.
.
.
Suara gemericik hujan terdengar cukup keras di pagi ini. Ya, semalam hujan deras dan hingga pagi ini belum juga reda. Namun hal itu tidak mematahkan semangat Jikyung untuk pergi ke sekolah. Buktinya sekarang, ia tengah sibuk membantu Ibu nya menyiapkan sarapan.
"Kakak, tolong bawakan aku sendok." ujar bocah berusia 13 tahun itu, Mendengarnya Jikyung mendengus kesal.
"Yak bocah tengik! Kau punya tangan bukan? Ambil sendiri!"
"Ish, aku kan minta tolong." bocah bernama Jung Jaekyung itu cemberut. "Ibu lihatlah, kakak tidak mau menolongku" adu sang Adik.
"Dasar tukang mengadu!"
"Sudah,sudah. Ini masih pagi dan kalian sudah berdebat. Ini sendokmu Jaekyung, lain kali ambilah sendiri. Kau mengerti?" Sang ibu menaruh sendok di samping piring putranya itu.
"Dengar itu! Bagaimana jika Ibu dan aku tak ada? Mau bagaimana hidupmu nanti jika ingin selalu di manjakan?"
"Iya,iya. Kakak bawel sekali."
"Apa!? Beraninya kau..." Jikyung menjitak kepalanya hingga sang adik mengaduh sakit. Melihat pertengkaran kedua anaknya, Nyonya Jung malah tersenyum lembut.
Belakangan ini mantan suaminya sering menghubunginya. Saat itu dia mengatakan akan membiayai kuliah Jikyung nanti. Karena hal itu ia jadi cemas,takut kalau Ayah Jikyung sewaktu-waktu akan membawa Jikyung pergi keluar negri.
...
Berpindah ke sekolah, di depan gerbang sekolah atau lebih tepatnya di dalam mobil, Taehyung mendengus kesal karena Hujan tak kunjung berhenti. Sialnya sang supir pribadi malah lupa membawa payung jadi dia hanya bisa berdiam diri di dalam mobil.
Sebenarnya ia bisa saja menerobos hujan tapi supir pribadinya itu terus saja melarang dirinya, katanya sih dia bisa sakit. Kalo begini Taehyung sudah seperti anak kecil saja.
"Biarkan aku turun! Bel masuk sebentar lagi berbunyi! Kau benar-benar memperlakukan ku seperti bocah!"
"Maaf tuan, tapi saya tidak mau menanggung konsekuensi jika anda jatuh sakit nanti."
Pria berahang tegas itu kembali menghela napas Kemudian tak lama saat melihat keluar jendela mobil netranya menangkap sosok yang sangat ia kenal baru saja turun dari bus sambil berlari menuju gerbang sekolah.
Dia adalah Jikyung. Gadis itu benar-benar tak peduli dengan deras nya Hujan, buktinya ia menerobos hujan tanpa payung ataupun jaket. Hal tersebut membuat Taehyung tersenyum.
Detik berikutnya ia membuka pintu mobil dan berlari menuju Jikyung tanpa memperdulikan teriakan supirnya yang memanggil namanya.
"T-taehyung? " Jikyung kaget mendapati Taehyung yang sudah ada tepat di sampingnya.
"Kau nekat sekali hujan-hujanan. "
"Kau sendiri juga kehujanan."
Mereka berdua pun terkekeh, hingga kemudian tanpa Jikyung sangka Taehyung malah melepas almamater sekolah yang digunakan nya untuk melindungi mereka dari derasnya hujan.
Tentunya jantung Jikyung berdegub kencang. Bahkan pipinya sudah bersemu merah.
"Taehyung... almamater mu jadi basah..." Cicit Jikyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
IF WE WERE DESTINED [KTH]
Fanfiction[On Going] "Kenapa kau datang setelah aku berhasil melupakan mu? Kau sudah membuka luka lama di hatiku." -Jung Jikyung. "Maaf, tapi aku tidak bisa jauh dari mu." -Kim Taehyung (REVISI)