Part 24

1.6K 98 187
                                    

Jihoon menatap tajam seluruh nomor ruangan hotel yang menjadi tujuan utamanya, dari petunjuk yang ia dapatkan ia harus menemukan kamar bernomor 102. Dari informasi yang ia dapatkan dari salah satu petugas hotel, kamar itu sudah lama tidak di tinggali pengunjung, dengan kata lain kamar itu sudah beberapa bulan ini ditutup. Entah apa yang sudah terjadi. Jihoon sengaja memesan kamar itu untuk mempermudah ia mencari bukti atas meninggalnya Yeongjae. Awalnya salah satu resepsionis melarang nya untuk menempati kamar itu, namun Jihoon tetap memaksa untuk memesannya. Bagaimana tidak, ia harus segera menemukan titik terang atas masalah yang menimpa ayahnya. Karena ia sangat yakin kalau ayahnya tidak bersalah dalam kasus ini.

Saat ini ia sudah berada di depan kamar bernomor 102. Sebenarnya ia merasa ragu untuk masuk kekamar itu, tapi ia kembali di yakin kan oleh tekadnya yang sudah bulat kalau ia harus segera mengakhiri ini semua dan meyakinkan Woojin bahwa ayahnya tidak bersalah dan Woojin segera mencabut tuntutan atas ayahnya.

Perlahan Jihoon menggesekkan sebuah benda plastik kecil yang menjadi kunci untuk membuka kamar itu.

Kriiieett

Perlahan pintu kamar terbuka, visual pertama yang ia tangkap adalah gelap. Yah kamar itu begitu gelap dan sunyi. Kaki pendeknya mulai terangkat untuk melangkah masuk. Rasa takut mulai mendera kala hidungnya mencium aroma amis dari darah.

" Selamat datang nona cantik "

" Apa maksud mu " ucap Woojin lirih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Apa maksud mu " ucap Woojin lirih

Gadis itu tersenyum menggoda kearah Woojin " lihat lah ini sayang "

Mata Woojin seketika terbuka lebar saat sebuah benda kotak kecil itu menampilkan sebuah video. " kamu tidak mau ia celaka kan ? "

Entah sejak kapan air bening itu turun melewati ceruk pipinya. Haruskah ia melakukan itu dengan wanita yang tidak sama sekali ia cintai. Inilah titik kelemahan seorang Park Woojin, ia sudah menganggap dirinya menjadi lelaki yang payah. Ia sudah tak bisa lagi di anggap sebagai lelaki karena melawan seorang wanita pun ia tak sanggup. Apalagi masalah ini sudah menyangkut belahan jiwanya. Sudah tak ada pilihan lagi, ia harus mengikuti kemauan wanita licik itu.

Matanya tertutup sejenak seiring ucapan persetujuan itu terutarakan dari mulut nya " lakukan lah, asal jangan kau sakiti Jihoon "

Wanita itu kembali tersenyum, lebih tepatnya tersenyum menang " good boy "

Prok . . . Prok . . . Prok

Datanglah dua orang lelaki bertubuh besar menghampiri mereka berdua " lepaskan ikatan nya "

Woojin mendongak, ia bingung kenapa tiba-tiba gadis ini menyuruh lelaki bertubuh besar itu untuk melepaskan ikatannya. Mau apa lagi wanita jahat ini.

" Bawa dia ketempat yang sudah ku sediakan " dua orang lelaki itu mengangguk paham dan segera melepaskan ikatan di tangan dan kaki Woojin.

" Bawa dia ketempat yang sudah ku sediakan " dua orang lelaki itu mengangguk paham dan segera melepaskan ikatan di tangan dan kaki Woojin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
I'll wait till you come back to love me--- [2park] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang