"Bukan salahku! Aku begini gara-gara kamu!" Bentak Rega. "Tiap kali aku minta waktumu khusus fokus untuk aku, kamu selalu bilang yang nanti-nanti lah, bentar dulu lah, masih sibuk lah!" Pria berambut gondrong yang sudah menjalin hubungan dengan Aruna sejak setahun yang lalu itu, akhirnya sudah berani memperlihatkan taringnya. Ia lelah harus terus menutupi banyak kebohongan yang dibuatnya sendiri.
Mau tidak mau ia harus mengakui bahwa Aruna tidak cukup membuatnya bahagia. Hati Rega telah ditutupi sosok indah Lusi yang sudah tiga bulan lalu mencuri hatinya. Padahal Rega sangat tahu bahwa Lusi adalah teman Aruna sejak mereka masih sama-sama duduk di bangku SMA. "Lihat dia. Dia selalu punya waktu untuk aku!"tambah Rega lagi sambil menggenggam tangan Lusi erat. Lusi adalah perempuan manis bertubuh langsing dan menggemaskan seperti gadis Korea. Wajahnya yang polos dan lugu bahkan bisa membuatmu tak percaya kalau dia bukanlah tipe wanita perebut.Lusi hanya menunduk. Tak ingin melihat Aruna yang sedang menatapnya nanar.
Di antara deru angin jalanan, tiba-tiba air mata Aruna merembes melewati pipi. Ia masih teringat bagaimana Rega membentaknya setelah sekian lama bersikap dan bermulut manis di depannya. Teringat lagi bagaimana Rega yang ia percaya, tega membohonginya selama ini. Namun yang lebih membuatnya perih adalah, mengapa perempuan itu harus Lusi?
Lusi bertemu dengan Aruna saat menjadi teman sekelasnya waktu kelas 2 SMA. Pernah cukup dekat waktu semester genap, namun begitu kenaikan kelas 3, mereka tidak terlalu dekat lagi. Sebab Aruna berganti akrab dengan Wendah dan Uci yang sama-sama berkecimpung di ekskul jurnalistik. Mereka bertiga adalah kutu buku akut.
Perlahan Lusi pun sedikit terlupakan waktu itu.
Tidak lama kemudian, tak hanya pipinya yang basah. Dari mulai helm hingga ujung sepatu miliknya pun ikut basah. Aruna makin tersedu. Rupanya langit ikut menangis. Seakan ia tak rela jika Aruna harus menangis sendirian.
Suara guntur makin jelas terdengar mendekat. Akhirnya mau tak mau Aruna harus mencari tempat berteduh