Dua Keluarga

Chapter 1

Sebelumnya. Perkenalkan namaku Evan. Saya anak nomer satu dari enam bersaudara. Saya lahir pada bulan Agustus 25 tahun silam. Saya mempunya Dua adik laki-laki dan tiga adik perempuan. Adik perempuan saya yang pertama bernama Fatimah. Adik perempuan saya yang ke dua namanya lia. Adik perempuan saya yang ketiga bernama fitri. Dan kedua adik laki-laki saya bernama Ubay dan Abid yang paling bungsu.

Sebelumnya, saya menulis kisah ini hanya bertujuan menghibur. Tanpa ada unsur sara dan lain sebagainya. Semoga dengan tulisan ini, pembaca mampu memahami dan merasakan bagaimana hidup diantara dua keluarga yang sama-sama mencintai nya. Punya dua keluarga itu enak banget dan juga gak enak banget. 

Saya lahir tahun 1993 tepatnya di bulan Agustus. Disebuah desa yang terbilang masih kental dengan tradisinya. Berkat buah hati bapak dan ibu saya akhirnya saya dilahirkan ke dunia ini. Oh ya, bapak saya bernama yanto. Beliau lelaki yang cukup baik, mempunyai wajah yang tampan dengan ciri khas kumis yang tebal dan jamban yang mempesona. Dan ibu saya bernama fatim. Beliau adalah wanita yang sangat baik dan juga penyayang terhadap keluarga. Wajahnya cantik banget, rambutnya sebahu dengan ciri khas sedikit kriting. 

Saya mempunyai  kakek dan nenek  petani dari mama. Kakek dan nenek saya adalah salah satu petani dengan banyak lahan dijaman itu. Sesuai tradisi yang ada didesa kakek saya. Setiap kali ada anak perempuan yang dilamar, maka melamarnya minimal harus dengan membawa seekor sapi. Kisah sedih ini berawal dari hal itu. Bapak saya melamar mama saya hanya dengan membawakan satu buah lemari pintu dua.  Dan akhirnya bapak saya menjadi orang yang paling dibenci oleh kakek dan nenek saya karena melamar anaknya hanya membawa satu buah lemari pintu dua.

Tiba suatu hari dimana kakek saya mau mengadakan panen padi. Karena mama saya tidak tega jika suaminya akan diajak oleh bapaknya untuk panas-panasan di sawah, maka mama saya menyuruh bapak saya untuk merantau bekerja ke Jakarta. Bapak saya adalah Tukang kayu yang lumayan pandai membuat berbagai macam furniture. Maka dari hal itu mama menyuruhnya untuk meeantau bekerja ke jakarta daripada harus panas-panasan di sawah.

Tepat empat bulan aku berada di dunia ini dan dua bulan bapakku merantau di jakarta. Entah kala itu hari apa saya lupa. Pukul 10.13 pagi tiba-tiba kakek dan nenekku mendatangi mamaku yang sedang menyusuiku. Dengam sedikit basa-basi mereka memberikan beberapa pertanyaan kepada mamaku. Mamaku menjawab dengan santai sambil tetap menyusuiku. Tanpa diduga mama, ebelum mereka pergi, mereka memberikan pernyataan dan mengungkit lagi tentang pernikahn mama dan bapak saya. Kali ini mama benar-benar sedih dan tidak dapat membendung air matanya lagi. Masih dalam keadaan menangis, tanpa menjawab dan membantah pernyataan mereka, akhirnya mereka meninggalkan mamaku yang masih dalam keadaan menangis.

Hari-hari berlalu. Seminggu setelah kejadian itu, mamaku mendapat tekanan batin yang begitu hebat. Mama dihantui dengan perkataan-perkataan kakek nenek saya yang selalu terngiang di dalam hati mama setiap harinya. Akhirnya mama tidak kuat. Mama memutuskan untuk meminta pertolongan kepada tuhan. Mama hanya meminta pertolongan kepada tuhan untuk segera mengakhiri penderitaan yang mama alami. Dan tuhan akhirnya mengabulkan permintaan tersebut. 

Pukul 15.12, lima hari setelah terjadi percakapan antara kakek nenek dan mama saya, ada seorang wanita berumur 23 tahun datang kerumah saya dengan membawa kripik singkong khas desa. Dengan warna yang sedikit gosong hitam pinggirnya beserta rasa asin yang lumayan nikmat jika dihidangkan dengan secangkir teh. Beliau adalah Sri, adik perempuan dari bapak kandung saya. Beliaulah malaikat tanpa sayap bagi kehidupan saya.

Tak terasa obrolan mama dan mak sri yang begitu lama akhirnya harus di akhiri karena hari sudah menginjak gelap. Sebelum mak sri pulang, mama sempat berbisik kepadanya dan aku tidak mendengarnya. Entah mama berpesan apa kepada mak sri aku tidak tau. Aku melihat ada sedikit keanehan dalam raut wajah mak sri sebelum meninggalkan rumahku. Terlihat ada sedikit kesedihan. Tapi entah apa yang aku lihat benar atau salah akupun hanya bisa menduga-duga.