantar pulang Anjani. Semenjak hari itu Dion kerap kali memikirkan Anjani, terlebih lagi Yudi teman satu-satunya yang dekat dengannya selalu merecoki hari-harinya yang mengelu-elukan nama Anjani.
Anjani inilah, Anjani itulah, beginilah, begitulah.
Diam-diam Dion mulai memperhatikan Anjani.

Sesekali Dion berkeliling ke bagian produksi, mengontrol operator apakah sistemnya sudah berjalan dengan lancar atau belum.
Saat Dion berjalan melewati ruangan staf produksi, tak sengaja matanya berpapasan dengan mata Anjani.
Anjani yang menyadari kehadiran Dion tersenyum dan menganggukkan sedikit kepalanya hormat.

"Aciee cieee." Tiba-tiba dari arah belakang Yudi datang memergoki Dion.

Dion memutar bola matanya malas, dan melanjutkan perjalanannya menuju keruangannya.

"Bau-baunya ada bau kecintaan nih," imbuh Yudi yang senang sekali menggoda Dion.

"Apasih!! kamu ini di sini digaji buat kerja. Bukan buat memantau hidupku, dan merecoki semua urusanku," ketus Dion sambil duduk di kursinya.

"Iya, iya ... galak bener. Heran deh model kayak gini bisa laku." Yudi menggerutu, menatap Dion dengan pandangan sinisnya.

Dion tak menanggapi gerutuan temannya itu. Dan malah memilih fokus dengan pekerjaannya.
Yudi kemudian pergi meninggalkan Dion.

***

Sore harinya Dion bergegas meninggalkan kantor.
Sampai di rumah Dion disambut dengan tawa riang putra kembarnya.

"Papi ...." Rion dan Kana berlari menyongsong sang ayah. Mereka berebut memeluk Dion.

"Rion ... Kana ... Papi capek, baru pulang kerja. Biar papi istirahat dulu." Tiba-tiba muncul seorang wanita cantik menghampiri mereka.

"Siska?"

Siska tersenyum kepada suaminya, "Neni, Mila!" seru Siska.

Neni dan Mila berlari kecil menghampuri majikannya. "Iya, Bu," sahut Mila.

"Bawa anak-anak ke kamarnya," sahut Siska dengan nada angkuh.

Neni dan Mila segera membawa sikembar ke kamarnya.

Siska mendekat ke arah Dion, kemudian memeluknya. Dirasa tak ada respon dari suaminya, Siska pun melepas pelukannya dan menatap lekat suaminya.
"Apa kau tak merindukanku?"

"Aku lelah dan ingin segera istirahat." Sahut Dion berlalu dari hadapan Siska.

Sesampainya di kamar Dion segera membersihkan tubuhnya.
Siska duduk di tepi ranjang menghadap ke arah kamar mandi.
Tak lama setelahnya Dion keluar dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya.
Tangan kekarnya memegang handuk yang digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang basah.
Siska terpana akan pemandangan di depan matanya.
Sudah lama ia tak melihat hal seperti ini. Siska mendekat, menghirup aroma sabun di tubuh Dion.

"Sangat menggoda ...." Ucap Siska dengan menyunggingkan sebuah senyum yang menggoda.

Jemari Siska menyusuri wajah Dion, fokusnya terhenti pada bibir Dion.
Mengecup, kemudian melumat. Dion terbuai dengan apa yang sudah dilakukan Siska. Dion hanya bisa diam di tempat, memejamkan matanya sambil menikmati cumbuan istrinya. Dion mulai membalas ciuman Siska, kedua tangannya ia gunakan untuk menelusuri tubuh indah Siska.
Saat matanya terbuka, wajah Anjani lah yang kini tepat berada di depannya. Dion terkejut, seketika itu juga Dion mendorong tubuh Siska.

"Apa yang kamu lakukan!" seru Siska geram atas kelakuan Dion.

"Maaf ... maafkan aku, tadi aku-" Dion bingung memberikan alasan pada istrinya. Mana mungkin Dion mengatakan yang sebenarnya.

"Ahh ... sudahlah!" Siska mengibaskan tangannya di depan Dion. Kemudian pergi meninggalkan Dion seorang diri.

Dion duduk termenung di tepi ranjang,
"Anjani ... Anjani ... kenapa kamu muncul tiba-tiba."
Dion menghela nafas frustasi, "Aarrghhh ...."

Dion keluar dari kamarnya saat jam makan malam. Terlihat Siska duduk di meja makan, ada dua asisten rumah tangga sedang menghidangkan sajian makan malam di meja. Raka dan Kana juga sudah duduk di kursi yang dibuat khusus untuk mereka.
Mereka makan dengan tenang, Rion dan Kana disuapi oleh Neni dan Mila.
Siska tidak pernah merawat anak kembarnya dengan kedua tangannya sendiri. Dia selalu mengandalkan kedua pengasuh anaknya.
Sejak awal Siska tidak terlalu menyukai anak kecil. Baginya anak kecil hanya merepotkan dan mengganggu.

***

Semarang, 26 September 2018

Salam

-Silvia-

Repost 20-01-2021

Menjadi Wanita Kedua (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang