PROLOG

3.6K 332 30
                                    

Sore itu, mendung, awan hitam menghias sang cakrawala, kali ini tak ada goresan jingga dipenghujung senja yang menghias langit biru. Yang ada hanya kegelapan yang meliputi separuh bumi dengan begitu pekatnya. Suara gemuruh guntur mulai terdengarkan, sayup-sayup terdengarkan suara riuh orang-orang yang mulai mempercepat langkahnya untuk segera mencari tempat berteduh, sebab kini gerimis mulai turun dan sepertinya sebentar lagi hujan deras akan segera menyapa bumi.

Wanita yang tengah duduk disudut cafe itu mengaduk tanpa minat vanilla latte miliknya, kedua iris coklat madunya bergerak gelisah kearah pintu masuk, harap-harap cemas kalau orang itu tidak akan datang untuk memenuhi janjinya.

Wanita itu menghela napas berat, kemudian ia menggerakkan kursi roda miliknya, berniat pergi dari cafe itu, namun sebelum ia pergi lebih jauh, suara dentingan lonceng pada pintu masuk menghentikan pergerakannya.

Disana, diambang pintu masuk, seorang laki-laki berpostur tinggi tegap berjalan kearahnya, laki-laki itu mengenakan kemeja hitam yang dirangkap dengan jas berwarna abu-abu, rambutnya disisir rapih, semua yang dia kenakan saat ini terlihat pas dan cocok saat ia yang mengenakannya. Lagi-lagi, si wanita jatuh pada pesonanya. Walau ia tau, sejauh apapun ia jatuh, sedalam apapun ia tenggelam dalam perasaan itu, semuanya sama saja, percuma dan sia-sia.

Wanita itu tersenyum getir, kemudian ia memundurkan kursi rodanya agar kembali kepada posisi awal.

Lalu, saat pria itu berdiri tepat dihadapannya, wanita itu mendongak, memperlihatkan senyum manis sama seperti sebelum-sebelumnya. Seolah tak ada beban, seolah tak ada luka, seolah tak ada yang menyakitinya.

Namun, pria itu tau benar, wanita dihadapannya ini mati-matian menahan luka, wanita dihadapannya ini menjadikan senyum sebagai topeng tak kasat mata, agar tak ada satu orangpun yang tau mengenai kesedihan dan luka yang ia rasakan. Dan pria ini tau, jika luka yang paling besar yang pernah wanita ini dapatkan adalah, luka dari dirinya.

Yah, dia adalah penyebab betapa terluka wanita dihadapannya ini.

Dia adalah alasan kenapa wanita ini terus terluka, dan terus merasa sakit.

"Aku pikir kau tidak akan datang, duduklah"Ucap wanita itu berusaha terlihat ceria. Namun pria ini berani bersumpah, gurat kecewa dan luka yang dirasakan si wanita benar-benar terlihat jelas dan dia dapat merasakannya.

Bersahabat selama tiga belas tahun, dan menjadi pasangan suami istri selama tiga tahun cukup membuat si pria mengenal baik bagaimana watak wanita dihadapannya ini.

"Kau membawa suratnya kan? Sini aku akan menandatanganinya"si wanita berucap sembari mengulurkan tangannya kedepan.

Si pria masih setia dalam keterbungkamannya.

Kenapa tiba-tiba rasanya sangat menyakitkan?

Bukannya ini yang ia inginkan? Perpisahan.

Lalu apalagi? Ketika permintaannya sudah terkabul, saat perpisahan sudah didepan mata, kenapa semua menadadak menjadi berat? Dan kenapa pula rasanya begitu sesak? Seharusnya dia bahagia bukan? Ini yang dia inginkan.

"Chan? Kau membawa surat cerai kita kan? Atau kau melupakannya dimobil?"

Pria yang disebut Chan itu masih setia dalam keterdiamannya, masih memandang si wanita lurus-lurus.

"Apa kau tidak lelah?"

Wanita itu dibuat bingung, bukannya menjawab si pria yang disebut Chan itu malah bertanya balik, terlebih lagi pertanyaannya itu sangat membingungkan.

"Apa maksudmu? Chan, aku tidak punya banyak waktu, kita harus mengakhiri semua ini secepat mungkin"ucap si wanita sembari meremat kuat ujung dress yang ia kenakan saat ini.

"Apa rasanya semenyakitkan ini?"

"Chan jangan bercanda, hujan akan turun, aku harus pulang. Dimana suratnya?"

"Aku-aku merobeknya"

"APA?"

Pria itu kini mengganti posisinya yang sejak tadi duduk diatas kursi kayu bercat coklat tua, kini jadi bersimpuh tepat dihadapan si wanita—istrinya.

"Chan apa yang kau lakukan??"

Si pria mengabaikan ucapan si wanita, ia masih bersimpuh, menjadikan kedua lututnya sebagati tumpuan, pria itu berani bersumpah, yang dia lakukan saat ini belum sebera dibandingkan seberapa besar dosa yang sudah dia perbuat pada istrinya ini.

"Aku mohon, jangan pernah berpikir untuk meninggalkan aku"

Kedua alis si wanita menukik tajam. "Chan aku mohon jangan seperti ini, berdirilah Chan, orang-orang melihatmu"

"Aku tidak perduli Baek, aku tidak perduli sama sekali. Yang aku inginkan hanya kau!!!!"

Rasanya rahang wanita disebut Baek itu seakan ingin jatuh mendengar pernyataan si pria yang kelewat tegas dan jelas. Kata-kata yang ingin dia ucapkan semua tertahan dikerongkongan. Yang ia lakukan hanya diam, memandang si pria dengan tatapan yang tak bisa dibaca sama sekali dan menunggu si pria menyelesaikan kalimatnya.

"Aku mohon Byun Baekhyun, jangan membuatku seperti ini."pria itu menundukkan kepalanya dihadapan lutut wanita yang dia sebut Baekhyun tadi. "Aku mohon, tetaplah berada disisiku dan jangan pernah coba-coba untuk meninggalkanku. Karen aku akan mati tanpamu"

"C-ch-chan?"

"Aku tau, selama ini aku sudah menyakitimu, melukaimu dan membuat semua orang yang ada disekitar kita juga terluka. Aku tau, apa yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan dan aku tidak bisa membayangkan betapa besar dosaku padamu. Maka dari itu, biarkan aku menebus semuanya. Aku ingin memperbaiki kesalahanku. Aku mohon Baek—"

Chanyeol. Park Chanyeol, pemuda itu meraih kedua jemari istrinya, ia menggenggamnya seerat mungkin seolah jika ia akan kehilangan sosok dihadapannya ini.

"C-chan Ak-aku"

"Aku mohon Baek, jangan beri aku penolakan."

"C-chan, Ma-maaf, tapi aku tidak bisa"

"Ba-baekhyun-ah"

"karena ini adalah janjiku, janjiku untukmu yang harus aku tepati, janji yang aku buat dan kaupun tau itu, dan kaupun harus menepati janjimu. Kau harus bahagia, meskipun tanpa aku disisimu lagi. dan satu lagi, aku akan menepati janjiku yang satunya, sampai kapanpun, hari ini,besok,lusa,maupun dihari yang akan datang, aku akan tetap mencintaimu, sampai kapanpun itu Chan."

.

.

.

Hujat Han aja gaisseu, Han tau kalo hutangnya Han itu banyak sekaleeeh dan belum ada yang lunas sama sekali, tapi ketahuilah gaisseu, kalo ide ini ngalir gitu aja pas abis denger lagunya CBX-Someone Like You, EXO-Promise,BTS-I Need U. Lagu-lagu itulah yang sukses membuat Han nulis cerita ini:') entah kenapa feelnya dapat sekali pas denger lagu itu dan nulis cerita ini. Jadi selamat menikmati cerita Han ya kawand-kawand:) untuk FF yang lain Han usahain nyicil disela kesibukan yang padat:) percayalah kesibukan Han gakalah sibuknya sama jadwal EXO ataupun BTS;)

.

.

.

Dan kelanjutan cerita ini bergantung pada Vote dan Komen dari kalian semuaaa gaisseu:') jangan lupa tinggalkan jejak gaisseeuuuu

Han Cantiq

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang