1. A

7 0 0
                                    

November 2015

"Pergilah,"

Ucapnya tegas.

"A-apa Jeon? Kau mengusirku?"

"Ya, sekarang pergilah, Tuan Kim. Aku lelah melihat muka mu dengan segala kebusukannya," hati pemuda Jeon terluka. Jelas, kekasih hatinya bermain dibelakang.

"Maafkan aku, aku mengakui Jeon. Aku memang brengsek, dan tidak tahu diri. Maafkan aku, ya?" Taehyung mengangkat tangannya untuk mengusak rambut Jeon.

Jeon Jungkook tersenyum kecil. "Selamat tinggal, bajingan tampan."

--

Januari 2016

"Suaramu semakin merdu, dear. Kau hanya perlu mengatur pernapasanmu, dan menghayatinya lebih dalam," seorang wanita cantik yang cukup berumur itu mengulurkan tangan untuk mengusak rambut milik pemuda manis. "Aku bangga padamu, Jungkook. Kau telah belajar banyak."

Jungkook tersenyum lebar, "terimakasih, ssaem. Aku akan belajar lebih giat."

"Aku pamit ya, Jungkookie. Suamiku sudah menunggu,"

"Iya, ssaem. Sampaikan salamku pada Mr. John,"

Jeon Jungkook,
Pemuda 19 tahun asal Busan adalah seorang idol dari group rookie, HTS, dibawah naungan JinHit Entertainment. Meskipun baru debut 1 bulan yang lalu, reputasi HTS sudah melonjak naik.

Setelah menyelesaikan kelas vocal nya, Jungkook perlahan berjalan kearah rooftop. Galau. Ya, Jungkook galau.

Mencintai seseorang baginya adalah sesuatu yang sulit. Namun, ketika Jungkook merasa bahwa lelaki itu tulus dan begitu baik kepadanya, Jungkook pun akhirnya luluh. Kim Taehyung, orang yang pertama dan terakhir untuk saat ini yang dapat membuat hati Jungkook berdebar tak karuan.

Pahit, pahit sekali.

Jungkook menarik napas dalam-dalam.

Rindu, rindu setengah mampus.

Jungkook memejamkan mata saat ia rasa air matanya akan segera mengalir.

"Bangsat kau, Kim,"

Suaranya melemah. Air matanya sudah benar benar mengalir dengan deras membasahi pipi mulusnya.

"Apa kau bahagia sekarang, Kim? Aku harap kau bahagia. Aku harap kau sehat."

--

Februari 2016

"Dok, apa keadaanya baik-baik saja?" Raut seorang wanita cantik itu begitu kacau. Matanya sembab, hidungnya memerah. Bibirnya pucat.

"Saya belum bisa memastikan, Nyonya. Maaf, tapi kondisinya kian melemah. Tapi saya percaya Kim Taehyung anak yang kuat. Mari kita doakan saja semoga ia cepat sadar,"

"Saya permisi dulu, Nyonya Irene. Saya akan kembali 3 jam lagi untuk memantau kondisinya."

Irene menggenggam lembut jemari anak tunggal kesayangannya. Air matanya kembali mengalir melihat jahitan di dada Taehyung.

Pada hari yang normal, Irene akan melempar sepatu karena bocah berandal itu tidak mau mandi. Tapi sekarang, si bocah berandal terbaring lemah. Napasnya bergantung pada tabung oksigen. Matanya terpejam, bibir tebalnya sangat pucat. Jahitannya di beberapa bagian terlihat jelas. Jidat, dada sampai perut, lengan kanan, leher.

"Taehyung, mama bangga padamu. Kau melakukan tugasmu dengan baik. Terimakasih sudah menjaganya, Tae. Lihatlah ia sudah berhasil sukses dengan karirnya, bangunlah. Minta maaf karena sudah menyakiti hatinya, Tae. Jungkook anak baik, pasti dia akan maafkan,"

Jungkook, ah cintaku. Bagaimana sekarang kabarnya, ma? Taehyung ingin bertemu.

Jemari Taehyung menunjukan pergerakan kecil, membuat Irene terperanjat kaget.

"Taehyung?"

Tiba-tiba sang dokter masuk dengan beberapa suster yang terlihat panik. Mereka segera melepas selang-selang yang menempel di tubuh Taehyung.

"Maaf Nyonya, tapi Taehyung memerlukan operasi sekarang berdasarkan layar pemantauan kami,"

Operasinya yang ke 12.

---
hng? apaini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Utopia (kth+jjk)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang