Prolog

64 7 1
                                    

Bel terakir telah berbunyi tetapi tidak untuk mengakiri kegiatan ajar-mengajar disekolahku, ya kami masih harus mengikuti exco (les sore) disekolah.

***

Hujan lebat mengguyur kotaku sore ini, tertinggal sendiri di sudut ruangan yang serasa ruangan mati, di sekolah setelah jam exco berakhir untuk menutup hari ini."pulang sama siapa? Mending sama aja, jangan menunggu terlalu lama, sendiri bahaya" Dia telah melerai dan menawarkan untuk mengantarku pulang, tapi lagi-lagi satu tolakan terlontarkan dari bibirku "tidak, aku dengan papa aja, terimakasih, jangan khawatir ".Aku terus menunggu papa untuk menjemput, namun sepertinya dia sedang sibuk sehingga telat menjemputku "sabar sebentar ya nak, papa sedang ada rapat penting" ujar papa seraya menutup telepon. Namun dari sudut kejauhan tertuju 4 pandangan mengarah
kepadaku,tatapan mengerikan sepertinya akan menimpaku. Semakin khawatir aku kala itu hingga akhirnya ku telepon dia untuk menjemputku "aku sendiri, tolong jeput aku ada empat pria yang memerhatikanku" ponsel ku langsung mati karena kehabisan baterai.

Empat pria datang menghampiri "hai cantik" dengan kurang ajar mereka katakan kepadaku. Hanya ada kepanikan dalam diriku kala itu. Dengan lantang mereka dekati dan mulai merayu, semakin kurang ajar dan tak terkendali.

Hingga mobil hitam datang, dia berdua dengan seorang sahabatnya, mereka berlari bag kuda tempur menghampiri lawan, memukul ke empat pria itu. Melawan empat orang yang tidak banding usia. Dia adalah pria yang selama ini aku abaikan, rambut panjangnya basah oleh air hujan yang membuat ketampanannya semakin bertambah.

"Aku memang memuja ketampanannya tetapi tak mungkin untuk mencintainya".

Sifat nya yang dingin dan tergolong golongan bad boy menjadikan dia salah satu pria rebutan disekolahku. Ya aku hanya mengaguminya bukan mencintainya.

Keempat pria itu lari terbengkalai dengan memar dan darah yang memenuhi tubuh mereka. Pria itu, dia sangat mengagumkan. Dia menghampiriku penuh luka serta darah yang bercucuran dia relakan untukku, ya wanita yang selama ini mengabaikannya.

Aku memeluknya, saat itu disertai suara rintik hujan, wajahnya berdarah, sangat parah. Namun kekhawatirannya hanyalah luka kecil pada bibirku, "darah ini tak sebanding dengan luka dibibirmu" bisikan ketelingaku, yang membuatku tak henti untuk memandanginya. Saat itu aku betul-betul jatuh cinta.

Slow update yaa
***newbi, keritik dan saran sangat diharapkan, tetapi keritik yang bersifat membangun bukan menjatuhkan!
Terimakasih :) **
Like nya yoo

DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang