- Berakhir dengan tanda tanya dan titik, setiap hari situasi itu terus terulang. Meskipun aku tidak tahu siapa aku- straykids mirror
Hyunjin mengendarai motornya dengan kecepatan penuh tanpa tujuan yang pasti. Jalanan yang ramai akan kendaraan serta umpatan dari beberapa orang atas apa yang Hyunjin lakukan tak membuatnya berniat untuk mengurangi kecepatannya.
Sampai ia tiba di sebuah gedung yang ramai oleh remaja berseragam, dengan santai Hyunjin membuka helm yang ia kenakan tanpa perduli akan beberapa perhatian yang mengarah padanya.“uwah daebak” segerombolan gadis menganga kala melihat betapa tampannya Hyunjin saat ia memperlihatkan rambut acak-acakannya.
Dengan seragam yang tak lagi rapi berbalut jaket baseball Hyunjin turun dari motornya dan berjalan santai melewati berbagai arti dari tatapan beberapa orang yang terpaku padanya, mulai dari tatapan kagum hingga meremehkan.
“wah, apa dia siswa baru” seorang siswi tak dapat mengalihkan matanya dari Hyunjin.
“kupikir begitu, bukankah dia terlalu tampan” temannya menimpali.
“eoh, dia terlalu tampan untuk takaran seorang manusia”
“majja, bagaimana mungkin ada manusia setampan itu”
“benar”
“aaakkhh aku bisa gila”
Kurang lebih tak jauh dari itu percakapan setiap gadis kala melihat ketampanan Hyunjin, berbeda dengan beberapa laki-laki yang menatap tajam Hyunjin seolah telah mendapat saingan baru, namun bukan Hyunjin jika dia menanggapi semua itu ia tetap acuh dan fokus pada jalannya hingga ia tepat berada di depan ruangan.
Hyunjin masuk tanpa salam yang sontak membuat seorang wanita paruh baya yang sedang fokus menatap layar monitor mengalihkan pandangannya pada Hyunjin.“eoh, ada apa haksaeng?” tanyanya sopan.
“aku akan mendaftar sekolah disini” jawab Hyunjin dengan nada datar.
“eoh, geure mari saya antar keruang kepala sekolah” wanita paruh baya itu mempersilahkan hyunjin untuk mengikutinya.
^~^
Dret dret dret
Getaran ponsel menyadarkan pemiliknya yang tengah berkutat dengan tumpukan-tumpukan buku di hadapannya.
“Ne, yeobseo appa”
“Aku sudah mendaftarkanmu di tempat les” tendengar suara laki-laki paruh baya disebrang sana.
“Kau seharusnya menanyakan apa aku sudah makan, bukan membahas tentang les” tanpa ia sadari ia meremas kertas yang ada di depannya.
“apa itu penting? Aku tidak mau tahu. Berangkat les jam 10 malam nanti!” suara pria paruh baya mulai meninggi.
“untuk apa aku belajar sekeras itu?” ucap si remaja dengan suara yang mulai melemah.
“ kau harus mengalahkan anak dari perusahaan Hwang, Aku malu jika kau selalu menjadi yang kedua” tepat saat kata-kata itu terlontar remaja itu menyunggingkan smirknya.
“Aku tak akan menjadi yang kedua” jawabnya santai.
“Apa maksudmu! Kau selalu berkata begitu tapi sampai sekarang tak ada buktinya!” ucap pria paruh baya masih tetap pada nada suara yang tinggi.
Remaja itu menyenderkan punggunya.
“Dia bahkan telah di keluarkan dari sekolah” ucap si remaja kemudian memutuskan panggilannya.^~^
KAMU SEDANG MEMBACA
Heal
Teen FictionSeperti sebuah legenda kuda bercula satu dengan sayap yang menghiasinya. Ia datang bagai penyembuh yang entah sejak kapan menjadi sebuah kekuatan bagiku untuk tersenyum.