Chapter 14

811 73 22
                                    

May sekarang sedang menjaga art. Mew tak bisa meninggalkan kantor. Meski direktur, ia tak bisa seenaknya pergi seperti cerita di sinetron. Ia malah jauh lebih sibuk dari pegawainya.

Sedang asik bermain game, may terkejut mendengar gelas yang pecah. Sesegera mungkin ia berjalan ke arah art.

"P'art harus.? P' bisa minta tolong padaku"
"Sudah biar nanti CS yang membersihkan"

May membuka lemari mengambil gelas yang baru.

Membersihkan gelas itu lalu menuangkan air kedalamnya.

"Terima kasih" art menerima gelas itu lamau memandang gadis di depannya sambil berlahan menelan minuman.

"Aku panggil CS sebentar" pamit may pada art.

Tak lama may masuk bersama CS.

"P'art ingin makan.?" Tanya may

Art menggeleng. "Aku ingin pulang"

"Tak bisa p'. Dokter belum mengizinkan. Lagian p'mew akan marah kalau p'art yang belum sembuh sudah pulang" jelas may.

"Mew yah" lirih art

"Kenapa p'.?" May tadi tak begitu mendengar gumaman art.

"Ah..tidak. Ngomong-ngomong, panggil aku art saja. Aku rasa umur kita tak beda jauh"

"Tidak tidak. Nanti p'mew akan memarahiku"

Ucapan may hanya di balas senyum paksa art. Mew lagi mew lagi begitu pikir art.

"Takut sekali pada p'mew. Padahal ia tak galak" ucap art

"P' tidak tau saja. Ia memang menyukai panda. Tapi ia selalu tega padaku"

"Sepertinya tidak begitu. Ia selalu baik padamu"

"Dia memang baik. Tapi dia tak segan-segan menyubit pipiku hingga merah kalau aku melakukan kesalahan"

Bukankah itu terdengar seperti p'mew menyayanginya tapi dengan cara lain pikir art

"P'mew akan segera menikah bukan.?" Pancing art ragu.

"P'mew memang berencana begitu. Dia sudah bilang pada orang tuanya bahwa ia sedang jatuh cinta" may tersenyum merekah

"Oh..kalian memang sangat co-.."

"Siang.." seseorang memotong perkataan art.

"P'mew" sapa may.

Mew hanya membalasnya tersenyum lalu pandangannya teralih pada art.

"Bagaimana keadaanmu.?"

"Sudah lebih baik"

"Aku bawakan makanan kesukaan kalian" mew mengangkat bungkusan pada tangannya.

"Yeeeee" teriak heboh may.

"May..!! Pelankan suaramu" tegur mew.

May jelas merasa tak bersalah dan mengabaikan mew. Ia bahkan sekarang membuka bungkus dan mulai melahap makanan olahan ayam itu.

"Kau mau makan juga.?" Tawar mew membuat art mengalihkan pandangannya dari may kepada mew.

Art menggeleng.

"Kenapa.?"

"Sedang tak ingin"

"P' akuw kew kawmpuos douluo yaw" may menyela percakapan mew dan art.

"Habiskan dulu makananmu" tegur mew.

May menelan makanannya lalu menyengir.

"Aku mau ke kampus" ucap may.

"Iya..jangan kemari lagi"

May langsung melirik sinis mew.

"Ayo kau juga makan"

"Tidak"

"Art.."

"Tidak p'.."

"Sedikit saja"
"May bilang tadi sarapanmu sedikit"

"Aku malas"

"Makan art.." mew menyuapkan makanan ke dekat art.

Art menggeleng dan menjauhkan sendoknya. Mew tetap memaksa. Jadi art sedikit mendorong paksa sendok itu.

Entah dorongan art yang terlalu kuat. Atau tangan mew yang sedang lemah. Sendok itu jatuh. Dan makanan di sendok tadi tumpah.

"Baiklah terserah" mew menghela nafas. Meletakan box makanan itu di nakas dekat brankar art. Lalu keluar.

Art sempat terkejut. Begitupun may yang masih ada di situ tadi.

"Aku..akan mengejarnya" may berkata ragu dan lirih namun tetap berlari keluar kamar.

Sedangkan art masih menatap pintu dengan tatapan kosong.

Tes
Tes
Tes

"Arrrrggghhttt"
"Hiks.."
"Aku..hiks aku ini lemah sekali sih hiks"
"Selalu saja menangis"

Art memilih membenamkan wajahnya untuk menahan isakannya.

Lebih baik ia tidur saja. Cengeng sekali dirinya.

Tapi belum 5menit menangis. Bahunya di usap.

"Sssssttt...kenapa menangis.?" Itu suara mew. Jadi art segera menoleh dan memeluk mew begitu ia duduk.

"Hay..art. its ok"

"Hiks..hiks"
"P'... hiks"

"Sssssttt..aku disini. Kenapa menangis.?"

"Maaf p'..hiks"
"Maaf membuatmu marah"

"Tidak..aku tadi hanya keluar sebentar. Maaf tadi aku hanya sedang panas"

"Maaf p', kau pasti lelah menghadapiku kan.?"

"Tidak. Aku hanya sedang pusing dengan pekerjaanku"

"Tidurlah..aku akan menemanimu"

"Jangan pergi" pinta art

"Tidak art..aku disini" mew berniat menghapus air mata art. Ia sedikit mengendorkan pelukan art. Tapi art malah memper erat.

"Jangan lepas"

"Aku hanya ingin meng hapus air matamu"

"Biar saja"

"Nanti kau jelek dengan air mata itu"

"Aku tak peeduli"

"Baiklah baiklah"

"Jangan pergi"

"Iya art"

"Peluk aku hingga tidur"

"Iya"

"Jangan beranjak sedikitpun"

"Iya"

"Cium aku"

"Iy-"
"Eh.?"

"Cium aku.."

"Art"

"Cium keningku hingga aku tidur"

Lalu mew mencium kening art. Mereka tidur sambil berpelukan lagi seperti kemarin

Hipotesis Rasa [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang