Warna jingga sang mentari yang hampir tenggelam di ufuk barat seolah menjadi sorot lampu yang menyinari hamparan rerumputan hijau yang tengah menyaksikan dua sejoli yang kembali merengkuh cinta mereka setelah rintangan-rintangan yang menjadi tembok penghalang telah hancur luluh lantah oleh kekuatan cintanya. Kedua cakrawala mereka lekat memandang kearah depan dimana sang penguasa alam telah menarik salah satu pengawalnya untuk sekedar melepas lelah setelah seharian menerangi bumi, kini bergantilah jingga menjadi sorot putih dilangit yang gelap. Sang rembulan tersenyum. Yah, dia tersenyum saat sang raja dan ratu juga tersenyum. Cahaya bulan itu seakan menjadi lampu teater yang sedang menyorot ke lakon utama di atas panggung.
Ah sejuknya angin malam menderap kedua tubuh berpeluk di ujung sana. Memang cocok sekali memadu kasih di bawah taburan bintang. Tenang dan damai. Saking indah nya, mata itu sampai terpejam merasakan deru angin menempur wajah masing-masing.
Sepersekian detik mereka terdiam tanpa sepatah kata pun. Hanya suara detak jantung lah yang terdengar membuncah di dalam rongga dada.
Sesaat Jihoon merasakan jarinya dingin tapi tidak semuanya hanya di satu titik saja. Saat mendongak, hal pertama yang ia lihat adalah sebuah senyuman manis. Yah, benar senyum itu ternyata bukanlah mimpi, ini nyata, ini sungguhan.
Jihoon pov
Haaaah, aku mencoba menghela nafasku dalam, awalnya aku berpikir kalau ini cuma alam bawah sadarku, untuk itu aku hanya menghiraukan nya saja. Tapi setelah lama ku pandangi, senyum itu tak juga pergi. Sekali lagi aku hanya menghiraukan saja. Mungkin jika aku menutup mataku senyum itu akan hilang.
" Hei kenapa senyum ku tidak dibalas "
Aku mencoba membuka mataku dan menengadahkan kepalaku, orang itu masih ada, namun senyum itu telah hilang dan berganti dengan wajah datar, lebih tepatnya ekspresi meraju. Aku terkekeh geli melihatnya, aku ingin sekali tertawa keras, tapi aku takut dia semakin meraju padaku dan berakhir marah seperti anak-anak yang permen nya di rebut paksa.
" Coba kau lihat jari mu "
Aku pun menuruti perintahnya, aku menilik jari kanan ku, dalam benak ku berkata ' kapan benda kecil ini melingkar dijariku ' tapi aku hanya tersenyum di sela rambut panjang ku yang terurai kedepan menutupi wajahku, aku hanya diam tanpa mengeluarkan seucap kata pun. Aku mendengar dia menghela nafas. Sepertinya frank ku telah berhasil. Hmmm
" Kenapa hanya diam, berikan ekspresi bahagiamu karena cincin itu "
Benarkan, dia meraju lagi. Bukannya takut dia marah aku malah senang membuatnya marah kepadaku karena bagiku itu sangat lucu.
" Cincin apa ini " aku memajukan tangan ku kedepan untuk memandangi cincin itu, aku memasang ekspresi seolah aku tidak menyukai cincin itu.
Aku memalingkan wajah ku kearahnya, aku melihat, dia sedang tertunduk lesu. Dengan cepat aku mencium bibir nya karena tak ingin berlama-lama melihat nya bersedih " gomawo chagiya "
Dia mengangkat wajahnya dan kembali tersenyum, satu detik dua detik tiga detik dia memandang lekat kedua obsidianku aku pun sama. Aku sadar, dimata itu masih ada cinta untukku. Aku berharap seperti itu karena aku yakin dia memang masih mencintaiku.
" Will you merry me "
Saat ini aku merasa pipi ku bersemu merah, hidung ku terasa berdenyut. Sial, sepertinya aku tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Nah benarkan, kenapa tidak bisa di ajak kompromi sih, kenapa di saat seperti ini airmataku malah keluar, padahal aku tidak ingin ada tangis mengiringi kebahagiaan ku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'll wait till you come back to love me--- [2park] ✔
RomanceRasa benci itu sangat besar, tapi jauh di dalam lubuk hatinya ada terselip rasa cinta. Gadis bernama Park Jihoon itu tidak mengetahui apa yang membuat Woojin sangat membencinya. Tapi sebesar apapun rasa benci Woojin terhadapnya ia akan tetap mencint...