"Alvin?"
" Alvin!!!! "pekik Rose keras tepat di ditelinga Alvin.
"Jangan teriak Ros, gendang telingaku bisa pecah." sahut Alvin mengusap telinganya.
"Salah sendiri bawa motornya ngebut!" protes Rose kesal.
"Kalau enggak ngebut namanya bukan bawa motor Ros! Tapi sepedaan"tawa Alvin puas mengejek .
Mereka baru pulang dari bermain karena sekolah sedang libur. Alvin mengajak Rose berkeliling hari itu. Menghabiskan waktu berdua hanya dengan mengitari kota dengan mengendari sepeda motor kesayangan Alvin yang membuat Rose kelelahan. Namun di tengah perjalanan pulang terlihat jalan sedikit melamban. Seperti ada kemacetan didepan sana. Saat motor yang mereka tumpangi hampir mendekati kerumunan itu nampaklah oleh Rose beberapa polisi yang sedang menyuruh pengendara roda dua untuk menepi. Di situlah Rose baru sadar jika sedang ada Razia.
"Awas ada polisi didepan Vin,Kayaknya ada Razia! " Peringat Rose.
"Memangnya kenapa. " Sahut Alvin dengan santainya yang membuat Rose berang.
"Kamu kan enggak punya SIM! "
"Mana Polisi tau aku enggak punya SIM?" Balas Alvin yang kini mengurangi kecepatan motornya.
"Pasti mereka tau, Polisi kan hebat. "Balas Ros polos
Alvin tertawa mendengarnya. "Mau taruhan, mereka enggak akan tahu kalau aku enggak punya SIM dan aku bisa lewati jalan itu dengan mudah. "Ucap Alvin penuh percaya diri.
Rose terdiam .Temannya yang satu itu memang bandel dan seperti setan kecil. Siapapun akan kewalahan dengan sikapnya yang sangat aktif dan juga pecicilan itu. Dan di tambah lagi dia punya seribu satu cara lolos dalam segala situasi dan kondisi.
Plang bertuliskan "PEMERIKSAAN POLISI."
Beberapa polisi sibuk mengarahkan pengendara sepeda motor untuk menepi. Ada pula yang sudah memeriksa kelengkapan surat pengendara. Seperti Helm standar SNI
STNK dan tentunya SIM.Entah dapat keajaiban dari mana. Namun Alvin benar-benar berhasil melewati Razia itu dengan santainya.
Memasang wajah polos seolah tanpa dosa. Melihat ke arah itu dengan tatapan seolah prihatin dengan keadaan mereka. Lalu berlalu santai begitu saja seakan tak tahu apa-apa.Itulah dia Alvin Prawira. Alvin dengan seribu cara manipulasinya. Alvin dengan sikap santai dan pecicilannya. Dan cuma Rose teman wanita satu-satunya yang dekat dengannya. Seakan tak ada pembatas di antara keduanya. Hingga dengan Roselah Alvin bebas menjadi dirinya sendiri.
Alvin berdecak menggelengkan kepalanya seoalah-olah merasa heran dengan kelakuan orang-orang tersebut. Lalu tak lama kemudian Alvin mulai terkekeh sendiri diatas motor yang kini dikendarainya pelan itu. Suara kekehan yang semula lirih tiba-tiba berubah menjadi tawa bahagia yang cukup keras.Hingga pengendara lainnyapun melirik ke arah Alvin dengan heran.
"Tu rasain, di kira orang gila. " Ejek Rose
"Biarin! " Alvin masih dalam kepuasannya. Puas karena lolos dari para polisi itu. Dan puas juga melihat orang-orang yang terjaring Razia.
Mereka memang masih anak-anak waktu itu. Bermain bersama menghabiskan waktu berdua namun belum mengerti artinya sebuah rasa. Rasa yang membuat mereka nyaman saat bersama.
"Sudah sampai Rosemary." Ucap Alvin yang sudah mengantarkan Rose tepat di depan rumahnya.
"Terimakasih Alvin. " Jawab Rose datar.
"Besok aku jemput seperti biasa, kita berangkat sekolah bareng." Celoteh Alvin yang entah sudah berapa kali ia mengatakannya. Setiap hari dia memang selalu mengantar jemput Rose meski tanpa di minta. Dan setiap pergi dia akan bilang hal yang sama lagi. Jelas itu adalah strateginya. Agar tidak didahului kedua kakak Rose.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBULAN TAK SELAMANYA MURAM/TEROR (TAMAT)
Narrativa generaleRumah tangga Rose dan Lucas di hancurkan oleh seseorang yang tak dikenalnya. Semua ini sudah di rencanakan oleh seseorang yang memang sengaja ingin merusak biduk rumah tangga mereka. Bahkan mungkin setiap sendi kehidupan mereka berdua. Berawal dari...