《15》 Safe and Sound

4.6K 622 692
                                    

A/n: IH VOTE COMMENT 2 CHAPTER KEMAREN KOK SEPI :( apakah karena chapter flashback????

SEPI VOMMENT AKU LAYARIN BAEJIN PINKY NIH >:(

Eh apa Baejin peterpanlin aja iyh 👉🏻😉👉🏻

"Don't you dare look out your window, darling everything's on fire. The war outside our door keeps raging on. Hold onto this lullaby even when the music's gone"—T. Swift, Safe and Sound

𝖗𝖊𝖕𝖚𝖙𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓

"Jihoon, maukah kau menjadi sahabatku lagi?"

Rasanya, kaki Jihoon seolah berubah menjadi jelly setelah mendengar kata-kata Hyungseob itu—syukurlah sekarang dia sedang duduk di sebuah kursi di samping ranjang pasien, kalau tidak, Jihoon tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada bayinya jika Ia sampai terjatuh.

Rasanya, kemarahan yang sempat menyelimuti hatinya tadi luluh seketika, digantikan dengan rasa bingung, takut, namun entah mengapa, lega di saat bersamaan.

Sempat bersahabat dengan Hyungseob tidak sontak membuat Jihoon mengerti jalan pikiran pria itu. Seperti sekarang, Jihoon tidak mengerti apa yang ada di pikiran mantan sahabatnya itu—oh, apakah Hyungseob masih bisa disebut seperti itu, mengingat pria itu baru saja meminta untuk menjadi sahabatnya lagi?

Mengapa Hyungseob tiba-tiba meminta maaf dan ingin menjadi sahabatnya lagi? Rasanya setelah membaca buku harian Hungseob, jihoon sudah cukup tahu sebenci apa Hyungseob padanya, dan mendengar cerita Guanlin pun, sepertinya Hyungseob bukanlah tipe orang yang mau merendahkan harga dirinya seperti ini.

Jihoon takut. Ia baru saja mulai mencintai dirinya sendiri lagi akhir-akhir ini. Ia baru saja merasa aman akhir-akhir ini. Ia baru saja merasa dicintai akhir-akhir ini, dan itu semua berkat Guanlin, mantan kekasih Hyungseob yang Ia deskripsikan sebagai 'si tampan yang sempurna' di buku hariannya.

Apa Hyungseob berniat merebut apa yang Ia miliki sekali lagi?

Kali ini— pasti tak akan sulit baginya. Bagaimanapun, Guanlin pernah mencintainya. Bukan perkara yang benar-benar sulit untuk mengembalikan perasaan itu.

Jihoon takut.

Ia takut semuanya akan terulang kembali, dan sialnya— kali ini Ia bahkan tak tahu harus marah pada siapa.

Karena Ia sendiri pun sudah belajar untuk tidak terlalu mempercayai janji manis seorang lelaki, dan jika kali ini Jihoon terjatuh dalam lubang yang sama—

Ia bahkan tak bisa menyalahkan Guanlin, iya kan?

Tapi... bagaimana Jika Hyungseob memang hanya ingin berteman saja? Sudah 7 tahun berlalu, dan Hyungseob pun sudah mendapatkan apa yang dia mau.

Jihoon sama sekali tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran mantan sahabatnya ini, tapi satu hal yang Ia tahu—

Ia tidak ingin kehilangan orang yang sangat berharga untuknya, yang sangat Ia cintai untuk kedua kalinya—terlebih, karena orang yang sama.

"Jihoon?"

"Ya?"

"Aku tanya, apa kau mau jadi sahabatku lagi?"

Jihoon tidak langsung menjawab. Pertanyaan itu lebih terdengar seperti sebuah pernyataan baginya, seolah Hyungseob tak menerima penolakan.

Lagipula— jika Jihoon menolak, jika Jihoon berprasangka buruk sejak awal, maka Ia-lah yang akan terlihat jahat, iya kan?

"Did you seriously just thought that he would want to be friends again with a manipulative bitch like you?"

Jihoon baru saja akan menjawab ketika tiba-tiba, sederet kalimat bernada sarkastik itu diucapkan oleh seseorang yang kini telah berdiri di belakangnya.

Reputation // pjh+lglTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang